Bab 14

Salsabila ingin kembali masuk ke dalam bagasi mobil tetapi dengan cepat Shafa menarik tangannya lalu membawanya untuk masuk ke dalam mobil. Sontak Salsabila panik, tubuh gadis itu mendadak menegang membuat Shafa membalikkan tubuhnya lalu menatap wajah Salsabila yang memucat.

"Dicoba dulu! Loe pasti bisa." Shafa membuka pintu mobil lalu memperlihatkan pada Salsabila. "Lihat! Nggak ada kadal atau buaya di dalam mobil gue. Apa lagi macan atau serigala. Aman," lanjut Shafa yang meyakinkan. Dengan begini Shafa berharap Salsabila tak lagi takut dan menghilangkan rasa traumanya. Dia pun berharap Salsabila lekas pulih.

"Bang..." Salsabila menatap penuh keraguan. Dia menggelengkan kepala tetapi tatapan Shafa penuh ketegasan membuat Salsabila dengan terpaksa masuk. Salsabila memejamkan kedua matanya tetapi bayangan akan sesuatu kejadian yang mengerikan membuat kepalanya kembali berdenyut.

Melihat itu Shafa pun segera berlari masuk mobil. Dia duduk di kursi kemudi lalu meraih tubuh Salsabila dan memeluknya dengan erat. Shafa mengusap kepala Salsabila penuh kelembutan dan tangan kiri mengusap punggung gadis itu. Menenangkan Salsabila hingga suara rintihannya tak lagi terdengar.

Kashafa merenggangkan pelukannya, dia melihat wajah Salsabila yang masih terlihat pucat tetapi sudah lebih tenang.

"Sekarang loe duduk dengan tenang! Loe harus bisa melawan rasa trauma itu. Buka lagi memory dulu, sedikit-sedikit loe pahami. Sakit sedikit tahan, tapi kalau udah nggak kuat lepas. Jangan dilanjutkan!" Shafa merangkum kedua sisi pipi Salsabila. Dia berharap dengan caranya Salsabila bisa cepat menemukan kembali ingatan yang sempat hilang.

Salsabila tak menjawab, gadis itu hanya diam kemudian memejamkan kedua matanya. Salsabila duduk di joknya dan Shafa pun mendekat memasang safety belt di tubuh gadis itu.

Shafa terdiam melihat wajah polos Salsabila. Sempat kesal karena gadis itu membuatnya cekcok dengan Ratu. Namun ingin menyalahkan pun Shafa tak tega. Entah rasa marahnya justru berubah dengan dirinya yang bersikap tegas pada Salsabila. Caranya memang sedikit memaksa tetapi ini demi kebaikan Sabil.

Salsabila terdiam tanpa suara. Meskipun sudah tak meronta sakit tetapi wajahnya masih tegang. Kembali membuka mata saat bayangan sudah hilang. Namun enggan menoleh ke arah Shafa. Dia terdiam menatap jalan tanpa kata.

Hening, tak ada celotehan dari bibir Salsabila dna tak ada juga kata celetukan dari Shafa. Mobil serasa senyap dan keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

...****************...

Khasafa menghela nafas panjang saat melihat gadis di sampingnya sudah terlelap. Mobil sudah terparkir rapi di halaman rumah dan kini Shafa diam memperhatikan wajah Salsabila. Ada rasa bersalah setelah memaksa.

Shafa tak membangunkan. Dia turun kemudian mengangkat tubuh Salsabila dan membawanya masuk. Kebetulan kedua orang tuanya sudah tidur. Bibi yang kini membukakan pintu.

"Mamah Papah sudah tidur, Bi?"

"Sudah, Den."

Shafa bergegas masuk kamar Salsabila. Dia merebahkan gadis itu di atas ranjang kemudian terdiam duduk di pinggir ranjang. Shafa kembali memperhatikan wajah Salsabila dengan lekat.

"Gue nggak tau ada rencana apa Tuhan mempertemukan loe sama gue, tapi sumpah loe tadi nyebelin." Tangan Shafa terulur mengusap kepala Salsabila. Dia tersenyum lalu beranjak. "Maaf buat yang tadi."

Shafa bergegas keluar dari kamar Sabil. Helaan nafas begitu terdengar. Dia menoleh ke belakang menatap Salsabila yang tertidur pulas. Menutup pintu dan pergi dari sana.

...****************...

Pagi ini Kashafa sudah rapi dengan outfitnya. Dia ingin pergi pemotretan. Ada job untuk foto prewedding. Bergegas dia keluar kamar dengan membawa tas yang sudah berisikan kamera dan perlengkapannya.

"Ada job?" tanya Papah Regan pada putranya.

"Iya Pah," jawab Shafa kemudian duduk untuk lebih dulu sarapan. Tak terlihat Salsabila di sana. Kursi yang ditempati kosong. Shafa pun menoleh ke arah kamar yang tertutup rapat.

"Mencari Hachie?" tanya Papah Regan saat melihat gerak gerik putranya.

"Iya Pah. Kemana? Tumben belum keluar kamar, Pah." Shafa mengambil roti lalu memolesnya dengan selai.

"Kata Mamamu sakit, badannya panas selepas subuh tadi tapi."

Shafa terdiam, dia meletakkan rotinya lagi di piring kemudian bergegas beranjak dari sana menuju kamar Salsabila. Teringat akan semalam dirinya yang memaksa. Mungkinkah karena itu membuat gadis amnesia itu sakit.

Terlihat Salsabila memejamkan kedua mata. Namun ada kain kompres di keningnya. Shafa menarik nafas dalam lalu melangkah mendekat.

Dia meraih kain kompres itu dan memasukkannya ke dalam wadah. Perlahan Shafa duduk di ranjang masih terus memperhatikan.

"Masih pusing?" tanya Shafa yang tau jika Salsabila tidak tidur.

Kedua mata gadis itu pun terbuka. Terlihat sayu dan memerah. Sontak tangan Shafa terulur mengecek suhu tubuh Salsabila.

"Masih panas, ke dokter ya!" ucao Shafa dengan wajahnya yang datar.

"Baru minum obat, Bang. Nanti juga turun. Abang sudah rapi mau kemana?" tanya Salsabila pada Shafa.

"Gue ada gawe, loe di rumah jangan telat makan. Nanti minum obatnya lagi. Jangan lupa juga minum obat yang dari dokter waktu itu. Gue sebentar, nanti kalau udah kelar langsung pulang. Bilang Mamah kalau ada apa-apa. Ke dokter aja kalau nggak kuat."

Shafa panjang lebar memberikan pesan dan hanya dijawab anggukan oleh Salsabila.

"Istirahat dulu otaknya. Jangan buat ingat-ingat lagi! Besok lagi kalau udah sembuh. Maaf buat yang semalam."

"Aku yang harusnya minta maaf, Bang. Aku udah buat Abang berantem sama Kak Ratu semalam," ucap Salsabila lirih. Namun Shafa tak menanggapi.

"Abang berangkat dulu ya. Ingat pesan Abang tadi" Kashafa beranjak lalu mengusap lembut pucuk kepala Sabil kemudian keluar kamar.

Tangan Sabil terangkat menyentuh kepalanya. Dia terdiam melihat punggung Kashafa yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu. Seulas senyum tipis terlihat di wajahnya. Namun saat teringat akan wajah Shafa semalam yang terlihat marah senyumnya pun surut.

"Mah, Shafa titip Hachie," ucap Shafa sebelum pamit pergi.

"Dia panas badannya tapi sudah Malam minumin obat. Nanti Mamah kabari kamu jika tak ada perkembangan. Mungkin karena semalam kalian pulang malam."

"Nggak malam juga kok, Mah. Ya udah Shafa berangkat." Shafa menyalami tangan Mamah.

"Hati-hati ya! Kamu bawa mobil?"

"Iya, motor cuma karena dia. Kalau nggak ya nggak."

"Sudah lama dan Mamah harap kamu sudah bisa melupakan. Semua juga sudah mengikhlaskan. Itu musibah bukan salah kamu juga. Mamah lihat kamu bisa walaupun kemarin sempat jatuh. Ada kemajuan demi Hachie."

Shafa mengangguk tanpa mau membahas apapun. Dia segera pergi karena klien sudah menunggu. Lokasi pun lumayan jauh.

"Aku berangkat, Mah. Assalamualaikum..."

"Waallaikumsalam..." Mamah Kaira menarik nafas dalam menatap kepergian Shafa. Beliau ingat betul bagaimana dulu Shafa sempat terpuruk hingga kembali bangkit dan menjalani hidupnya dengan normal lagi.

Datangnya Salsabila pun mulai membuat Shafa yang dulu hampir ingin membakar motornya. Namun dilarang keras oleh Regan dan kemarin demi Salsabila, putranya mau menyentuh motor kesayangan yang sempat membawa duka.

"Semoga kalian saling menyembuhkan."

Terpopuler

Comments

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

emang ada kejadian apa di masa lalu dgn khasafa Thor?

2024-02-25

1

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

hayokkk bang pepet trus sp tau dia jodoh terbaik mu bang

2024-02-01

0

Tri Handayani

Tri Handayani

harapan q jg sama mama kaira semoga shafa dn sabil saling menyembuhkan dn saling menyayangi.

2024-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!