Bab 03

"Apa?"

"Astagfirullah putri kita, Mas." Mamah dari Salsabila terjatuh di lantai saat mendengar kabar putrinya hilang. Wanita paruh baya itu kemudian tak sadarkan diri tepat di kaki sang suami.

"Mamah!"

Pak Wiratama segera meraih tubuh sang istri. Tak lupa memanggil Dokter untuk memeriksa kondisi sang istrinya.

Gilang masih diam disana. Dia sadar telah membuat kekacauan. Gilang pun memberikan tas milik Sabil pada Pak Wiratama. Dia menunduk masih dengan kedua mata yang memerah. Sebenarnya Gilang menyesal dengan apa yang terjadi dengan calon istri. Terlebih semuanya bermula karena ia yang khilaf.

Usai pergi dan mencoba menghilangkan jejak. Gilang kembali ke TKP saat sadar apa yang ia lakukan benar-benar salah dan berusaha untuk menolong Sabil. Namun saat ia sudah sampai di lokasi, Tak ia temukan keberadaan Sabil. Gilang pun mencoba mencari dengan meminta bantuan warga tetapi tetap tak juga mendapatkan hasil. Sampai pagi dia masih mencari, menyusuri sungai dan tak kunjung menemui tubuh Sabil.

Kini dia datang dengan wajah sedih dan penuh penyesalan tetapi tak berani mengatakan yang sebenarnya pada calon mertua.

"Maafkan Gilang, Pah!"

"Saya minta pada kamu. Tolong cari anak saya sampai ketemu!" titah Pak Wiratama yang begitu kalut karena kehilangan putri satu-satunya.

"Tapi Pah, Gilang sudah mencarinya bahkan meminta bantuan team SAR. Namun belum bisa menemukan dimana Sabil berada."

 "Kamu harus tanggung jawab,Gilang! Bersamamu putri saya hilang. Sekarang kamu pergi dari sini! Cepat cari putri saya, dan bawa tubuhnya pulang hidup atau mati! Anak buah saya akan membantu kamu dalam pencarian. Dan jangan pernah kamu menemui atau datang kesini lagi jika kamu belum bisa menemui Sabil!" ucap Pak Wiratama dengan tegas. Beliau segera kembali ke kamar untuk melihat kondisi istrinya yang sejak tadi belum sadarkan diri.

***

"Sudah minum obat lebih baik loe tidur dech. Gue laper mau ke kantin dulu." Kashafa beranjak dari duduknya. Tugasnya mengurus gadis itu sudah ia kerjakan. Bahkan dia juga yang meminumkan obat. Kini giliran dirinya yang mencari makan karena sudah sejak kemarin siang belum ada makanan apapun yang masuk ke dalam perutnya.

"Nama kamu siapa?" tanya Hachie pada Shafa yang hendak keluar kamar. Dia kembali menatap wajah gadis yang sejak tadi memperhatikan lalu bertumpu pada pinggir ranjang dengan kedua tangannya. Tatapan mereka terpaut lekat hingga membuat Shafa tau jika gadis yang kini bersamanya benar_benar linglung.

 "Nama gue Kashafa panggil aja Shafa. Eh lebih bagus kalau loe panggil gue Bang Shafa. Biar sopan dikit, kayaknya usia loe masih lebih muda di bawah gue," jawab Shafa lalu beranjak dan meneruskan langkahnya.

"Bang Sat," panggil Hachie membuat langkah kaki Shafa terhenti. Dia memejamkan kedua matanya dengan kuat sebelum membalikkan tubuh menatap gadis itu.

"Loe itu amnesia bukan tuli. Apa iya kuping loe kemasukan banyak air? Yang ada kamera gue noh yang kemasukan air sampe mati. Nama gue Shafa! Kashafa anaknya Pak Regantara! Bukan Bang Sat! Duh Neng, Abang lier," keluh Shafa lalu melangkah pergi dari sana.

Sabar juga butuh tenaga ekstra dengan memberi banyak asupan di tubunya. Apalagi harus menjadi perawat dadakan seperti ini. Shafa segera membeli makanan dengan berbagai ragam.Setidaknya bisa untuk stok sampai malam kemudian kembali ke kamar dan memilih makan di sana.

"Eh loe kok belum tidur juga? Ngitungin cicak? Mana?" tanya Shafa pada Hachie yang masih membuka mata. Sampai ia kembali ternyata Hachie belum terlelap dan masih melihat langit-langit kamar.

"Kenapa? Mau?" tanya Shafa pada Hachie yang terus memperhatikannya saat makan.Shafa menyodorkan makanannya pada Hachie dan diterima. Gadis itu membuka mulut tanpa sungkan membuat Shafa terkekeh.

