Bab 17

"Maafkan aku, Pah. Maaf jika aku belum bisa menemukan Salsabila. Aku sudah berusaha mencarinya dari sungai hingga ke lautan tapi Gilang belum mendapatkan hasil, Pah."

Pemuda yang menjadi calon suami Salsabila sampai saat ini masih terbelenggu dengan rasa bersalah. Dia pun tak lagi fokus bekerja. Terlebih kedua orang tuanya yang menyesalkan adanya pernikahan putranya yang gagal. Sudah banyak dana yang dikeluarkan demi bisa menimang anak dari Wiratama yang memiliki usaha dimana-mana. Kini kandas karena kecelakaan yang tak berbekas.

"Lebih baik kamu pulang! Kita sudah memutuskan hubungan dan tak ada lagi harapan. Putriku pun sudah tak tau dimana. Bahkan jasadnya saja tak ditemukan. Jangan datang lagi karena kedatangan kamu membuat istriku semakin bersedih!" sahut Pak Wiratama tanpa mau melihat ke arah Gilang. Beliau pun masih sangat menyayangkan sikap Gilang yang tak bisa menjaga putrinya.

Namun mengingat jika ini semua musibah maka Pak Wiratama berusaha untuk berbesar hati dan bersabar menghadapi. Beliau sebagai ayah jelas hancur hatinya tetapi sang istri yang telah melahirkan putrinya tentu lebih merasakan kehancuran yang sangat sulit disembuhkan.

"Maafkan aku, Pah."

"Panggil saja saya Pak! Kamu sudah bukan bagian dari keluarga Wiratama lagi. Semua jelas sudah dibatalkan, dan saya doakan kamu mendapatkan pengganti yang lebih baik dari putri saya." Pak Wiratama beranjak dari duduknya setelah mengangkat tangan meminta Gilang untuk pulang. Beliau pun segera melangkah masuk kamar.

Gilang menarik nafas dalam mendapatkan perlakuan demikian dari Pak Wiratama. Dia tak menyalahkan tetapi semakin menyesal. Andai waktu bisa diulang, mungkin dia tak akan mendahului nafsunya. Tak akan melakukan hal yang kurang ajar pada Salsabila hingga membuat gadis itu celaka.

"Maafin Mas, Sabil. Mas salah..." Gilang memutuskan untuk kembali fokus bekerja. Mungkin memang belum jodoh dan dia pun harus mengikhlaskan meskipun rasa bersalah semakin mendera. Hatinya benar mencintai tetapi nafsu lebih menguasai. Hilangnya Salsabila pun membuatnya sangat-sangat tertekan, karena tanpa ada yang tau jika dia lah yang melatar belakangi jatuhnya Salsabila ke sungai.

...****************...

"Alhamdulillah ada perkembangan. Kepalanya sudah nggak sakit lagi, kan?" tanya Shafa pada Salsabila setelah kembali di cek kesehatannya oleh dokter.

"Lumayan, Bang. Makasih ya, Bang. Nanti kalau aku sudah bertemu Mamah Papah. Aku minta uang sama mereka untuk menggantikan biaya rumah sakit dan semua yang sudah Abang keluarkan untuk aku," ucap Salsabila dengan bersungguh-sungguh.

Dia tau Shafa tulus tetapi pria itu sudah banyak dirugikan dengan kehadirannya yang secara tiba-tiba. Belum lagi waktu yang tak mungkin bisa Salsabila bayar. Serta hubungan pria itu dengan kekasihnya yang sepertinya belum akur sampai sekarang.

"Nggak usah mikirin duit, loe tuh amanah buat gue. Mungkin emang gue disuruh jadi ksatria, tapi bukan baja hitam."

Keduanya masuk mobil, Salsabila pun langsung menoleh ke arah Shafa saat melihat pria itu sudah menduduki kursinya. Salsabila meraih kedua tangan Shafa dan menatap pria itu dengan lekat.

Sontak Shafa terkejut melihat tangannya yang di raih Salsabila. Dia terdiam melihat Sabil yang menatapnya begitu dalam.

"Neng."

"Abang penyelamat aku, makasih buat semuanya," ucap Salsabila lirih dengan tatapan berkaca-kaca.

Shafa menarik nafas dalam lalu melepaskan tangannya. Dia mengusap kepala Salsabila dengan mengukir senyum tipis. Tak mengeluarkan kata dan hanya sebentar saja. Shafa segera fokus dengan kemudinya dan mulai melajukan mobil untuk pulang.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Mamah yang sejak tadi sudah menunggu. Beliau sangat ingin tau perkembangan kondisi Salsabila. Beliau pun sangat penasaran dengan nama asli gadis itu dan keluarnya.

