Keesokan harinya, pak agus dan bu endang mengantarkan pak narto dan bu narto menuju rumah sakit rujukan yang tertera pada kertas yang diberikan oleh puskesmas.
"rumah sakitnya besar ya pak? Ibu teh bisa betah kalo dirawat disini pak" kata bu narto ketika baru sampai halaman parkir rumah sakit bhayangkara.
"bu, ibu namanya rumah sakit mana ada yang enak bu. Tinggal dirumah sakit jelas aja gak enak lah bu, ibu ini gimana sih" jawab pak narto sedikit kesal dengan perkataan sang istri.
"yaa kalo rumah sakitnya sebesar dan sebagus ini ya ibu betah aja pak" jawab bu narto sekena nya.
"mari bu, pak kita masuk. Semua berkasnya sudah lengkap kan pak?" tanya pak agus.
"sudah pak sudah, tinggal masukkan aja nanti berkasnya ini" kata pak narto memperlihatkan map berkas kesehatan istrinya.
"baiklah, ayok mari masuk pak" jawab pak agus mendahului pak narto dan istrinya menggandeng bu endang.
mereka pun menuju loket pendaftaran, pak agus membantu pak narto dalan segalanya. Bahkan beliau juga meminta pihak rumah sakit mempermudah proses pemakaian jaminan kesehatan istri pak narto.
"baik pak, kita akan proses sesuai dengan SOP dan kebijakan dari pemerintah" jawab staff rumah sakit itu dengan sopan.
"terimakasih mbak, kalo begitu kami tunggu disana ya" kata pak agus menunjuk kursi tunggu diarea itu. Staff itu menganggukan kepala seraya tersenyum ramah.
"oiya pak, anak-anak bapak sudah bisa dihubungi?" tanya bu endang pada pak narto.
"saya belum mencobanya lagi bu, ntah lah saya juga bingung mereka seolah tidak mau tau lagi soal orangtua mereka yang sudah tua renta ini" kata pak narto menundukkan kepala.
"tidak boleh bicara seperti itu pak, siapa tau anak-anak memang sedang sibuk makanya belun sempat menghubungi bapak dan juga ibu" jawab bu endang menenangkan kedua orangtua itu.
"iyaa bu, saya juga percaya jika kedua anak saya tidak mungkin menelantarkan orangtuanya begitu saja. Insyaallah nanti pasti menghubungi kami" jawab pak narto dengan senyum tipis.
"ibu rohaya jamil" panggil staff rumah sakit itu.
"nah itu dipanggil pak, ayok maju" kata pak agus yang mendengar nama bu narto dipanggil.
Pak narto pun berjalan menuju tempat pendaftaran tadi dan sedikit berbincang dengan staff itu.
tak lama pak narto kembali menemui ketiga orang itu.
"bagaimana pak?" tanya pak agus.
"dilihat dari rekam medis ibu dipuskesmas yang dibawa dari kampung, kata nya ibu harus melakukan mengecekan paru-paru pak. Besok kami disuruh balik lagi kesini dan sudah dijadwalkan oleh dokternya" jawab pak narto dengan lesu.
"yasudah tidak apa-apa pak, besok kita datang lagi kesini ya pak. Sekarang kita pulang kerumah, insyaallah ibu gak kenapa-napa" jawab bu endang menenangkan oak narto dan istrinya.
"tapi bu, saya merasa tidak enak banyak merepotkan bapak dan juga ibu. Belum lagi kita harus menumpang dirumah neng kamila, kami malu pak" kata pak narto.
"gapapa pak, sudah jangan dipikirkan. Kami ikhlas menolong bapak dan juga ibu" jawab pal agus dengan senyum mengembang.
Pak narto dan bu rohaya pun saling pandang, kemudian keduanya membuang nafas kasar.
"yasudah pak, mau gimana lagi memang kami diharuskan seperti ini. Kalo gak ada pak agus dan keluarga saya gak tau gimana keadaan istri saya saat ini" jawab pak agus dengan tulus.
