Bab 05

"Nggak mau sendiri, mau sama Bang Shafa saja."

"Waduuuhh..." Kashafa mengangkat kedua tangan dengan tersenyum pada sang Mamah.

"Mah bukan aku loh yang minta, tapi Neng Hachie. Tapi boleh banget kalau di ACC, Mamah."

"Kashafa!" sentak Mamah dengan gemas. Beliau paham Salsabila meminta demikian karena sejak sadar hanya putranya yang ditemui membuat gadis itu hanya ingin dekat dengan Shafa saja. Beliau dengan lembut kembali menatap ke arah Salsabila dan bersikap lebih lembut lagi.

"Hachi Sayang, bukannya tidak boleh atau gimana. Tapi memang tidak boleh karena kalian buka mahram, Sayang. Bukannya Tante melarang tetapi menurut ajaran agama kami memang dilarang. Duh Tante jadi bingung. Hachie jangan takut ya! Disini kamu aman. Di kamar ini kamu bisa beristirahat leluasa. Mandi ya! Kamu belum mandi kan?" tanya Mamah Kaira karena beliau yakin selama seminggu anaknya merawat gadis ini, tidak mungkin juga Shafa memandikan gadis itu.

"Mandilah, Mah. Enak aja, bersih kalau Shafa yang urus, Mah."

Ucapan Shafa kembali membuat Ibu dua anak ini syok. Beliau menarik nafas dalam lalu memijit pelipisnya lagi yang semakin sakit.

"Kamu yang benar saja, Shafa!" Tidak mungkin putranya bertindak senonoh. Sungguh Shafa keterlaluan jika melakukan demikian. Memanfaatkan kondisi gadis yang masih linglung dengan melakukan hal yang bukan semestinya.

"Ya memang benar, Mah."

"Astagfirullah... Mamah bisa darah tinggi menghadapi kamu."

"Kalau nggak mandi akan menjadi Tarzanwati beneran, Mah. Lagian dia mandi sendiri kok. Shafa hanya menemani," ucap Shafa menjelaskan tetapi kata-kata Shafa agaknya membuat Mamah Kaira semakin salah paham.

"Kamu menemani sama saja kamu menyaksikan semuanya, Shafa! Astagfirullah salah apa Mamah mendidik kamu. Menyentuhnya saja tidak boleh dan kamu melihat auratnya. Duh lebih baik Mamah saja yang amnesia jika begini. Bagaimana anak orang nggak bau tangan kalau dari awal sadar kamu tidak melepasnya sama sekali?" tanya Mamah dengan geregetan.

"Duh nggak gitu, Mah. Jangan salah paham dulu. Maksud Shafa tuh menemani di luar. Di depan pintu kamar mandi. Kenapa jadi Mamah yang mau amnesia segala?" Kashafa menarik nafas dalam lalu melangkah mendekati.

"Neng Hachie bobo sendiri ya. Kalau ada apa-apa bilang Abang. Nanti kalau mau makan boleh kok. Itu di kulkas udah kayak minimarket, Mamah juga sudah masak. Ya kan, Mah?" tanya Shafa saat mencoba membujuk Sabil.

"Iya Nak, kamu bebas disini. Nanti bisa ikut bantuin Tante masak juga. Mau?" tanya Mamah Kaira pada Sabil

Gadis itu pun mengangguk lalu menyunggingkan senyum membuat Mamah dan Kashafa bernafas lega.

"Ya udah sok atuh masuk!" titah Shafa pada Salsabila. Dengan Shafa, Salsabila mau menurut. Gadis itu pun menyunggingkan senyum sebelum menutup pintu.

Mamah Kaira menghela nafas lega melihat Salsabila mau tidur terpisah dengan Shafa. Setidaknya tidak memicu hal yang ditakutkan dan akan merusak nama baik keluarga serta gadis itu sendiri.

"Aku nitip momongan dulu ya, Mah. Aku capek mau tidur." Shafa kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

"Nanti jika Papah kamu pulang, kamu harus menjelaskannya!" titah Mamah Kaira.

"Siap Mah."

Shafa pun masuk kamar untuk beristirahat dan menghubungi kekasihnya yang sejak beberapa hari ini mengirim pesan tetapi tak kunjung ia balas. Baru jadian satu bulan yang lalu tetapi Shafa begitu jenuh saat tau jika kekasihnya begitu posesif sekali.

"Baru jadi pacar udah ngatur jam makan. Berasa punya emak dua gue," celetuk Shafa setelah membalas pesan dari Ratu, kekasihnya. Dia bergegas membersihkan diri dulu sebelum beristirahat.

****

"Jadi benar kamu menemukannya di sungai?" tanya Papah Regan setelah beliau mendapatkan aduan dari sang istri dan meminta putranya untuk mengklarifikasi.