"Cideranya sudah pulih, Mah. Tadi sudah di cek. Tinggal menunggu daya ingatnya kembali. Doakan saja, Mah." Shafa duduk di samping Mamahnya disusul dengan Salsabila.

"Syukurlah, Mamah ikut senang mendengarnya. Sudah tiga bulan berjalan, semoga tidak lama lagi ingatan kamu pulih ya, Nak!" ucap Mamah Kaira pada Salsabila yang tersenyum mendengar ucapan beliau.

"Tante aku ke kamar dulu ya. Mau ganti pakaian," ucapan Salsabila pamit.

"Iya Sayang."

Salsabila pun beranjak dari duduknya. Sekilas melihat Shafa yang memperhatikan hingga tatapan mereka bertemu tetapi langkahnya membuat interaksi mereka terputus.

"Kamu menyukainya?" tanya Mamah Kaira pada putranya setelah melihat tatapan keduanya tadi.

"Apa sich, Mah. Urusan sama Ratu aja belum kelar. Lagian dia sudah seperti adik aku sendiri," sahut Shafa mengelak.

"Adik ketemu gede? Mamah sich oke, semoga dari keluarga baik."

"Mamah nggak jelas lah. Aku mau tidur, ngantuk." Shafa bergegas melangkah menuju kamar sebelum ucapan sang Mamah ngelantur kemana-mana.

Kahafa tulus menolong dan membantu Salsabila kembali mengingat. Belum ada kepikiran untuk menjalani hubungan yang lebih dari ini. Terlebih hubungannya dengan Ratu pun masih terjalin meskipun interaksi keduanya sudah tak seperti dulu lagi.

...****************...

"Abang basah!" seru Salsabila saat Shafa tiba-tiba datang dan menyiramnya dengan air. Dia yang sedang menyabuni motor dengan banyak busa sontak beranjak karena dengan isengnya Shafa mengarahkan selang ke arah wajahnya.

"Lagian ngapain disini? Pake mandiin motor gue segala."

Hari sudah sore, Shafa yang baru bangun merasa heran karena tak ada suara bawel Salsabila yang biasanya tengah mengoceh dengan sang Mamah.

"Biar diajak jalan-jalan sama, Abang. Kata Tante dulu Abang suka naik motor. Makanya ayo lagi, Bang!"

"Lagi apa?" tanya Shafa dengan dahi mengkerut lalu duduk di samping Sabil.

"Ayo ajak aku jalan!"

"Males! Cepek," sahut Shafa.

"Kan naik motor, Bang. Masa' cuma sekali doang. Enak tau, Bang. Aku belum pernah sebelumnya."

Mendengar ucapan Salsabila sontak Shafa menoleh ke arah gadis itu. Dia menatap lekat hingga membuat Salsabila terheran.

"Kenapa, Bang? Salah ya?"

"Tadi loe bilang apa? Belum pernah? Loe udah ingat semuanya?

"Emang aku tadi bilang gitu?" Salsabila berpikir. Dia terdiam kemudian berusaha mengingat. Memory sedikit demi sedikit masuk ke dalam pikirannya. Namun tak ia temukan adanya orang lain. Hanya dirinya yang berjalan masuk mobil, mengendarai sendiri, dan saat duduk di jok belakang.

"Nggak nemu naik motor, tapi...Auwh ..."

"Udah-udah!" ucap Shafa memperhatikan.

"Ini suara Mamah, Bang. Pasti suara Mamah." Salsabila mendengar suara Mamahnya yang melarang dia mengendarai motor.

"Jangan naik motor, Salsabila! Kamu itu perempuan, nanti kalau jatuh dan luka, kaki kamu bisa lecet! Perempuan itu harus mulus, Nak."

"Iya Bang, ini suara Mamah..." Kedua mata Salsabila memerah. Air matanya sudah mulai kumpul dan siap terjun. Kedua tangannya pun memegang kepala dengan nafas yang sedikit tersengal.

"Tenang! Peluk Abang!"

Terpopuler

Comments

💗AR Althafunisa💗

💗AR Althafunisa💗

Er'ex bio 🤣🤣🤣

2024-04-22

0

Hendra Yana

Hendra Yana

lanjut

2024-02-25

0

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

Salsabila moga cepat inget

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!