Istri Sah Tapi Yang Kedua (20)
Pagi ini terasa berbeda. Jika sebelumnya, Haikal akan bersiap ke kantor. Namun, kini ia justru malah asyik bermain dengan Zea yang sudah bangun.
Azrina sedang masak di dapur. Rutinitas yang selalu ia lakukan.
Azrina yang sudah selesai memasak, langsung menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.
Namun, kamar itu kosong. Azrina melangkahkan kakinya ke kamar mandi dimana terdengar suara celoteh sang anak.
" Ya Allah, Mas. Kamu lihat pakaian kamu basah! Kamu juga belum bersiap-siap. Nanti terlambat ke kantor loh," Azrina mengingatkan suaminya berniat mengambil alih Zea yang sedang mandi.
" Biarkan saja Zea mandi denganku. Mas takkan bisa menemaninya mandi lagi saat usianya bertambah,"
" Tapi,.." Azrina ragu saat melihat jam dinding di kamarnya
" Hari ini mas tidak akan pergi bekerja," jawab Haikal tanpa melihat ke arah istrinya. Ia malah sibuk memberi sabun tubuh Zea.
" Mas..."
" Nanti mas cerita, ya. Sekarang siapakan saja pakaian untuk Zea. Setelah selesai,mas mau mandi sebelum kita sarapan bersama,"
" Baiklah,"
Azrina langsung keluar kamar mandi dan menyiapkan pakaian Zea.
...******...
Azrina mendekati suaminya dan duduk di sampingnya. Haikal sedang menemani Zea bermain.
" Mas mengundurkan diri dari pekerjaan mas,"
Deg
" Apa karena masalah laporan itu?,"
" Hmm. Itu awal mulanya. Tapi, ada hal lain." jawab Haikal. Tetap menemani Zea yang melemparkan bola mainan ke arahnya sambil tertawa.
" Apa? "
" Dia memanfaatkan apa yang mas alami untuk mengganggu pernikahan kita." jawab Haikal tidak langsung pada intinya. Justru malah membuat Azrina bertanya-tanya.
" Memanfaatkan seperti apa?,"
" Dia terang-terangan mengatakan menyukaimu. Dia bahkan meminta mas menceraikanmu jika tidak ingin kehilangan jabatan mas,"
Azrina diam. Sesungguhnya ia tak menyangka Rian akan bertindak kekanakan seperti itu.
Mencampuradukkan antara masalah pekerjaan dan pribadi.
" Kini mas pengangguran. Kamu tidak apa-apa jika suamimu pengangguran?," Ucap Haikal melihat ke arah istrinya.
" Kenapa harus masalah?,"
" kalau begitu, bagaimana kalau mas jadi pengangguran selamanya," goda Haikal.
" Ck, mas mau gantian sama aku. Aku jadi tulang punggung dan mas jadi tulang rusuk?," Azrina mendelik.
Haikal tertawa melihat jawaban sang istri. Ia bahkan menciumi bibir Azrina yang mengerucut.
" Mas ih," Azrina mendorong kepala Haikal.
Keseruan Haikal dan Azrina justru membuat Zea tertarik dan melihat ke arah keduanya.
" Mama... Yayah..."
Mendengar suara gadis mungilnya keseruan suami istri itu pun terjeda.
" Ayo sayang. Sini!!," kini keduanya justru berseru memanggil Zea yang ternyata sedang berjalan ke arahnya.
" Ayo sayang. ini lihatlah," Azrina menggoyang-goyangkan boneka kesukaan Zea
Zea yang masih bisa menjaga keseimbangannya langsung terdiam saat baru dua kali melangkah.
Haikal tiba-tiba punya ide. Ia justru menarik tubuh istrinya hingga posisi mereka tak berjarak
" Lihat, mama sama ayah. Mama buat ayah," goda Haikal yang anehnya membuat Zea melanjutkan langkahnya ke arah mereka.
Setelah sampai di hadapan keduanya, Zea justru memeluk Haikal
" Masya Allah, ada yang cemburu," goda Azrina menoel-noel pipi Zea
Zea memang belum lancar berjalan. Tapi, bicaranya sudah cukup jelas.
Azrina tak mempermasalahkan itu. Tiap anak memang memiliki tumbuh kembang yang berbeda. Ada yang bicara dulu, atau ada yang berjalan dulu.
" Yayah Zizi. Nono Mama," ucapnya sambil mendorong tubuh sang ibu.
" Ya Allah,ini mama kamu loh, Nak. Masa rebutan ayah," goda Azrina namun Zea tak peduli dan tetap mendorong tubuh ibunya
Haikal tertawa dengan tingkah lucu Zea yang menggemaskan.
Haikal langsung mengangkat tubuh Zea dan membawanya keluar.
" Coba bawa bola, sayang. Kita ajak main di rumput di depan rumah,"
Azrina langsung membawa bola stelah memasang cadar miliknya.
Mereka lanjut bermain di halaman rumah. Belum terlalu panas karena matahari di sebelah timur. Masih cocok untuk berjemur.
Dari kejauhan, seseorang mengamati keluarga kecil itu. Ia iri karena mereka tampak biasa saja. Padahal, Haikal sudah keluar dari perusahaan.
" Sampai kapan kita disini?," tanya Candra kesal.
Bukankah malah jadi lebih menyakitkan saat melihat mereka bahagia. Walaupun Candra sendiri justru kagum dengan keluarga kecil itu.
" Menurutmu apa yang harus aku lakukan?"
Candra menautkan kedua alisnya. " Mundur lah. Apalagi?,"
" Ck. Jalan," titah Rian pada supir pribadinya.
Ia salah meminta saran pada Candra. Asistennya ini memang tak pernah mendukung apa yang akan ia lakukan.
" Aku akan mendukungmu jika perempuan single yang kamu kejar. Bukan istri orang," Rian hanya memutar bola mata jengah.
" Kamu tahu? Sekalipun istri orang lebih menantang, tapi pebin0r bukanlah sebuah kebanggaan,"
" Kamu tidak bisa diam, Can?," Rian malas mendengar Candra yang mode cerewet.
" Sampai kamu berhenti mengejar Rina, sepertinya aku tetap harus mode begini,"
" Ck .."
" Kasihan Tante Rose kalau tahu anaknya yang ia sekolahkan tinggi-tinggi berakhir jadi pebin0r,"
Rian terdiam. Ia tiba-tiba ingat ibunya yang pastinya akan kecewa jika tahu wanita yang ia kejar adalah istri orang.
...******...
" Wa, kamu tidak punya kenalan dokter?," tanya Dinda.
" Untuk apa?," tanya Dewa melirik ke arah Dinda yang duduk di sebelahnya.
" Aku harus segera mencari orang yang bisa di ajak kerjasama untuk memanipulasi hasil tes DNA nanti."
Dewa berpikir namun kemudian menggelengkan kepalanya.
" Ck, kamu tidak berguna sama sekali," ketis Dinda.
" Kamu punya uang berapa? Menyogok dokter itu bukan harga murah," jelas Dewa sambil tetap fokus pada ponselnya.
Dewa acuh tak acuh pada Dinda. Namun, Dinda tak peduli.
" Justru itu, kamu punya uang tidak?," Dinda balik bertanya.
" Aku hanya kerja jadi ojol. Kamu tahu lah seberapa besar penghasilan ku. Kalau banyak orderan ya, banyak. Kalau lagi sepi ya tidak dapat uang,"
Dinda mendelik. " Carilah pekerjaan lain. Seharusnya kamu bisa mendapatkan posisi manager lagi kan?,"
" Aku mana bisa sampai dapat posisi manager. Dulu pun aku bisa karena kekuatan orang dalam,"
Dinda berdecih. " Hidup masih bergantung pada tunangan malah sok-sok an sel1ngkuh.
" Kamu sendiri kenapa mau sama tunangan orang?,"
Skak mat.
" Sudah lah. Kamu malah membuatku semakin pusing saja." Dewa beranjak dari duduknya.
" Mau kemana?,"
" Narik lah. Ada orderan masuk,"
" Lalu soal dokter itu, bagaimana?,"
Dewa berbalik " Masih lama kan kamu lahirannya. Kita pikirkan lagi nanti. Kalau tidak ada jalan lain, kita buat surat DNA palsu saja," jawab Dewa enteng sambil keluar dari kontrakan Dinda.
Dewa tersenyum saat melihat pesan dari seseorang yang ternyata sudah menunggunya di tempat biasa.
Dinda sempat menangkap senyum aneh Dewa. Dia akan menemui calon penumpang. Tapi, sayangnya seperti akan bertemu tambatan hati.
Tanpa Dinda sadari, Dewa memang mulai mencari mangsa baru. Wajah tampannya ia manfaatkan untuk menjerat perempuan yang bisa ia manfaatkan.
Dewa juga sudah bosan hidup sengsara. Lalu Dinda sudah tidak bisa membuatnya senang. Akhirnya, ia mencari perempuan lain yang masih bisa ia ajak senang-senang.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
bibi
mext
2024-05-04
1
Neulis Saja
ehm akhirnya seperti itu yg bisa dilakukan ?
2024-04-22
0
kaylla salsabella
semoga cepat terbongkar ulah di dinda
2024-02-17
0