Episode 14.

Hari ini adalah hari kamila dan kedua orangtuanya kembali ke jakarta, mereka sepakat membawa pak narto dan istrinya untuk pengobatan dijakarta.

"memang anak pak narto itu tinggal dimana mah?" tanya kamila pada bu endang.

"didaerah garut katanya sih, cuma mamah gak tau pasti. Karna mamah belum pernah ketemu sama anak-anak pak narto, memangnya kenapa kamu nanya gitu?" tanya bu endang.

"yaa gapapa mah, cuma kasian aja sama oak narto dan istrinya. Disaat kaya gini kan mereka harusnya berada didekat anak-anaknya tapi justru anak-anaknya menjauh, memangnya selama ini pak narto kerja apa mah?" tanya kamila lagi.

"pak narto itu suka bantu-bantu diladang milik papah kamu, dia juga suka diminta orang untuk mengurus sawah mereka. Yaa karna pak narto sendiri gak punya sawah atau ladang disini, kabarnya semuanya habis untuk anak-anaknya" jawab bu endang membuat kamila terdiam.

"kasian ya mah, padahal udah sampai ngejual semuanya untuk anak-anak tapi ngga ada satu pun yang mau mengurus keduanya" jawab kamila.

"sebetulnya bukan anak-anak pak narto gak mau mengurus mereka nak, tapi menantu mereka rata-rata sakit hati dengan mulut bu narto" jawab bu endang.

"ohya? Memang bu narti tipe mertua yang jahat mah?" tanya kamila.

"mulutnya itu loh mil, mereka gak kuat sama bu narto sama yang suka menyindir dan menyalahkan kerjaan mereka. Pernah katanya pernah menantu perempuan pak narto itu tinggal bareng dengan mereka, tapi bu narto terus memberikan kerjaan. Padahal kerjaan sebelumnya tuh udah selesai, sampai mencuci baju aja yang dilemari dikeluarin semua." jawab bu endang yang pernah mendengar sekelintingan tentang istri pak narto itu.

"yang bener mah? Masa iya begitu sih bu narto mah" jawab kamila dibalas anggukan kepala oleh bu endang.

"iyaa itu sih kata tetangga sini, cuma mamah gak tau juga sih. Mamah kan jarang bergaul sama ibu-ibu disini" jawab bu endang.

"yaudah yuk mah, ini kayanya udah semua kan ya?" kata kamila yang melihat sudah hampir semua barang bu endang masuk kedalam koper.

"iyaa udah aja yuk, ini udah cukup. Biar sisanya disini aja" jawab bu endang.

Keduanya pun keluar dari kamar untuk menemui pak agus yang ternyata sudah bersama pak narto dan istrinya.

"wah pak, udah lama sampai?" tanga bu endang pada pak narto.

" oh ngga bu, ini baru aja kok. Terimakasih sekali lagi ya bu, pak sudah mau direpotkan dengab kami berdua. Saya gak tau lagi harus berterimakasih seperti apa pada pak agus dan bu endang" kata pak narto membuat pak bu endang tersenyum.

" sama-sama pak, insyaallah bu narto pasti akan sembuh nantinya. Kita hanya bisa berusaha dan memberikan yang terbaik untuk penyembuhan bu narto" jawab bu endang yang juga diangguki oleh kamila dan pak agus.

"iyaa benar apa yang dikatakan istri saya, bapak gak usah khawatir. Insyaallah ibu pasti akan sembuh" jawab pak agus meyakinkan.

"iyaa pak, itu memang harapan saya" jawab pak narto memandang bu narto yang nampak pucat.

"saya gak berharap banyak pak, bu. Mungkin penyakit ini sebagai pengganti dari kejahatan saya selama ini, saya cukup tau diri pak, bu" kata bu narto dengan menundukkan kepala.

"alhamdulillah kalo ibu sudah sadar dan menyesal, tapi ibu gak boleh ngomong seperti itu. Insyaallah allah pasti memberikan kesembuhan untuk ibu" jawab bu endang memandang bu narto dengan senyum.

