Keesokan harinya, ini lah hari yang sangat sangat mendebarkan untuk hendra. Dimana semua laporan pemasaran diharuskan masuk pada hari ini, dan itu semua dipantau langsung oleh direktur utama perusahaan tempat dimana hendra bekerja.
"kamu kenapa sih hen pagi-pagi kok udah lesu aja?" tanya bi ratih.
"gimana gak lesu mah, hari ini hendra harus nyiapin laporan terbaru ke direktur. hendra jadi was-was takut salah lagi seperti kemarin" jawab hendra.
"kok bisa salah kerjaan kamu, kan biasanya kami selalu mengerjakan kerjaan itu dengan benar?" tanya bu ratih dengan menyeritkan kening.
"yaa itu dia mah, kayanya kerjaan hendra ada yang sabotase. Kayanya ada yang suka dengan hendra yang mendapatkan jabatan jadi manager akhir-akhir ini" jawab hendra memijit pelipisnya.
"kok bisa begitu ya, bertepatan banget sama kamila yang keluar dari rumah ini. Eh tapi gak mungkin juga kan kamila yang merencanakan semua ini, secara dia kan gak kerja disana apalagi kenal sama orang sana" jawab bu ratih.
"iyaa sih, hendra tadi nya juga mikir kalo ini semua ulah kamila karna sebetulnya disana ada sahabat kamila juga kerja disana. Yaa kerjaannya sih dibawah aku, cuma kayanya gak mungkin deh karna beda divisi" jawab hendra diangguki oleh bu ratih.
"tapi bisa juga kali mas, kita kan gak tau. Siapa tau kamila minta tolong sama temannya buat ngacak-ngacak kerjaan mas hendra, dan temannya kamila itu minta salah satu staff divisi mas buat ngelakuinnya. Bisa jadi kan?" kata sarah membuat bu ratih dan juga hendra membelalakan mata.
"yaa kali, mana mungkin lah sar. Secara itu kan beresiko, kalo sampe ketauan berarti kan bukan mas mu yang bermasalah melainkan dia. Masa iya dia mau mempertaruhkan kerjaannya cuma demi persahabatan" jawab bu ratih.
Hendra pun dalam hati mempertimbangkan perkataan keduanya, semuanya masuk akal. Makan hendra akan menyelidiki semuanya, tanpa hendra tau jika semua itu justru langsung dari atasan dan pemilik perusahaan itu sendiri.
"oiyaa hen, nanti setelah kamu gajian lebihkan ya uang buat mamah. Atm milik kamila udah gak ada saldonya" kata bu ratih mengerucutkan bibir.
"kok tumben mah? Bukannya biasanya ada isi di atm itu" tanya hendra masih asik memakan sarapannya.
"yaa mana mamah tau. Mungkin kamila udah ngadu kali sama orangtua nya kalo dia udah gak tinggal disini lagi" jawab bu ratih dengan santai.
Hendra pun langsung tersendak makanan yang masih dikunyahnya.
"minum dulu mas" kata sarah memberikan segelas air putih.
"mamah yang bener aja, kalo beneran orangtua kamila udah tau kalo anaknya gak dirumah ini lagi bisa habis aku mah. Jangan ngada-ngada lah mah" jawab hendra setelah tenggorokannya terasa bebas.
"habis gimana maksud kamu, emang apa yang bakalan mereka lakuin kalo emang kamila udah gak dirumah ini. Mereka kan cuma petani dikampung" jawab bu ratih dengan santainya.
"yaa iyaa sih mah, cuma kan...."
"alaaahh, udah lah biarin aja. Toh gak mungkin juga kan mereka datang kerumah ini, mana mungkin mereka punya ongkos untuk bisa sampai disini" jawab bu ratih sekena nya.
Hendra pun terdiam mendengar perkataan sang mamah, logika nya membenarkan tapi hatinya entah mengapa merasa gelisah.
"udah cepetan abisin makanan kamu terus berangkat kerja sana" lanjut bu ratih, hendra pun memakan habis menu sarapan didepannya.
Setelah selesai dan hendra sudah berangkat kekantor, bu ratih dan juga sarah pun duduk bersantai menonton tv.
