Bab 09

Setelah terjaga dan makan, Salsabila mencari Kashafa yang sejak ia bangun tak terlihat batang hidungnya. Hanya ada Mamah Kaira yang sejak tadi menemaninya makan dan sedikit bercerita.

"Tante, Abang kemana?" tanya Salsa pada Mamah Kaira.

"Owh Shafa ada di kamar, Sayang. Mungkin sedang tidur. Coba saja panggil! Siapa tau sudah bangun atau sedang mengerjakan pekerjaannya," jawab Mamah Kaira.

Salsabila mengangguk lalu melangkah menuju kamar Shafa. Dia menaiki tangga melihat pintu kamar yang sedikit terbuka.

Salsa melangkah mendekat hingga terlihat Shafa sedang sibuk menatap layar laptop. Salsa pun mengetuk pintu membuat pria 25 tahun itu menoleh ke arahnya.

"Abang..."

"Eh Hachie... Sini masuk!" ucap Kashafa lalu menggeser kursi di sebelahnya untuk Salsabila duduk.

"Kenapa nyariin, Abang?" tanya Shafa yang kembali fokus melihat layar laptopnya.

"Hanya ingin lihat Abang," jawab Salsabila membuat Shafa kembali menoleh melihat ke arah gadis itu.

"Mau lihat Abang? Apanya?" Ntah pertanyaan macam apa yang Shafa ajukan pada Salsa. Namun gadis itu mampu menjawab dengan jawaban yang kembali membuat Shafa pusing kepala.

"Wajah Abang," jawab Salsabila.

"Eh bocah, bisa banget jawabnya. Udah makan belum? Tadi ada obat diminum ya biar cepat sembuh," sahut Shafa lalu meraih ponselnya. Dia melihat ada pesan dari Ratu yang mengabarkan jika sudah pulang dan meminta untuk dijemput tetapi Shafa mengatakan jika sedang sibuk.

"Udah Bang. Abang lagi buat apa?" tanya Shafa yang kini melihat ke arah laptop milik Kashafa.

"Ngedit foto, mau dicetak terus kasih ke pelanggan biar dapet cuan."

Salsabila mengangguk lalu meraih kertas kosong dan pensil. Dia terlihat anteng membuat Shafa yang sudah menyelesaikan pekerjaannya kini menoleh kembali ke arah gadis itu.

"Suka gambar?" tanya Shafa lalu meraih kertas yang Salsa coret-coret sejak tadi. " Bagus, jangan-jangan loe desainer ya?" tanya Shafa lagi saat melihat hasil gambar Salsabila. Gadis itu membuat suatu gaun yang menurut Shafa bagus dan bernilai jual. Namun Salsa hanya menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya.

"Kok nggak tau? Gue curiga loe tuh pintar. Apa bener dugaan gue?" tanya Shafa lagi tetapi lagi-lagi Salsa melakukan hal yang sama.

"Kita jedotan kepala aja yuk! kali aja setelah itu loe inget siapa diri loe," sahut Shafa gemas. Geregetan sekali saat jawaban yang ia dapat hanya gaya tubuh yang intinya tidak tau.

Salsabila menatap Shafa dengan tatapan polos yang membuat Shafa kembali menatapnya dengan serius.

"Kenapa? Ada yang mau loe tanyain sama gue?" tanya Shafa lagi tetapi kali ini gadis itu mau menjawab dan bersuara.

"Memang benar aku anak hilang?"

"Orang hilang, loe udah bukan bocah lagi. Malah kayaknya umur loe sama gue cuma beda beberapa tahun."

"Abang nemuin Aku dimana? Kenapa aku bisa sama Abang? Kenapa juga aku nggak ingat apa-apa?" cecar Salsabila membuat kedua alis Shafa terangkat.

"Bisa banyak omong juga ya loe. Itu obat manjur. Otak loe langsung balik pinter kayaknya. Baguslah, tapi kalau udah sehat jangan lupa sama gue. Jajanin cilok juga boleh," sahut Shafa lalu terkekeh menatap Salsa.

"Gini, gue ceritain tapi kalau kepala loe sakit. Gue berhenti ya?" ucap Kashafa membuat perjanjian.

Salsabila mengangguk paham lalu mulai menyimak apa yang diceritakan oleh Shafa.

"Gue nemuin loe udah jatuh dari atas. Makanya gue tanya loe dayang-dayang bukan? Gue nyari selendang loe tapi nggak ada."

"Bang.."