"Selain amnesia loe juga ngabisin jatah makan gue ya. Perasaan tadi sudah kenyang, Sampe bunyi Haaagghh... Astaga, berasal dari mana sich loe?" Kashafa menggelengkan kepala melihat gadis di hadapannya diam mengunyah makanan yang ia berikan.

"Enak?" tanya Shafa memperhatikan. Gadis itu pun hanya mengangguk dengan mulut yang sibuk.

"Masih lapar?" tanya Shafa lagi yang mendadak kenyang melihatnya. Dia hanya makan dikit-dikit selebihnya gadis itu yang melahap hingga habis satu wadah yang Shafa pegang.

Lagi-lagi hanya anggukan yang ia lihat membuat Shafa menarik nafas dalam."Ya Tuhan apa dosaku hingga engkau mempertemukan aku dengan gadis doyan makan ini?"

 "Ya udah makan-makan! Abisin! Anggap di rumah sendiri ya, Neng Hachie. Nich gue bukain." Shafa membukakan wadah makanan agar Hachie lebih mudah lagi dalam memakannya.

***

Hampir seminggu Kashafa menunggu dan merawat Salsabila atau Hachie di rumah sakit. Kini saatnya dia membawa gadis itu pulang. Shafa pun merapikan semua barang-barang miliknya. Selama di rumah sakit Shafa mengerjakan pekerjaannya di sana tanpa meninggalkan Sabil.

Shafa tak tega terlebih Sabil yang masih banyak diam, tapi dengan bersama Shafa tau jika Sabil suka jajan. Seminggu gadis itu sudah menghabiskan uang Shafa hampir dua juta hanya untuk jajan.

"Ini makanan mau dibawa?" tanya Shafa saat melihat masih ada makanan yang belum dibuka. Baru beli semalam saat ia pergi ke indomei terdekat.

"Iya Bang," jawab gadis itu.

"Loe tau nggak? Gue berasa lagi momong anak paud. Jajan terus, kalau ditanya jawabnya cuma "Iya Bang" nggak ada yang lain? Masa' iya loe juga lupa kosakata."

"Nggak Bang," sahut Salsabila membuat gerakan Shafa terhenti. Dia melihat ke arah gadis itu yang diam memperhatikan tanpa membantu. Shafa kembali menarik nafas sepenuh dada saat kosa kata bertambah dan itu "Nggak".

"Gue kawinin juga loe!" ucap Shafa lirih lalu kembali membereskan laptop dan kameranya.

" Mau," jawab Salsabila membuat Kashafa terdiam, tepatnya tercengang dan kembali menoleh ke arah Salsabila.

"Ngaco loe! Sampe rumah kayaknya harus ngundang Pak Ustadz ini gue." Shafa menggelengkan kepala dan segera beranjak dari sana setelah semua sudah selesai ia kemas. Khasafa menoleh lagi ke arah Sabil lalu mengajaknya pulang.

"Ayo! Mau ikut nggak? Kan tadi loe denger sendiri kalau Dokter udah bolehin pulang. Ayo pulang! Biaya rumah sakit mahal, mendingan buat gue ngajak loe ke mall. Ayo Neng!" ajak Shafa dengan penuh kesabaran. Dia meraih tangan Sabil karena gadis itu tak kunjung jalan. Mereka pun melangkah keluar menuju mobil.

Namun Kashafa terkejut saat Sabil tiba-tiba merintih merasakan sakit di kepalanya. Baru akan masuk mobil untuk meninggalkan rumah sakit. Gadis itu sudah kembali sakit.

"Loe kenapa? Ingat sesuatu? Ayo masuk mobil dul! Kita pulang aja," ajak Shafa lalu membukakan pintu mobil tetapi Hachie enggan untuk masuk.

"Kenapa? Terus loe mau duduk dimana?" tanya Shafa saat melihat Sabil menolak dan memilih duduk di tempat lain.

"Astagfirullah... Loe itu bukan barang. Kenapa milih di bagasi?" Shafa memijit pelipisnya saat melihat Sabil memilih masuk ke dalam bagasi dan menutupnya sendiri.

"Berasa bawa pulang Tarzanwati..."

Terpopuler

Comments

💗AR Althafunisa💗

💗AR Althafunisa💗

Walau amnesia tapi ada setitik ingetan akan pelecehan oleh tunangan nya. Trauma 🥲

2024-04-21

0

Rini Musrini

Rini Musrini

luchuuuuu.... orang amnesia

2024-03-09

1

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

hahahaha,, sabar bang Safa

2024-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!