dua hari berlalu setelah kamila berbelanja banyak barang bersama bu endang, kini mereka telah tiba disebuah rumah terbesar diperkampungan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan didaerah bandung.
Ketiga nya tengah menikmati sore hari digubug tengah sawah yang dimiliki oleh pak agus.
"enak ya pah tinggal disini, pantesan aja papah betah dan gak mau balik lagi kejakarta" kata kamila pada pak agus.
"iyaa tentu aja, disini suasananya masih asri. Papah suka disini karna warga sini juga ramah dengan tetangga kanan dan kirinya. Papah gak pernah nyesel lah pokoknya tinggal dikampung ini" jawab pak agus sambil menyesap kopi buatan istrinya.
"iyaa nak, apalagi disini udaranya bagus buat orangtua macam papah sama mamah gini. Jadi paru-paru kita juga sehat, apalagi tiap pagi kita bisa olah raga dengan berkebun atau membantu pekerja disawah. Itu bener-bener mengasyikan" jawab bu endang yang juga diangguki oleh pak agus.
"nah loh, tapi kenapa mamah mau tinggal sama kamila dijakarta? emang mamah rela ninggalin rumah ini dan juga papah disini?" tanya kamila membuat pak agus terkekeh sementara bu endang justru tersenyum.
"mamah kan mau pindah kejakarta untuk menemani kamu nak, kalo masalah rumah ini dan juga papah kamu mamah rasa gak ada yang masalah juga. Toh papah sudah dewasa bisa mengurus diri sendiri, mamah juga percaya sama papah kamu kalo dia gak akan macam-macam selama kita berjauhan. Iyakan pah?" jawab bu endang memandang pak agus yang menganggukan kepala.
"iyaa bener apa kata mamah kamu nak, rumah aman sama papah. Papah juga gak akan mungkin macam-macam, tapi kamu harus tetap ada yang menjaga. papah gak mau kamu tinggal dirumah itu sendirian hanya dengan asisten rumah tangga, sementara kamu masih punya mamah dan juga papah" jawab pak agus membuat kamila merasa terharu atas kepedulian kedua orangtuanya.
"makasih banyak ya mah, pah kamila gak tau lagi kalau gak ada kalian berdua disisi kamila. Pasti saat ini kamila sudah sangat terpukul banget atas apa yang menimpa kamila saat ini" jawab kamila dengan mata berkaca-kaca.
"sama-sama nak, kamu tenang saja selama masih ada papah kamu akan aman dan akan menjadi putri kecil papah. Papah gak rela anak papah disakiti, kita akan balas setiap perlakuan mereka pada mu dulu" kata pak agus membuat kamila menganggukan kepala.
"benar apa yang papahmu bilang nak, walau kamu sudah pernah berumah tangga tapi bagi mamah dan juga papah kamu tetaplah putri kecil kami yang paling kami sayangi" kata bu endang memeluk kamila dengan sayang.
"gimana untuk sidang perceraian kamu mil? Pengacara sudah menghubungi mu untuk itu?" tanya pak agus dijawab gelengan kepala oleh kamila.
"belum mah, lagian kemarin kan kamila udah siapkan bukti-bukti yang kuat pada pengcara kita pah. Sepertinya itu sudah cukup, tapi kamila tetap ingin datang saat sidang nanti" jawab kamila membuat pak agus menganggukan kepala.
"boleh aja, nanti mamah sama papah temani. Papah juga pengen liat ekspresi hendra dan keluarganya ketika mereka melihat kita" jawab pak agus dengan seringai tipis.
"tapi pah, kamila gak mau ya nanti ada kekerasan saat disana. Kamila gak mau justru dengan ada nya kekerasan malah menyulitkan proses perceraian kamila, kamila pengen semuanya cepat beres" jawab kamila diangguki oleh pak agus.
"iyaa gampang kalau soal itu, kalau kamu mau lebih cepat mendingan kamu hubungi si hendra supaya gak datang kepersidangan. Itu kan jauh lebih bagus lagi malahan" kata bu endang yang juga disetujui oleh pak agus.
"ngga ah mah, kamila malas. Lagian kamila udah blokir nomor mas hendra dan juga keluarganya, kamila gak mau berhubungan lagi dengan mereka. Sudah cukup sakit hati kamila dengan hidup bersama mereka yang menyakiti hati kamila mah" jawab kamila yakin.
"bagus, itu baru anak papah. Biar nanti kita langsung aja ketemu dipengadilan, iya gak? Biar jadi kejutan juga untuk hendra dan keluarganya dari kita" kata pak agus dengan menggebu.
"assalamualaikum pak agus"
"waalaikumsalam, eh pak narto. Mari duduk pak, maaf ada apa ya sampai nyamperin saya kegubug ini" jawab pak agus menatap lelaki paru baya yang dipanggil pak narto itu.
"emm begini pak maaf, saya sebetulnya mau pinjam uang sama bapak." jawab pak narto dengan ragu-ragu.
Pak agus pun melirik bu endang yang mengangkat bahu.
"oohh, emm mari duduk dulu pak. Maaf ini kalo saya boleh tau bapak mau pinjam berapa dan untuk apa?" tanya pak agus dengan dahi menyerit.
"begini pak, sudah tiga hari ini istri saya batuk dan mengeluarkan darah. Saya sudah periksakan kepuskesmas tapi kata dokter istri saya harus dibawa kerumah sakit besar, saya tidak memiliki uang pak. Makanya saya mau meminjam uang sama pak agus, tapi pak saya menjaminkan ini" kata pak narto memberikan sebuah map yang ternyata isinya adalah sertifikat rumah milik pak narto dan juga istrinya.
"maaf pak, apa anak bapak tau jika istri bapak sakit?" tanya bu endang memandang wajah pak narto yang nampak lesu setelah bu endang menanyakan tentang anaknya.
"belum bu, mereka tidak ada yang bisa dihubungi. Makanya aya bingung mau minta bantuan pada siapa lagi" jawab pak narto dengan mengusap sudut matanya.
"baiklah pak, begini saja saya akan pinjam kan dan surat ini saya terima ya pak. Dua hari lagi, kami akan mengantarkan bapak dan juga ibu untuk berobat kerumah sakit dijakarta. Bagaimana pak?" tanya pak agus membuat pak narto mendongak kan kepala.
"ti-tidak pak tidak perlu, saya hanya ingin meminjam uang pada pak agus sepuluh juta untuk mengobati istri saya dan sebagai pegangan saya pak" jawab pak narto lagi.
"gapapa pak, nanti biar kami bantu segala biaya rumah sakit untuk ibu. Sertifikat ini akan saya pegang tapi saya tidak akan memberatkan bapak untuk hutangnya, bapak bisa kapan saja membayarnya dengan cara menyicil. Gimana pak?" jawab pak agus membuat pak narto justru menangis.
"ya-yang benar pak?" tanya nya dengan suara bergetar.
"iyaa pak, bapak juga bisa sementara tinggal dirumah anak saya bersama istri bapak saat sudah sembuh nanti. Kebetulan istri saya juga akan ikut anak saya tinggal dijakarta" jawab pak agus yang langsung membuat pak narto menganggukan kepala.
"baik pak, baik. Terimakasih banyak untuk bantuannya pak, saya tidak tau harus berterimakasih dengan cara apa pada bapak sekeluarha. Terimakasih bu, pak" kata pak narto terus menyalami tangan pak agus.
"sama-sama pak" jawab pak agus dan bu endang bersamaan, sementara kamila yang melihat pak narto yang seperti itu sempat menitikan air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments