PENYELAMAT Gadis Amnesia
"Lepas!"
"Nggak akan!"
"Aku mohon lepaskan aku! Aku nggak mau melakukan itu, Mas!" seru seorang gadis yang begitu ketakutan saat kekasihnya memaksa ingin melecehkan.
Hubungan mereka yang sudah bertunangan membuat Gilang meminta lebih pada Salsabila. Namun sejak awal Salsabila tidak menginginkan lebih dari pada berpegangan tangan. Entah mengapa gadis itu ragu akan ketulusan hati Gilang padanya.
Mobil berjalan ugal-ugalan. Salsabila berusaha menghentikannya dengan menarik tangan Gilang yang sedang memegang kemudi.
Gilang yang tau akan sangat berbahaya dan menyadari kawasan sepi memilih untuk menghentikan mobilnya tepat di atas jembatan.
"Diam!" sentak Gilang yang sudah dipenuhi emosi dan dorongan ingin memiliki Salsabila seutuhnya.
"Buka pintunya aku mau keluar!" sentak Salsabila tak kalah seru.
"Nggak akan! Ingat Sabil sebentar lagi kita akan menikah! Apa salahnya jika aku menginginkan lebih? Toh nantinya kamu akan menjadi istri aku 'kan?" tanya Gilang lalu perlahan mendekati Salsabila yang semakin terpojok menatap penuh ketakutan.
"Jangan konyol, Mas! Aku nggak mau sebelum ada kata ijab di antara kita. Jika kamu mencintaiku seharusnya kamu itu menunggu bukan memaksaku seperti ini!" Salsabila terus memberontak saat wajah Gilang semakin mendekat dan tubuhnya terus mengikis jarak.
"Kita sama-sama cinta, Salsabila. Kamu tunanganku dan hari pernikahan kita sudah ditetapkan. Hanya sekali agar aku semakin yakin jika kamu benar-benar mencintaiku, Sayang."
"Omong kosong! Aku tidak sudi, Mas!" Kedua mata Salsabila memerah bahkan air matanya sudah mengalir deras. Sungguh hari ini benar-benar sial untuknya. Kedua mata memancarkan ketakutan dan kebencian pada calon suami yang mengutamakan naffsu semata.
"Tolong! Tolong!" teriak Sabil sekencang mungkin.
"Diam Sabil! Aku akan melakukan semuanya dengan pelan. Aku mencintaimu, Sayang. Jangan menangis! Sungguh hanya sekali dan kita akan mengulangnya nanti di malam pertama pernikahan kita."
Gilang semakin mengikis jarak bahkan mengukung dengan posesif dan mengunci kedua tangan Salsabila hingga gadis itu sulit untuk memberontak.
Namun agaknya otak Salsabila bekerja dengan baik. Kedua tangannya tak mampu dia gerakan tetapi kedua kaki begitu lihai menendang tepat sasaran hingga lawan meringis kesakitan.
Bugh
"Awwhh... Sabil!"
Tak hanya satu kali, bahkan dia mengulanginya hingga Gilang melepaskan dirinya. Dengan kekuatan yang masih tersisa Sabil segera membuka kunci dan bergegas keluar dari dalam mobil.
"Mau kemana kamu, Sabil? Berhenti!" Gilang berusaha meraih tubuh Sabil tetapi gadis itu berhasil meloloskan diri. Sabil keluar dari mobil dengan tubuh gemetar dan langkah yang ia paksakan.
Menghindari Gilang yang akan meraih tubuhnya membuat Sabil memiliki kekuatan ekstra. Padahal tenaganya hampir habis untuk melawan Gilang tetapi diri yang tak ingin kembali pada pria itu membuatnya melangkah tanpa ragu.
"Tolong!" Sabil kembali meminta pertolongan. Berharap ada warga yang datang dan membantunya dari jeratan Gilang. Dia terus berlari menyusuri jembatan mencari jalan agar bisa bersembunyi dan terhindar dari pria itu.
Namun naas, bukan jalan keluar yang ia temukan tetapi sungai yang deras menyambutnya di depan mata. Kakinya terperosok pada jalanan yang licin usai hujan dan dia tak sempat berpegangan apapun.
Byurr
"Sabil!"
Gilang yang berada di ambang pintu mobil mendengar jelas suara teriakan dan air yang terdengar nyaring seperti kejatuhan sesuatu dari atas. Dia yakin jika itu Sabil.
Dengan tertatih Gilang turun dari mobil lalu melihat sungai dari pinggir jembatan. Benar saja Sabil terjatuh dan tubuhnya terbawa arus hingga terbentur batu besar.
