Bab 19

"Mandi!" titah Shafa lalu beranjak dari atas tubuh Salsabila. Dia segera melangkah panjang menuju kamar meninggalkan Salsabila yang masih diam terpaku dengan posisi terjengkang di sofa. Salsabila terdiam mengingat jarak dengan Shafa yang begitu dekat.

Salsabila menyentuh bibirnya yang hampir saja menempel pada bibir Shafa, kemudian menyentuh dadanya yang masih berdebar. Perlahan dia beranjak dari posisinya lalu terduduk menatap Shafa yang sudah berada di ujung tangga.

"Deg-degan rasanya, Abang hobi banget dekat-dekat. Kan jadi takut akunya," gumam Salsabila lalu beranjak dari sana. Dia segera masuk kamar untuk segera mandi. Sementara Shafa di kamar mendadak gelisah. Pria itu mengacak rambutnya saat ingatan kembali terbayang akan wajah Salsabila.

"Kenapa gue ceroboh bangat sich? Ntar kalau anak orang baper gimana coba? Mana belum tau siapa dia. Kalau tau-tau udah punya laki bisa gawat dong. Itu juga kalau dia yang baper. Lah kalau gue? Nggak-nggak! Nggak boleh, gila gue masih punya hubungan sama Ratu. Eh ngomong-ngomong apa kabar sama si Ratu ya."

Shafa melangkah menuju ranjang lalu duduk kemudian menghubungi Ratu. Dia mengerutkan keningnya saat mendengar suara Ratu yang berbeda.

"Kamu dimana? Kok suaranya kecil gitu? Agak lemes juga. Lagi ngapain?" tanya Shafa yang kemudian melihat kembali layar ponselnya. Dia memastikan jika yang ia telepon benar Ratu, kekasihnya.

"Nggak kok, Sayang. Kenapa? Tumben hubungi aku. Kamu lagi dimana?"

"Di rumah, kamu di mana? Jangan buat aku curiga ya, Yank!"

"Apa sich? Curiga apa? Aku lagi di rumah. Mamah nggak enak badan. Lagi nungguin Mamah tidur. Ya udah ya, atau besok mau ketemu? Aku kangen gara-gara kamu udah nggak perhatian lagi sekarang."

"Ya udah besok ke rumah aja atau temuin aku di tempat gawe. Aku ada pemotretan di taman dekat apartemen aku. Datang aja kesana. Sekalian temenin kalau kamu nggak ada kerjaan."

"Aku nggak mau kalau kamu bawa gadis amnesia itu."

"Ck, masih aja loe cemburu sama dia. Serah lah... Kalau mau ya datang besok. Aku tunggu ya!"

"Oke."

Shafa pun menutup panggilannya, sedikit aneh karena suara Ratu yang berbeda. Dia meraih handuk kemudian bergegas masuk kamar mandi.

"Kayaknya gue harus pastiin sendiri. Ada yang nggak beres sama ini cewek," gumam Shafa.

Usai mandi dia bergegas bersiap lalu meraih jaket dan kunci mobil. Shafa agaknya mengabaikan makan malamnya. Bahkan panggilan dari Salsabila tak ia hiraukan.

"Abang!" panggil Salsabila lagi setelah panggilan pertama diabaikan.

"Gue pergi dulu sebentar! Bilang sama Mamah pulang maleman," seru Shafa membuat Salsabila mengerutkan keningnya. Gadis itu penasaran melihat Shafa yang begitu buru-buru hingga tak sempat pamit pada kedua orang tuanya.

"Abang mau kemana? Mudah-mudahan baik-baik saja." Salsabila pun melangkah menuju ruang makan bertepatan dengan Mamah Kaira dan Papah Regantara yang baru saja keluar kamar. Mereka pun menempati kursi masing-masing.

"Shafa mana ya? Kok belum keluar kamar. Papahnya sudah lapar juga," gumam Mamah Kaira yang sedang mengisi piring suaminya.

"Abang pergi, Tante. Tadi nggak sempat pamit. Abang buru-buru katanya," sahut Salsabila memberitahu agar kedua orang tua Shafa tak menunggu putranya.

"Mau kemana dia?" tanya Regantara dengan lirih.

"Mungkin ada janji dengan Ratu, Mas."

"Bisa jadi," ucap Papah Regantara yang diangguki oleh istrinya dan juga Salsabila.

"Ya sudah, ayo makan!" ajak Papah Regantara yang kemudian memulai makan. Salsabila pun segera menikmati makanan buatan Mamah Kaira.

"Rekan bisnis Papah kasihan sekali. Putrinya meninggal dan kini istrinya sakit karena terus bersedih dan memikirkan mendiang putri mereka," ucap Papah Regantara usai menyelesaikan makan.Terlihat istrinya dan Salsabila tengah menyimak.