"Iya Pah, tau-tau jatuh dari atas. Untung nggak nibanin kepala Shafa. Bisa amnesia barengan," sahut Shafa membuat Papah Regan menggelengkan kepala. Beliau paham sifat putra bungsunya adalah perpaduan dari istri dan mertuanya. Belum lagi ketularan dengan Opa Tio yang memiliki sifat humoris sangat berbeda dengan putra sulungnya.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"

"Ya membantu dia menemukan memorinya kembali, Pah. Tapi Shafa minta tolong sama Papah beri aku waktu karena Dokter bilang nggak boleh buru-buru. Jadi biarkan dia tinggal di rumah ini dulu ya, Pah. Lumayan kan buat menemani Mamah nantinya." Shafa menoleh ke arah Mamah lalu menaik turunkan alis meminta dukungan kemudian kembali menatap sang Papah.

"Papah harap kamu tanggung jawab. Cepat cari keluarganya karena kasihan jika pihak sana pun pasti sendang kebingungan!"

"Iya Pah, Shafa akan berusaha."

  Namun kesulitan Shafa rasakan saat mencoba mencari keluarga Salsabila. Dia yang terus dirusuhi kekasihnya karena meminta untuk bertemu membuatnya gagal untuk berkonsentrasi dalam berpikir. Belum lagi keraguan Shafa saat ingin menyebarkan pengumuman berisi foto Sabil dengan caption "Telah Ditemukan Orang Hilang" melalui media sosial. Kashafa kembali menghapusnya karena tak ingin hal ini akan dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Setelah makan malam Kashafa mengajak Salsabila untuk duduk di pinggir kolam. Dia ingin menanyakan lagi sesuatu yang mungkin akan menjadi petunjuk untuk dirinya menemukan keluarga gadis itu.

"Hachie loe lihat itu dech! Ada sesuatu nggak yang bisa loe lihat dari air?" tanya Shafa menunjuk ke arah kolam renang.

Salsabila pun melihat air yang tenang dalam diam. Mencoba tenang setenang air itu dan Shafa pun membiarkan Sabil memperhatikannya. Siapa tau ada memory yang bisa sedikit terbuka.

"Gimana? Mulai mengingat sesuatu?" tanya Shafa pada Sabil.

Tak ada jawaban dari gadis itu. Terdengar hening hingga Shafa penasaran lalu menoleh ke arah Sabil.

"Astagfirullah... Dia malah tidur. Kekenyangan sich loe! Diajak mengingat malah pules." Alhasil Khasafa pun harus mengangkat tubuh Salsabila masuk ke dalam kamar.

Pagi harinya suara ketukan pintu kamar begitu mengusik Shafa yang masih tertidur pulas. Dia menutupi kepalanya dengan bantal enggan membukakan pintu.

"Masih ngantuk akh! Bodo'!" Benar saja Shafa enggan membukakan dan kembali melanjutkan tidurnya tetapi suara ketukan pintu terus saja berdendang di telinga.

"Astagfirullah... Ini sebenarnya udah jam berapa sich? Mamah hobi banget bangunin orang tidur," gumam Shafa lalu turun dari ranjang. Dia melangkah untuk membukakan pintu kamarnya yang sejak semalam dikunci.

"Apa sich, Mah?" tanya Shafa belum menyadari jika yang ada di hadapannya saat ini adalah Salsabila. Namun setelahnya suara teriakan dari Salsabila membuat kedua matanya melebar.

"Akkkhhh....!!!"

"Sabil diam! Berisik!" Shafa membekap mulut Sabil hingga suara gadis itu tak lagi terdengar. Entah apa yang Sabil lihat tetapi setelahnya gadis itu segera berlari kabur kembali turun mendekati Mamah Kaira. Shafa yang penasaran pun ikut menyusul dan mengikuti Sabil dari belakang.

"Tante!"

"Hachie kamu kenapa?" tanya Mamah Kaira pada Sabil yang saat ini bersembunyi di balik tubuhnya.

"Itu Tante, Abang Shafa mesum," ucap Sabil membuat Mamah Kaira, Shafa dan juga Papah Regan yang sudah menunggu di meja makan tercengang.

"Maksud kamu? Kamu diapakan oleh Shafa, Sayang?" tanya Mamah Kaira dengan tatapan selidik melihat Shafa yang mengangkat kedua tangan dengan wajah masih menganga.

"Aku bangunin Abang tetapi itu kolornya kenapa..."

"Astagfirullah Shafa!"

Terpopuler

Comments

Tarwiyah Nasa

Tarwiyah Nasa

🤣🤣🤣 oh kolo knp neng

2024-03-31

2

Rini Musrini

Rini Musrini

kolor ijo melorot 😅😅😅

2024-03-09

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Hachi lihat kolor ijo safa ya

2024-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!