"mamah gak khawatir gitu mah kalo tiba-tiba orangtuanya kamila datang kerumah ini terus nyari anaknya yang ternyata udah gak ada disini?" tanya sarah dengan rasa penasaran.
"nggalah ngapain, biarin aja ngapain kita ngurusin mereka. Bagus lah kalo mereka datang kesini terus anaknya ternyata udah gak ada kan ya, jadi mereka kan lontang lantung gak jelas dikota ini" jawab bu ratih dengan ketus.
"yaa iyaa juga sih, tapi kan mah. Buktinya bulan ini orangtuanya kamila gak transfer duit ke rekening kamila kan mah. Kemungkinannya cuma dua, kamila yang dirumah orangtuanya atau orangnya kamila yang akan datang kesini dan ngasih sendiri buat kamila. Iya gak sih mah?" tanya sarah membuat bu ratih menatap anak perempuannya itu dan menganggukan kepala.
"iyaaiyaa bener juga kamu, terus kalo mereka kesini gak nemuin kamila berarti mereka gak jadi ngasih uang itu dong. Iyakan?" jawab bu ratih yang langsung diangguki oleh sarah.
"yaaudah sih biarin juga, lagian kan mas mu sendiri yang udah bikin kamila keluar dari rumah ini. Mamah tuh masih kesel sama si kamila yang sok itu, masa cuma mau kabur dari rumah aja pakai pesen taksi online mewah begitu. Sok banget kan dia" jawab bu ratih yang justru membuat sarah terdiam.
"tapi menurut sarah kayanya itu bukan taksi online deh mah, kayanya mobil pribadi. Mamah liatkan supirnya aja rapih banget kalo taksi online mana mungkin serapih itu mah" jawab sarah.
"aaahh gak tau deh pusing mamah, udah lah gak usah ngurusin soal itu. Pening kepala mamah" jawab bu ratih membuat sarah mengerucutkan bibir.
Tok,,,tok,,,tok
"siapa?" tanya sarah. Keduanya pun saling pandang dan menggelengkan kepala, kemudian sarah pun berdiri berjalan untuk membuka pintu rumah.
"maaf apa benar ini rumah mas hendra?" tanya seseorang didepan pintu itu.
"iyaa benar, bapak siapa ya?" tanya sarah.
"saya kurir dari pengadilan agama mbak, saya hanya mau memberikan surat ini. Silahkan diterima" jawab si kurir membuat sarah memandang bu ratih dengan bertanya-tanya.
"oh iyaa, makasih ya mas" jawab sarah dengan sedikit senyum.
"sama-sam mbak, permisi" jawabnya yang langsung meninggalkan halamab rumah itu.
Sarah pun langsung menghampiri mamahnya, keduanya saling berpandangan menatap amplop coklat ditangan sarah.
"coba kita buka mah, mas hendra kali yang ngajuin cerai buat kamila. Dan ini surat panggilannya" kata sarah yang juga dibenarkan oleh bu ratih.
sarah pun membuka amplop coklat itu dan membacanya, mata membulat ketika membaca tergugatnya ada hendra dan kamila sebagai penggugat.
"ka-kamila mah yang ngajuin gugatan cerai buat mas hendra" jawab sarah dengan ekspresi kaget.
"yang bener kamu? Jangan bercanda. Gak lucu tau, mana mungkin. Dapat uang darimana dia buat menggugat mas mu, lagian baru beberapa hari ini dia keluar dari rumah. Mana mungkin langsung dapat uang sebanyak itu buat menggugat mas mu" jawab bu ratih yang tidak percaya dengan perkataan sarah.
"yaa mamah baca aja sendiri nih, sarah mau foto dulu buat tunjukin ke mas hendra kalo kamila menggugat cerai dia" jawab sarah memberikan surat itu pada bu ratih.
Bu ratih yang membaca surat itu pun membelalakan mata, wajahnya memerah menahan amarah karna menurutnya kamila telah lancang menceraikan suaminya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Frando Kanan
ckckck 😏....lancang? idiot 😏....jgn klian kira Kamila di jdikn budak seumur hidup krn keinginam busuk lo dsr wanita tua bangka busuk 😡💢
2024-02-15
0