"mudah-mudahan saja bu, tapi saya menang tidak terlalu berharap banyak. Saya hanya ingin ketiga anak saya datang, saya ingin minta maaf pada mereka terutama pada menantu-menantu saya bu, pak" kata bu narto dengan meneteskan air mata.

"iyaa bu, nanti biar bapak telpon mereka ketika sudah sampai dijakarta ya bu. Yang penting sekarang ibu harus berobat dulu, yang lainnya biar nanti saja" kata pak narto mengelus punggung bu narto.

"iyaa pak, semoga mereka mau memaafkan ibu. Ibu sangat menyesal pak" jawab bu narto dengan isak tangis.

"iyaa bu iya, sudah nanti setelah dijakarta bapak akan telpon kan anak-anak. Toh mereka kan juga dijakarta meskipun kita tidak tau deket atau tidak dari lokasi kita nanti" jawab pak narto menenagkan istrinya.

"kalo gitu mari kita berangkat pak, bu." kata pak agus mengajak kedua paru baya itu.

Setelah masuk kedalam mobil, sopir pak agus pun menjalan kan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"memangnya anak pak narto dijakartanya tinggal didaerah mana pak?" tanya kamila.

"saya juga kurang paham neng, katanya sih sekitar pasar senen" jawab pak narto dengan bahasa sunda yang kental.

"lumayan juga pak kalau dari rumah saya, rencananya bapak mau bawa ibu kerumah sakit mana? Apa bapak gak punya jaminan kesehatan?" tanya kamila lagi.

"iyaa neng ini teh bapak dapat surat rujukannya kerumah sakit polri neng, bapak ada kartu kesehatan yang dari pemerintah itu neng" jawab pak narto yang langsung diangguki oleh kamila.

"oohh gituu, apa pelayanan nya maksimal pak kalo pakai kartu jaminan kesehatan dari pemerintah?" tanya lagi kamila.

"atuh neng, bapak tidak tau. Bapak baru kali ini mau makai kartu itu neng, makanya tadinya bapak sangat bingung kalau berangkat ke jakarta sendiri. Bapak teh gak tau apa-apa" jawab pak narto menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"gampang kok pak, nanti bapak tinggal periksa aja langsung kerumah sakit. Nanti daftar di tempat pendaftaran, terus kalo ada pilihannya ya pilih aja jaminan kesehatan daerah pemerintah. Nah nanti sertakan kartunya sama surat rujukannya" jawab pak agus membuat pak narto menganggukan kepala.

"udah begitu aja pak?" tanya pak narto.

"iyaa pak, nanti selanjutnya pasti diarahkan sama petugas rumah sakitnya. Yaa memang sih pastinya akan ada obat yang ditebus dengan uang pribadi, tapi gak semua pak" jawab pak agus lagi.

"oohh gituu, maklum ya pak. Kita teh orang kampung, biasa sakit demam biasa dikerok. Sekalinya agak parah ya kepuskesmas" jawab bu narto diangguki sang suami.

mereka pun mengobrol dan tertawa bersama hingga tak sadar jika sudah berada di dalam komplek perumahan kamila.

"masyaallah rumahnya teh bagus-bagus sekali ya pak ya, ibu teh baru kali ini liat rumah sebagus ini. Dikampung teh paling bagus rumah pak agus, nah ini mah jauh lebih bagus lagi. Ini kita teh mau kerumah neng kamila ya?" tanya bu narto dengab mata berbinar melihat rumah dua lantai bahkan ada yang tiga lantai itu.

"iyaa bu, kita mau kerumah saya dulu. Besok baru kita kerumah sakit ya bu" jawab kamila dengan senyum mengembang.

Bu narto pun menganggukan kepala sebagai jawaban tanpa meninggalkan pandangan dri rumah bertingkat yang berjejer itu.