"Iya gue jelasin lagi, duh udah mulai pinter momongan gue. Jadi gitu, loe itu amnesia karena terbentur batu saat di sungai. Pas banget gue lagi di sana ambil foto buat kerjaan. Ya gitu dan akhirnya loe gue bawa ke rumah sakit. Sampai Dokter menyatakan jika loe amnesia karena loe lupa sama semuanya." Shafa memperhatikan wajah Salsabila yang terlihat berpikir. Namun yang membuat Shafa tenang Salsa tidak merasakan sakit lagi di kepalanya.

"Abang yang nolong aku?" tanya Salsabila kembali dengan tatapan yang polos.

"Ya iyalah, kan udah gue jelasin tadi."

 "Kok Abang mau? Kenapa Abang nggak biarin aku hanyut aja di sungai?" tanya Salsa yang membuat Shafa menggelengkan kepala lalu menyentil kening Salsa.

"Auwh..."

"Ntar loe mati, Neng! Mau loe mati dalam keadaan linglung? Nggak tau bokap nyokap loe dimana? Terus loe mau gentayangan di sungai itu. Diiih... Cita-cita loe tinggi bener."

"Kan nanti bisa jadi bidadari beneran buat Abang."

Kashafa tercengang mendengar jawaban Salsabila. Dia memijit pelipisnya menatap gadis yang selalu bisa menjawab tetapi terkadang jawaban itu justru terkesan nyeleneh yang membuat Kashafa semakin pusing menanggapi.

"Gini aja dech, loe besok ikut gue ke sungai tempat loe jatuh. Siapa tau nanti loe bisa ingat lagi."

"Harus banget ya, Bang?" tanya Salsabila.

"Ya iyalah, emang loe nggak mau sembuh? Nggak mau pulang ke rumah keluarga loe?" tanya Kashafa yang membuat ekspresi Salsa berubah sendu kemudian menurunkan pandangannya memainkan jari tangan.

"Kenapa sedih? Loe nggak mau pulang beneran?"

"Abang udah nggak mau lihat aku lagi ya?" tanya Salsabila dengan suara lirih. Sontak membuat Shafa beranjak lalu menekuk kedua lutut menatap wajah Sabil yang menunduk.

" Kenapa nanyanya gitu? Bukan begitu maksud Abang," jawab Shafa ingin menjelaskan tetapi Salsa kembali berbicara.

"Abang usir aku ya? Ya udah aku pergi aja." Salsa beranjak dari sana membuat Kashafa kewalahan. Pria itu segera beranjak lalu meraih tangan Salsabila.

"Kok loe nanggepinnya lain sich? Bukan gitu momongan gue, Abang 'kan hanya menolong sedangkan loe itu punya keluarga. 'Kan kasihan orang tua loe nyariin. Gue yakin banget sekarang Mamah loe lagi nangis karena loe nggak pulang-pulang."

"Setelah itu loe boleh main lagi kok kesini. Malah lebih enak jadinya. Nggak dicariin orang rumah. Semangat sembuh, nanti gue ajak loe naik gunung kalau udah sembuh. Oke!" Shafa tersenyum menatap wajah Salsabila yang kembali berubah ceria. Gadis itu tersenyum membuat tangan Shafa reflek mengacak rambut Salsa.

"Jadi masih boleh main?"

"Masih, loe bebas kapan aja datang kesini. Lagian gue heran. Loe doang kayaknya cewek amnesia tapi nggak mau buru-buru sembuh."

Keesokan harinya Shafa bersiap mengajak Salsabila ke sungai tempat gadis itu ditemukan. Pagi-pagi Shafa sudah membersihkan motornya yang lama ia museumkan.

Shafa teringat akan pesan dari dokter yang mengatakan tak boleh mengulangi hal yang akan membuat Salsa kembali merasa dalam bahaya. Maka dari itu ia kembali mengeluarkan kendaraan bersejarah miliknya.

"Kamu mau mengendarai motor lagi, Nak?" tanya Papah Regan yang hendak berangkat ke kantor.

"Iya Pah. Mau gimana lagi, Hachie nggak bisa naik mobil. Dia takut, Pah. Dokter pun meminta Shafa untuk menghindari itu."

"Lalu bagaimana dengan kamu?" Tatapan Papah berubah serius pada putranya.

Terpopuler

Comments

Rohad™

Rohad™

Kocak bener nih si Shafa 😆

2024-03-14

0

Rini Musrini

Rini Musrini

suka aq dengan novelmu thor

2024-03-09

2

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

seneng aku sm karakter khasafa,,, tengil tapi humoris

2024-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!