"Astaga, Sabil! Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan?" Gilang bergegas pergi dari sana. Dia takut disalahkan dan menjadi tersangka. Gilang memilih untuk melarikan diri.
Sementara di bawah sana, jeritan dari seorang wanita membuat Khasafa yang sedang membidik suatu gambar di atas batu besar di tengah-tengah sungai mendadak diam. Hingga ia melihat seorang gadis terjatuh di depan mata.
"Astaghfirullah... Mati apa hidup itu orang?"
Kashafa melihat jelas seorang gadis yang terjun dari atas. Dia segera mendekat untuk memastikan keadaan gadis itu. Mencoba menolongnya dan mengangkat gadis itu ketepian.
"Ya Tuhan kepalanya berdarah. Gue harus cepat-cepat bawa dia ke rumah sakit. Bisa koit ini cewek kalau lama-lama nggak ditolong. Mana cakep lagi. Kan nggak lucu kalau loe gantiin hantu legendaris hantu jembatan Ancol."
Kashafa segera mengangkat tubuh gadis itu. Lebih dulu dia masukkan kamera ke dalam tas lalu melangkah pergi membawa gadis itu menuju mobilnya.
Keadaan sungai sehabis hujan membuat situasi sepi dan jalanan licin. Susah payah Kashafa menyelamatkan gadis cantik berambut panjang itu menuju mobilnya.
Kashafa melajukan mobil dengan kecepatan tinggi setelah berhasil membawa gadis yang ia temukan masuk ke dalam mobilnya. Hari sudah menjelang senja dan dia harus lebih dulu menyelamatkan gadis cantik yang ia temukan di sungai tadi. Entah sial atau keberuntungan.
"Lagian loe ngapain main-main di sungai sich? Beruntung ketemu gue bukan buaya." Kashafa melirik Sabil dari kaca mobilnya. Tak tega juga saat melihat kepala gadis itu terus mengeluarkan darah.
Sampai di rumah sakit terdekat Kashafa kembali mengangkat tubuh Sabil dan membawanya masuk.
"Sus tolong, Sus!" seru Shafa meminta pertolongan pada team medis.
Tak menunggu lama para tenaga medis pun segera membukakan pintu ruang IGD untuk segera menangani gadis itu.
Shafa menunggu di depan ruang tunggu. Pakaiannya kotor terkena darah dari gadis ia tolong. Dia memilih untuk duduk dulu memastikan gadis itu baik-baik saja baru dia akan berganti pakaian yang ada di dalam mobil.
Hampir satu jam menunggu dan Dokter akhirnya keluar dari ruangan IGD. Melihat itu Shafa segera berdiri mendekati.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Shafa dengan tatapan ingin tahu.
"Anda keluarganya?" tanya Dokter pada Shafa.
"Saya hanya pangeran pengangguran yang menolongnya, Dok. Dia saya temukan di sungai. Entah bidadari dari khayangan yang diutus Tuhan untuk menggoda saya atau dayang-dayang yang dikirim untuk menjadi jodoh saya."
Kashafa membuat Dokter menggelengkan kepala. Di saat genting begini masih bisa-bisanya Shafa mengatakan demikian.
"Maaf, Dok. Saya tegang jika berhadapan dengan seorang Dokter. Jadi begitu Dok. Saya hanya menemukannya di sungai," lanjut Shafa menjelaskan.
"Terjadi pendarahan di kepalanya. Kemungkinan juga pasien mengalami gagar otak. Saat ini beliau pun membutuhkan donor darah. Kebetulan stok di rumah sakit habis dan baru besok tersedia kembali sedangkan pasien harus segera mendapatkan pendonor darah sekarang. Jika tidak..."
"Darah saya saja, Dok!" sahut Shafa penuh percaya diri padahal tangannya gemetaran. Dia takut dengan jarum suntik tetapi tak ingin gadis itu mati.
"Apa golongan darah anda?"
"A, Dok. Silahkan!" ucapannya mantap.
"Baik, anda bisa ikut saya untuk kami periksa terlebih dahulu."
Kashafa menghela nafas berat. Kedua matanya terpejam kuat lalu kembali menatap Dokter yang sudah lebih dulu melangkah.
"Ya Tuhan kuatkan aku... Nggak lucu gue yang donorin terus gue juga yang mati gara-gara tremor sama jarum suntik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ita rahmawati
jodohmu fa 😅
2024-10-02
0
Eva Nietha✌🏻
Jodoh kashafa
2024-05-20
0
Rohad™
Kocak nih, saya suka 😆
2024-03-14
1