Bab 07

"Hachie! Hachie! Buka pintunya! Loe kenapa?" Kashafa mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh Salsabila. Jujur dia khawatir. Raut wajah Salsabila terlihat panik yang membuat Shafa takut Salsabila kembali kesakitan.

Kashafa yakin ada sesuatu yang membuat gadis itu trauma. Namun apa? Ada apa dengan mobil? Bukannya semua orang pasti pernah menaikinya.

Sementara Salsabila kini terduduk di ranjang. Kepalanya sakit setelah melihat mobil Shafa. Bahkan tubuhnya bergetar membuatnya panas dingin.

Gadis itu mengabaikan ketukan pintu dari Kashafa yang terkesan tak santai. Pria itu begitu ingin sekali melihat bagaimana keadaan Salsabila, tetapi gadis yang ingin ditemui kini justru memilih naik ke atas ranjang dan menarik kembali selimutnya.

"Kepala aku sakit," keluh Sabil. Air matanya mengalir dan hatinya merasa sakit.

Shafa menghela nafas saat Sabil tak kunjung membukakan pintu sedangkan Ratu sudah menunggu. Dia memutuskan untuk menemui Bibi terlebih dahulu sebelum pergi dan meminta Bibi untuk memperhatikan Salsabila. Shafa pun meminta Bibi membujuknya untuk keluar .

"Bi aku minta tolong, Hachie ada di kamarnya. Nanti Bibi coba bujuk dia agar mah keluar ya! Setelah keluar kamar Bibi cek lagi kondisinya. Sakit atau tidak. Aku ingin mengantarkan Ratu dulu. Setelah itu aku pulang lagi."

"Iya Den, nanti Bibi coba. Hati-hati ya, Den."

"Iya Bi, terimakasih."

Shafa pun segera pergi. Dia melangkah kembali menuju mobil untuk mengantar Ratu ke studio.

"Kamu lama! Dia kenapa? Perhatian sekali. Aku nggak suka, Shafa!" protes Ratu justru membuat Shafa semakin pusing.

"Nggak usah dibesar-besarkan kan. Gue udah jelasin dan nggak akan menjelaskan lagi."

"Kok gue?" tanya Ratu kembali protes.

"Lagian loe berisik! Dewasa dikitlah. Dia itu lupa ingatan dan gue nggak mungkin cuek karena gue yang bawa dia pulang. Kalau anak orang kenapa-kenapa gimana? Siapa orang pertama yang disalahin? Yang waras tuh ngalah!" sahut Shafa sedikit sewot lalu melajukan mobilnya.

"Tapi dia kan waras, gimana kalau ujungnya merebut kamu dari aku?" tanya Ratu dengan was-was.

"Mikir loe kejauhan! Nggak usah dibahas!" celetuk Shafa membuat Ratu diam. Tak ada lagi pembahasan tentang Salsabila yang menjadi alasan perdebatan itu terjadi. Padahal sejak awal pacaran tak ada perdebatan diantara mereka dan ini yang perdana. Tentu saja membuat Ratu sangat kesal.

Sampai di studio Kashafa dan Ratu melangkah masuk menemui Revan yang sudah menunggu. Revan adalah sahabat Kashafa. Memiliki profesi yang sama tetapi Shafa lebih suka memotret alam dan mengambil job prewedding outdoor dari pada indoor yang tak memiliki banyak kesan.

Namun dunia mereka memang cukup keras. Hidup mereka bebas, maka tak heran Shafa lebih nyaman seperti ini dari pada harus bekerja dalam satu ruang lingkup saja. Dia tak lepas juga dengan dunia malam yang menjadi tempat tongkrongannya. Hanya untuk sekedar kumpul tetapi bukan asal nyebur.

Shafa setia tetapi dalam kisah percintaan selalu saja dia kalah. Pernah dicurangi mantan dan ditikung oleh Abangnya sendiri. Maka dari itu dia agak sulit mencari wanita yang benar-benar cocok dan kembali menjatuhkan hatinya lagi.

Dengan Ratu pun karena sejak awal mereka bersahabat dan Ratu lah yang meminta lebih dulu. Bukan Kashafa yang menjatuhkan hatinya dan meminta Ratu menjadi pacar. Dia hanya mencoba membuka hati. Namun tetap saja, jika sudah berkomitmen Shafa tetap menjalaninya dengan serius.

"Kalian lama!" sarkas Revan saat melihat keduanya yang baru datang.

"Sorry ada kendala tadi," sahut Shafa agar Ratu tak kena pasal kemudian menoleh ke arah kekasihnya. "Sana ganti baju! Aku tunggu!"

"Kamu nungguin aku sampai selesai 'kan?"

"Sekali take aja, setelahnya aku ada kerjaan," jawab Shafa jujur meskipun bukan pekerjaan yang sesungguhnya melainkan momongan yang ia khawatirkan.

"Ikh kamu!" Ratu mengomel lalu masuk ke ruang ganti. Shafa pun mendekati Revan yang sedang menata kamera.

"Gue nitip Doi. Sorry nggak bisa lama-lama nunggu sampai kelar. Ada hal penting yang harus gue kerjain," ucapannya pada Revan.

"Oke, tenang aja. Aman," sahut Revan pada Shafa.

Setelah menunggu hampir setengah jam, Ratu keluar dengan pakaiannya yang pas body dab penampilan yang menarik. Kali ini pemotretan untuk iklan salah satu brand pakaian ternama. Setelah itu baru pemotretan untuk salah satu majalah yang sudah mengontraknya.

"Tunggu aku kelar sesi ini dulu. Setelahnya kamu baru boleh pulang," ucap Ratu sebelum menuju tempat pemotretan.

Kashafa pun hanya mengangguk mengiyakan keinginan Ratu lalu diam memperhatikan kekasihnya yang sedang bergaya di depan kamera.

"Ck gue nggak tenang." Usai sesi pertama selesai, Shafa pun segera mendekati Ratu lalu pamit padanya. Sedikit kendala karena Ratu yang merengek tak mau ditinggal, tapi Shafa tak bisa menunggu lama disana. Dia kepikiran dengan Salsabila yang entah saat ini sudah mau keluar kamar atau belum.

Sampai di rumah Kashafa segera berlari masuk. Dia melangkah menuju dapur dan menanyakan lebih dulu pada Bibi.

"Bi bagaimana? Apa Hachie mau keluar kamar?"

"Belum, Den. Bibi sudah ketuk berulang kali tetap nggak mau nyahut. Nggak mau keluar juga. Jadi Bibi tinggal berbenah aja. Mungkin tidur, Den."

"Ya udah, makasih Bi." Shafa berlari menuju kamar Salsabila. Dia semakin khawatir saja. Kembali mencoba mengetuk pintu kamar tetapi benar apa yang dikatakan Bibi tadi. Gadis itu tak mau membukakan pintunya.

"Kunci serep dimana ya? Dari pada gue dobrak malah rusak." Shafa mencari kunci serep di laci meja. Dia menggeledah semuanya tetapi tak ia temukan sama sekali. Entah dimana Mamah dan Papahnya menyimpan kunci itu.

"Ini Mamah sama Papah kalau nyimpan sesuatu kebangetan rapi sampe sulit dicari. Ampun dech gue. Mana udah siang itu anak belum makan. Biasa ngabisin jajanan ini baru makan roti doang selembar," oceh Shafa sewot.

Kashafa frustasi, dia memutuskan kembali dan mendobrak pintu kamar Salsabila. Melangkah mendekati pintu kamar itu dan menatapnya dengan mantap. Namun sebelumnya Shafa berteriak terlebih dahulu agar Sabil menyisih.

"Hachie kalau nggak mau buka jangan berdiri di depan pintu ya! Abang mau dobrak nich. Jangan aja loe ikut mental barengan ini pintu."

Kashafa mundur mengambil ancang-ancang. Dia menggulung lengan jaketnya kemudian mengumpulkan tenaga dalam.

"Bismillahirrahmanirrahim... Jangan rusak parah ya." Shafa menarik nafas dalam. Dia sedikit menunduk lalu berlari dan memposisikan diri untuk mendorong pintu tersebut.

BRUGH

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

shafa lama² bisa jatuh cinta nih

2024-03-09

2

Enisensi Klara

Enisensi Klara

Shafa macam ngomelin anaknya 🤣🤣🤣

2024-01-30

1

Enisensi Klara

Enisensi Klara

Ada adek Hachie dirumah yg perlu dimomong ya Abang 🤣🤣🤣

2024-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!