Bab 08

Kedua mata Salsabila terbuka lebar saat bibir Shafa menempel rapi pada miliknya. Tubuhnya kaku dan jantungnya pun berdegup kencang. Nafas Shafa begitu terasa membuatnya semakin tak mampu membuka suara.

Begitupun dengan Kashafa, dia terkejut dengan posisinya saat ini. Berniat ingin mendobrak justru lancar hingga menubruk tubuh Salsabila. Shafa tak bisa menghentikan tubuhnya saat Sabil yang tiba-tiba membuka pintu.

Kini keduanya dalam posisi yang tak aman. Shafa menindih tubuh gadis itu membuat siapa saja yang melihat pasti salah paham. Beruntung kedua orang tuanya tidak ada. Perlahan Shafa melepas bibirnya yang lancang mampir lalu menunduk berusaha untuk bangun.

"Maaf ya. Abang nggak sengaja." Shafa beranjak dari sana sedangkan Salsabila masih diam dan perlahan menyentuh bibirnya dengan kedua mata yang mengerjab membuat Shafa mendadak gemas.

Shafa menarik nafas dalam kemudian mengulurkan tangannya pada Shafa. "Ayo bangun! Sorry Abang lancang. Ada yang sakit nggak? Badannya gimana?" tanya Shafa tetapi Sabil tak kunjung meraih tangannya membuat Kashafa semakin geregetan. Gadis itu masih terdiam menatapnya.

"Ayo Neng! Jangan bikin orang salah paham! Keburu Mamah pulang nanti," ucap Shafa kemudian meraih tangan Sabil dan pinggul gadis itu membantunya hingga Salsabila berdiri tegak.

Kini keduanya saling berhadapan dengan jarak yang dekat. Mereka terdiam saling memandang, tetapi setelahnya Shafa berdehem lalu membuang muka.

"Kok manis, Bang?" tanya Salsabila yang membuat kedua mata Khasafa mendelik.

"Hah?" Sontak Shafa pun menoleh ke arah Salsabila dan kembali menatap wajah polosnya.

"Maksudnya gimana? Harusnya gue yang ngomong gitu. Kenapa jadi terbalik?" Shafa menggelengkan kepala kemudian membawa Salsabila menuju dapur.

"Lebih baik loe makan, Hachie! Belum makan 'kan? Ayo makan dulu! Mau yang manis apa yang gurih? Manis aja ya! Biar hilang rasa yang tadi," ucap Shafa lalu meraih makanan yang ada di dalam kulkas. Dia menyajikannya untuk Salsabila agar lebih dulu memakan makanan yang manis-manis.

"Nich makan! Jangan sampe loe candu sama bibir gue. Bahaya! Eh tapi sebelumnya Hachie pernah ciuman nggak?" tanya Shafa yang kini terduduk di samping Salsabila. Entah mengapa Shafa mendadak ingin tau. Apa lagi saat respon Salsabila justru di luar apa yang ia pikirkan. Kashafa berpikir jika Salsabila sudah sering, tetapi dia ingin memastikannya dulu sebelum menyimpulkan. Mengingat gadis yang ada dihadapannya adalah gadis amnesia.

"Ciuman?" tanya Hachie lagi. Shafa pun mengangguk begitu penasaran. Dia menatap wajah Hachie dengan tatapan penuh menyelidik. Tak mengalihkan barang sedetik pun. Memperhatikan ekspresi wajah Salsa yang terlihat serius.

"Ciuman..." Salsabila terdiam mencoba mengingatnya. Namun bayangan akan seseorang yang ingin mendekat dan memaksa membuatnya mendadak berkeringat dingin. Tak seperti saat tadi Shafa menciumnya. Nafasnya pun ngos-ngosan membuatnya semakin sesak.

"Hachie... Eh Neng Hachie? Loe kenapa?" tanya Shafa saat melihat perubahan di diri Salsabila.

Kedua mata gadis itu memerah. Kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri dan keringat semakin bercucuran.

Salsabila menggelengkan kepala dengan kuat. Terlihat dari sorot matanya begitu ketakutan. Khasafa yang melihat itu segera beranjak dan meraih tubuh Salsa lalu memeluknya. Dapat ia rasakan tubuh Salsa bergetar dan kedua mata terpejam kuat saat masuk ke dalam pelukannya.

"Sstt... Tenang ya! Tenang! Ada Abang Shafa disini. Sudah jangan diinget-inget lagi ya." Shafa mencoba untuk menenangkan Salsabila. Kashafa menarik nafas dalam saat dia semakin sadar jika Prnya banyak. Bukan hanya membuat Salsabila kembali mengingat jati dirinya tetapi juga memecahkan apa yang menjadi masalah hidup gadis itu.