Episodes
1 Episode 1.
2 Episode 2.
3 Episode 3.
4 Episode 4.
5 Episode 5.
6 Episode 6.
7 Episode 7.
8 Episode 8.
9 Episode 9.
10 Episode 10.
11 Episode 11.
12 Episode 12.
13 Episode 13.
14 Episode 14.
15 Episode 15.
16 Episode 16.
17 Episode 17.
18 Episode 18.
19 Episode 19.
20 Episode 20.
21 Episode 21.
22 Episode 22.
23 Episode 23.
24 Episode 24.
25 Episode 25.
26 Episode 26.
27 Episode 27.
28 Episode 28.
29 Episode 29.
30 Episode 30.
31 Episode 31.
32 Episode 32.
33 Episode 33.
34 Episode 34.
35 Episode 35.
36 Episode 36.
37 Episode 37.
38 Episode 38.
39 Episode 39.
40 Episode 40.
41 Episode 41.
42 Episode 42.
43 Episode 43.
44 Episode 44.
45 Episode 45.
46 Episode 46.
47 Episode 47.
48 Episode 48.
49 Episode 49.
50 Episode 50.
51 Episode 51.
52 Episode 52.
53 Episode 53.
54 Episode 54.
55 Episode 55.
56 Episode 56.
57 Episode 57.
58 Episode 58.
59 Episode 59.
60 Episode 60.
61 Episode 61.
62 Episode 62.
63 Episode 63.
64 Episode 64.
65 Episode 65.
66 Episode 66.
67 Episode 67.
68 Episode 68.
69 Episode 69.
70 Episode 70.
71 Episode 71.
72 Episode 72.
73 Episode 73.
74 Episode 74
75 Episode 75.
76 Episode 76.
77 Episode 77.
78 Episode 78.
79 Episode 79.
80 Episode 80.
81 Episode 81.
82 Episode 82.
83 Episode 83
84 Episode 84.
85 Episode 85.
86 Episode 86.
87 Episode 87.
88 Episode 88.
89 Episode 89.
90 Episode 90.
91 Episode 91.
92 Episode 92.
93 Episode 93.
94 penjelasan
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Episode 1.
2
Episode 2.
3
Episode 3.
4
Episode 4.
5
Episode 5.
6
Episode 6.
7
Episode 7.
8
Episode 8.
9
Episode 9.
10
Episode 10.
11
Episode 11.
12
Episode 12.
13
Episode 13.
14
Episode 14.
15
Episode 15.
16
Episode 16.
17
Episode 17.
18
Episode 18.
19
Episode 19.
20
Episode 20.
21
Episode 21.
22
Episode 22.
23
Episode 23.
24
Episode 24.
25
Episode 25.
26
Episode 26.
27
Episode 27.
28
Episode 28.
29
Episode 29.
30
Episode 30.
31
Episode 31.
32
Episode 32.
33
Episode 33.
34
Episode 34.
35
Episode 35.
36
Episode 36.
37
Episode 37.
38
Episode 38.
39
Episode 39.
40
Episode 40.
41
Episode 41.
42
Episode 42.
43
Episode 43.
44
Episode 44.
45
Episode 45.
46
Episode 46.
47
Episode 47.
48
Episode 48.
49
Episode 49.
50
Episode 50.
51
Episode 51.
52
Episode 52.
53
Episode 53.
54
Episode 54.
55
Episode 55.
56
Episode 56.
57
Episode 57.
58
Episode 58.
59
Episode 59.
60
Episode 60.
61
Episode 61.
62
Episode 62.
63
Episode 63.
64
Episode 64.
65
Episode 65.
66
Episode 66.
67
Episode 67.
68
Episode 68.
69
Episode 69.
70
Episode 70.
71
Episode 71.
72
Episode 72.
73
Episode 73.
74
Episode 74
75
Episode 75.
76
Episode 76.
77
Episode 77.
78
Episode 78.
79
Episode 79.
80
Episode 80.
81
Episode 81.
82
Episode 82.
83
Episode 83
84
Episode 84.
85
Episode 85.
86
Episode 86.
87
Episode 87.
88
Episode 88.
89
Episode 89.
90
Episode 90.
91
Episode 91.
92
Episode 92.
93
Episode 93.
94
penjelasan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!