"Innalilahi wa inna ilaihi Raji'un... Kasihan sekali, Mas. Kenapa tidak datang melayat?" tanya Mamah Kaira pada suaminya.

"Tidak ada yang tau kabar ini. Beliau pun tak sempat berbagi kabar karena sibuk mengurus istrinya. Semoga beliau dan istri selalu diberi ketabahan."

"Aamiin... Bagaimana jika kita kesana, Mas? Menjenguk istrinya juga yang sakit," ucap Mamah Kaira memberi saran dan disetujui oleh Papah Regan.

"Boleh, semoga sudah jauh lebih baik."

Sejak tadi Salsabila hanya diam menyimak tanpa membuka suara. Sedikit kurang nyaman mendengarnya saat hati tiba-tiba tak enak dan jantung mendadak berdebar kencang. Namun dia bergegas minum hingga hilang rasa itu.

Sementara di suatu tempat Shafa tengah melangkah menuju salah satu unit apartemen milik sahabatnya untuk menanyakan kabar Ratu seharian ini.

Dia ingin mengorek informasi pada Revan tentang Ratu. Perasaannya mulai tak enak. Sedikit curiga terlebih dia yang sudah berulangkali patah hati karena ditikung pacar hingga kakak sendiri.

Shafa tersenyum miring saat melihat orang yang ia cari ada di hadapannya. Wanita itupun diam mematung menatapnya dengan begitu terkejut. Shafa tak menyangka kembali kejadian. Padahal Ratu jelas tau dia tak suka pengkhianatan.

"Baru mau pulang?" tanya Shafa dengan santai. kedua tangannya masuk ke dalam saku celana menatap kedua orang yang sangat ia kenal. Tak terlihat wajah emosi. Yang ada hanya rasa ingin menertawakan diri sendiri.

"Sayang kamu kok disini?" tanya Ratu dengan tergugup sedangkan Revan diam membuang muka saat tertangkap basah oleh sahabatnya sendiri.

"Justru harusnya gue yang nanya. Mamah loe pindah disini sakitnya?" Shafa terkekeh lalu menggelengkan kepala.

"Tadi aku nggak sengaja datang karena Re.."

"Karena Revan mendadak minta jatah?" sahut Shafa lalu melirik Revan.

"Sorry Bro gue sama Ratu..."

"Gue tau loe suka sama dia. Silahkan! Belum gue apa-apain. Loe juga pasti udah tau kan? Lanjutin aja! Gue serahin dia sama loe!" sahut Shafa lagi memotong ucapan Revan. Namun hal itu membuat Ratu tak terima.

"Apa maksud kamu, Shafa?" tanya Ratu yang hendak menyentuh Shafa tetapi pria itu mengangkat tangannya, enggan disentuh oleh wanita yang baru beberapa menit ia putuskan.

"Kelar! Paham?"

"Nggak bisa gitu! Kamu tuh harusnya mikir kenapa aku begini! Kamu nggak ada waktu buat aku! Kamu selalu sibuk dengan gadis amnesia itu! Dan kita selalu ribut setelah ada dia. Seharusnya kamu mengerti bukan malah begini!" cecar Ratu dengan frustasi. Dia tak terima diputuskan begitu saja oleh Shafa. Namun lagi-lagi Shafa justru terkekeh mendengarnya.

"Loe sadar dengan apa yang loe katakan? Dengan begini loe mengakui sendiri jika emang ada hubungan khusus diantara kalian. Loe paham gue nggak suka pengkhianat. Kalau loe nggak sanggup sama gue, tinggal ngomong aja kelar. Dari pada ngelakuin diam-diam di belakang gue. Basi tau nggak?" Shafa menatap Ratu yang kini tercengang mendengar ucapannya. Ratu kembali ingin mendekati tetapi Shafa lagi-lagi menghindar kemudian menepuk pundak sahabatnya lalu pergi dari sana.

"Shafa!"

"Shafa!"

Panggil Ratu berulang kali, wanita itu menangis melihat Shafa yang pergi begitu saja sedangkan Revan justru menahan tumbuhnya.

"Lepas! Aku mau kejar dia," sentak Ratu memberontak.

"Nggak perlu! Percuma loe ngelakuin itu. Nggak ada gunanya karena Shafa nggak akan mau kembali lagi sama loe. Ayo gue antar loe balik!" ucap Revan tetapi Ratu justru terisak melihat kepergian Shafa.

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

cocok ratu sama revan . sama² berkhianat sm shafa . revan sebagai sahabat dan ratu sebagai kekasih

2024-03-09

2

wahyunidarwanti2

wahyunidarwanti2

kapokmu kpan ratu ke GEP kan sma shafa rsain tuh

2024-03-02

1

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

hadeeeeh,, emang dasar ratu aja gak setia,, alasan macem2

2024-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!