***

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Shafa pada Dokter yang ia panggil untuk memeriksa kondisi Salsabila. Jujur Kashafa sangat khawatir sekali akan kondisi Salsa.

"Pasien sepertinya mengalami trauma sebelum kecelakaan itu terjadi. Ada kemungkinan mengalami kejadian yang tak buruk dalam hidupnya. Seperti mendapatkan ancaman yang membuatnya ketakutan akan sesuatu yang berkaitan dengan itu."

"Hanya Anda yang bisa membantu karena sesuai yang anda katakan jika pasien hanya nyaman dengan anda," jawab Dokter tersebut.

"Apa yang harus saya lakukan saat ini, Dok?"

"Sebaiknya anda pun menjauhkan pasien dari hal-hal yang berbahaya. Seperti sesuatu yang membuat pasien mengalami perubahan fisik seperti  tadi. Sesuai dengan apa yang beliau takuti sebelumnya."

"Kira-kira berapa lama dia akan mengalami amnesia, Dok?" tanya Shafa lagi.

"Perbaikan dalam amnesia biasanya akan terjadi dalam waktu enam sampai sembilan bulan. Semoga ini bersifat sementara mengingat pasien yang mulai mengingat sesuatu, meskipun itu hal buruk. Setidaknya bukan permanen dan pasien bisa kembali mengingat dalam jangka waktu kurang dari perkiraan."

"Terimakasih Dok."

"Ya, kalau begitu saya pamit. Biarkan dia istirahat dulu. Jika sudah bangun segera beri makan dan obat yang sudah berikan. Semoga itu bisa membantu kesembuhan pasien."

"Baik Dok."

Usai mengantar Dokter sampai ruangan depan. Shafa kembali melangkah masuk kamar.

Shafa melihat Salsabila yang kini tengah terlelap setelah tadi diperiksa dan diberikan obat. Shafa pun mengusahakan obat yang bagus untuk gadis itu. Melihat apa yang terjadi pada Salsabila membuatnya semakin tak tega.

Andai ada solusi yang terbaik dari yang paling baik dan tak mengancam keselamatan gadis itu pasti sudah Shafa lakukan.

Shafa keluar kamar bertepatan dengan Mamah Kaira yang baru pulang. Dia melihat Mamah Kaira kini melangkah mendekat dengan buru-buru.

"Shafa, mamah lihat ada Dokter datang. Ada apa? Apa Hachie sakit lagi?" tanya Mamah Kaira yang baru saja pulang dari sekolah. Tak sengaja beliau melihat Dokter keluar dari rumahnya. Tiba-tiba rasa khawatir pun menyelimuti.

"Iya Mah, tadi si Hachie ketakutan gitu."

" Kok bisa? Kamu isengin?" tanya Mamah Kaira menatap putranya dengan tatapan selidik.

"Mana ada? Justru Shafa bingung dia kenapa. Shafa curiga dia korban kejahatan, Mah." Shafa menghela nafas kasar lalu teringat akan wajah polos Salsabila. Terlebih saat gadis itu mengatakan jika bibirnya manis tetapi saat ditanya responnya justru tak sesuai dengan ekspresinya di awal tadi.

"Kasihan sekali dia. Semoga cepat mengingat kembali siapa dirinya. Mamah nggak tega. Sudah jangan kamu buru-buru juga! Biarkan semua berjalan apa adanya. Mamah yakin jika suatu saat nanti Hachie pasti akan sembuh. Yang penting dia sehat dulu."

"Iya Mah, terimakasih sudah mau menerima dia."

"Hmm... Jadi anak Mamah juga nggak apa-apa kok."

"Apa, Mah? Jadi mantu Mamah?" tanya Kashafa menggoda.

"Maunya kamu itu.Nggak akan bisa kalau kamu belum menemukan orang tuanya. Lagipula Ratu mau kamu kemanain?"

"Hanya bercanda, Mah. Kecuali kalau Hachie mau dijadikan yang kedua," jawab Shafa lalu mengecup pipi Mamah Kaira kemudian berlari menuju kamar.

"Awas ya kamu! Dilarang poligami! Jangan ikut-ikutan Abang kamu!" ancam Mamah Kaira.

"Bercanda Mah," seru Shafa dengan terkekeh.

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

aduuuuh kocak nich mau dobrak pintu jadinya malah ciuman

2024-03-09

2

Anindyanadhif

Anindyanadhif

mungkin Shafa baru makan ice cream jadi pas gak sengaja nyium Sabil rasanya manis 🤭🤭🤭

2024-01-30

1

Tri Handayani

Tri Handayani

kya'nya mau jdi mantu satu"nya aja mah,pling lama"jg shafa end sama ratu karena posesifnya.

2024-01-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!