"iyaa pak udah tenang aja, yuk sekarang kita pulang. Atau bapak sama ibu mau lihat-lihat kota jakarta dulu?" tanya bu endang pada keduanya.
"tidak bu, langsung pulang saja. Hari juga sudah semakin siang, biar istri saja banyak istirahat agar kondisinya vit" jawab pak narto yang langsung diangguki oleh pak agus dan bu endang.
Akhirnya ketiganya pun keluar dari rumah sakit besar itu, setelah sampai dimobil pak agus mulai menstater mobil itu dan berjalan melihat banyaknya gedung yang menghiasi kota jakarta itu.
"gedungnya tinggi-tinggi banget ya pak, kalo ibu disana pasti ibu ketakutan banget pak" kata bu narto membuat ketiganya tersenyum lucu.
"ibu kalo naik keatas sana, gak akan keliatan bawahnya bu kecuali itu berdiri didepan kaca. Tapi kebanyakan dari mereka yang kerja digedung tinggi itu gak takut ketinggian sih, kalo takut ketinggian ya mereka gak bisa menikmati pemandangan dari atas" kata bu endang menggoda bu narto.
"hehe iyaa juga ya pak, orang kampung kaya kita pasti bingung gimana cara mereka naik keatas sana. Iyakan pak?" kata bu narto lagi dengan mata berbinar melihat keindahan gedung-gedung tinggi itu.
Pak agus dan bu endang hampir saja tertawa lepas melihat kepolosan bu narto, keduanya tertawa kecil merespon perkataan tetangganya itu.
"udah dong bu, jangan norak kaya gitu. Malu sama bu endang sama pak agus loh bu" kata pak narto menegur istrinya.
"laahh ya memangnya kenapa sih pak, ibu loh baru kali ini datang kejakarta pak. Ibu baru liat kota jakarta bagusnya kaya gini" jawab bu narto dengan nada sedikit kesal.
"yaa tapi gak begitu juga lah bu, malu sama pak agus itu loh" jawab pak narto.
"halah, pak agus juga gak kenapa-napa kok. Bapaknya aja yang ribet, iyakan pak agus, bu endang" kata bu narto mencari pembelaan.
Keduanya hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, mereka merasa lucu dengan tingkah kedua paru baya dikursi belakang itu.
Andai anak-anak mereka tau keadaan kedua orangtua nya ini entah bagaimana perasaan mereka.
"pak, jangan lupa hubungi anaknya ya. Siapa tau mereka mau menemui bapak dan juga ibu, mumpung kalian sedang ada disini" kata bu endang mengingatkan.
"iyaa bu, saya sudah mengirimkan pesan pada mereka tapi tak ada balasan. entah lah bu, rasanya saya sudah lelah. Tidak ada harapan untuk mereka menemui kami dikota ini" jawab pak narto membuat keduanya saling pandang.
"kalau boleh saya tau memangnya nama anak bapak siapa?" tanya pak agus.
"nama anak saya teh ujang yang anak pertama pak, anak kedua saya naila, yang ketiganya sukma pak" jawab pak narto dengan menundukkan kepala.
"semuanya sudah nikah dan tinggal dijakarta ya pak, kenapa gak ada menemani kalian tinggal dikampung?" tanya bu endang.
"sebetulnya dulu menantu perempuan kami sempat tinggal bersama bu, tapi tidak betah tinggal satu rumah dengan ibu ini yang sukanya memerintah" jaaab pak narti dengan nada kesal pada bu narto.
"iyaa itu kan sudah masa lalu pak, kalo aja mereka ketemu pak. Ibu pasti akan meminta maaf sama mereka dan gak akan mengulangi kesalahan ibu dimasa lalu, ibu juka nyesel pak sudah memperlakukan menantu ibu seperti dulu." kata bu narto dengan wajah sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments