dikantor, Hendra yang memang dasarnya seorang manager pun selalu disegani oleh bawahannya. tak jarang mereka mereka menyapa Hendra, tentu saja Hendra membalas sapaan mereka dengan senyum mengembang.
merasa dirinya adalah orang yang tinggi jabatannya, tak jarang juga Hendra berlaku keras pada staff dalam divisinya.
"maaf pak Hendra, kata pak Andra laporan pemasaran dari setiap grup harus diperiksa dengan teliti sebelum disatu kan. dan semuanya semuanya harus bapak sendiri yang mengerjakan, bahkan untuk survei penjualan pasar" kata sekretaris Hendra bernama asri.
"yang benar saja as, masa semuanya aku yang harus menghendel lalu apa tugas bawahanku?" tanya Hendra dengan sedikit lantang.
"justru itu pak, selama ini staff yang selalu turun tangan makanya laporan suka kacau seperti sekarang. nah saat ini semuanya diserahkan pada pak Hendra agar pak Hendra bisa menyesuaikan pasar dengan laporan yang diberikan oleh team" jawab asri memberikan alasan yang bagus.
"huh, semakin berat saja kerjaan saya akhir-akhir ini. apa semua itu tidak bisa diwakilkan? kau tau as, setiap wilayah itu sangat berjauhan mana mungkin saya mengeceknya satu persatu" jawab Hendra kembali memberikan alasan menolak perintah atasannya itu.
"tapi itu yang dikatakan direktur pak, maaf" jawab asri pada akhirnya.
Hendra pun hanya diam mendengar jawaban asri, ya memang itu adalah tugas nya yang selalu dialihkan pada staff pemasaran. karna Hendra yang sangat tidak mau berurusan dengan yang namanya lapangan, dia merasa itu bukan lah bagian dari pekerjaannya.
"yaa kau atur lah jadwal ku nantinya, pastikan dalam satu bulan seminggu aku full didalam kantor. rasanya malas sekali kalau harus kerja turun lapangan seperti ini" kata Hendra pada asri.
mendengar perkataan atasannya yang seperti itu, asri pun langsung keluar dari ruangan Hendra tanpa sepatah katapun.
Hendra selalu seperti itu jika ditugaskan turun ke lapangan, pasti asri yang selalu jadi pelampiasan kemarahan dari Hendra. dan itu hanya diketahui oleh asri sendiri dan beberapa staff pemasaran lainnya.
sementara dirumah Hendra, Sarah yang kesal karena ditinggal oleh keempat temannya pun menjadi tambah uring-uringan karna harus membayar seluruh pesanan mereka.
"kenapa sih kamu pulang-pulang kok uring-uringan begitu?" tanya Bu Ratih pada Sarah.
"aku kesel mah, hari ini bener-bener hari yang sangat sial buat aku. udah ditinggalin sama temen-temen suruh bayar pesanan mereka pula, alhasil aku harus mengeluarkan banyak uang untuk bayarin semua pesanan mereka. udah gitu aku dikeluarin lagi dari grup sama si Naima" jawab Sarah dengan wajah terlihat kesal yang sangat jelas.
"dikeluarin dari grup? kok bisa sih!" tanya Bu Ratih.
"yaa bisa lah mah, ......." Sarah pun menceritakan apa yang terjadi diantara mereka saat di cafe tadi, Bu Ratih menjadi geram atas apa yang mereka lakukan pada anaknya itu.
"udah kamu emang udah bener, kamu emang gak selevel main sama mereka. emang dasarnya Naima itu aja yang bodoh, mau maunya main sama anak orang miskin begitu" jawab Bu Ratih yang juga diangguki oleh Sarah.
"iyaalah mah, masih mending main sama Sarah kan. Sarah bisa ngimbangin dia buat jalan, shopping eehh ini dia malah milih main sama orang-orang kere. huh!" jawab Sarah.
"udah tenang aja, nanti mamah pasti tegur mamahnya Naima pas arisan sosialita nanti. biar mamah buat malu sekalian Bu Dewi nanti karna ternyata anaknya bergaul dengan anak-anak miskin seperti mereka" jawab Bu Ratih membuat Sarah tersenyum senang.
"makasih banyak ya mah, Sarah sayang deh sama mamah" kata Sarah yang mulai kembali merayu Bu Ratih.
"udah-udah, sekarang kamu bantuin mamah mikir gimana caranya biar Kamila balik lagi sama mas mu. biar kita dengan gampang bisa ikut menikmati milik Naima" kata Bu Ratih membuat Sarah mengerucutkan bibirnya.
"ahk mamah mah masih aja mikirin itu, lagian ya mah itu mah soal gampang. kita culik aja Kamila, terus kita minta mas Hendra buat bikin Kamila hamil. toh kan mereka masih suami istri, jadi sah-sah aja kan?" jawab Sarah memberikan ide yang sangat bagus menurut Bu Ratih.
"iya-iyaa kamu benar Sarah, mamah sampai gak kepikiran kesana. kalo begitu itu bener-bener ide yang sangat brilian" kata Bu Ratih membuat Sarah tersenyum bangga.
"iyaalah Sarah gitu loh, meskipun mamah pelit sama Sarah kan tapi Sarah ngasih mama ide yang bagus. tapi inget ya kalo nanti rencana itu berhasil Sarah mau uang bulanan Sarah dua puluh juta, hmmm gak sabar Sarah pengen ngerasain yang bulanan yang sangat fantastis" kata Sarah yang sudah membayangkan hal-hal yang tidak-tidak.
"iyaa kamu benar Sarah, mamah juga udah gak sabar rasanya pengen pegang uang banyak dan tinggal dirumah mewah. eh ngomong-ngomong sekarang Kamila itu tinggal dimana ya?" kata Bu Ratih.
"yaa ngga tau lah mah, mendingan kita suruh aja mas Hendra buat cari tau. Sarah yakin lah gak akan jauh dari sini, memangnya mereka mau kemana. rumah juga dikampung, iyakan?" jawab Sarah yang juga diangguki oleh Bu Ratih.
"iyaa bener kamu Sarah, hmm mamah udah harus ngelist nih apa aja yang mamah pengen beli nanti. mamah yakin Hendra pasti ngasih apa aja yang mamah mau" kata Bu Ratih.
"yaa itu juga kan kalo berhasil mah, kalo ngga ya palingan nanti kita gigit jari" kata Sarah yang langsung mendapatkan getokkan dikepalanya.
"mamah ih sakit tau mah, sama anak sendiri aja kok begitu sih" kata Sarah mengusap kepalanya yang terasa sakit.
"abisnya kamu itu kalo ngomong, belum juga dijalanin idenya udah main bilang gagal aja. berusaha lah dulu sar. jangan langsung bilang gagal, bener-bener deh kamu ya" kata Bu Ratih dengan nada kesal.
"yaa itu kan misalnya mah, kita harus tau juga lah mah kemungkinan terburuknya kalo rencana kita itu gagal" jawab Sarah membuat Bu Ratih terdiam.
"kalau begitu kita harus siapkan rencana cadangan sar, iyaa benar juga harus siapkan rencana cadangan. ayo bantu mamah mikir lagi" kata Bu Ratih membuat Sarah mendengus.
"au ahk males, mamah tuh selalu begitu deh. udah ide ku di dibilang brilian tapi giliran dikasih kemungkinan terburuknya malah nyalahin. udah deh mendingan mamah pikir aja sendiri sekarang mah, mendingan Sarah masuk kamar. oiyaa mah masak mah sebentar lagi mas Hendra pasti pulang" kata Sarah membuat Bu Ratih langsung mengalihkan pandangan pada jam dinding yang tak jauh dari nya.
"malas lah, biar aja nanti pesan. kalau kamu mau masak, kamu aja yang masak sana" jawab Bu Ratih.
"oohh ogaahh, terserah mamah yang jelas pesan pun pakai uang mamah. kan uang belanja dari mas Hendra emang sama mamah" jawab Sarah yang langsung melangkah menuju kamarnya di lantai atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Frando Kanan
ckckck 🙄....
2024-02-16
0
Frando Kanan
ckckck 😏
2024-02-16
0