Istri Sah, Tapi Yang Kedua (2)
Haikal masih senyum-senyum sendiri saat mengingat jawaban Azrina saat ia mengajaknya pindah.
Aku seorang istri. Tentu akan pergi kemanapun Mas Haikal membawaku. Sekalipun pergi dari rumah ini.
Jawaban Azrina yang tanpa keraguan itu membuat Haikal semakin kagum pada mantan kakak iparnya yang kini sah menjadi istrinya.
Pantas, tidak butuh lama untuk Idar mencintai Rina. Batin Haikal.
Pernikahan Azrina dan Haidar pun bukanlah karena mereka saling memiliki rasa satu sama lain. Mereka pun di jodohkan seperti yang terjadi saat ini.
Namun, baik Azrina maupun Haidar sama-sama saling menerima dan memainkan perannya sebagai suami dan istri yang baik. Hingga tak butuh waktu lama cinta itu akhirnya tumbuh di hati keduanya.
Haikal terpaku saat melihat Azrina keluar dari kamar mandi tanpa memakai khimarnya. Rambut yang biasa tertutup itu kini bisa ia lihat dengan jelas.
Jantung Haikal mulai tak baik-baik saja. Ada sesuatu yang muncul saat ia melihat istrinya yang membuka aurat di hadapannya.
Walaupun masih memakai daster rumahan yang pastinya longgar, namun itu cukup untuk membuat matanya tak berkedip.
Masya Allah, cantiknya istriku.
Pujian yang hanya bisa Haikal katakan dalam hatinya.
Azrina sendiri bukan tak menyadari tatapan kagum dari laki-laki yang berstatus suaminya.
Dari balik cermin, Azrina bisa melihatnya. Namun, Azrina berpura-pura tidak tahu karena ia pun gugup. Ia hanya melanjutkan aktivitasnya memakai lotion pada kaki dan tangannya.
" Mas mandi dulu ya," pamit Haikal yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Azrina.
Ia harus segera mendinginkan tubuhnya yang mulai kepanasan.
Jika bukan karena ia masih malu dan gugup, ingin rasanya ia menerkam wanitanya yang sudah halal itu. Namun, Haikal tidak ingin terlalu gegabah dalam bertindak.
Azrina mungkin berstatus janda. Namun, masalah ranjang ia dan mantan suaminya bahkan hanya melakukan beberapa kali. Masih bisa di hitung jari.
Alasannya karena pekerjaan sang suami yang merupakan abdi negara membuatnya harus pergi ke pelosok negeri.
Mereka tinggal bersama di awal-awal pernikahan. Selanjutnya mereka melakukan LDR sampai kejadian naas itu terjadi.
Karena tidak lama kemudian, Azrina dinyatakan hamil dan tidak mungkin di ajak pergi ke pelosok.
Malam semakin larut, kini keduanya berada di atas ranjang yang sama. Mereka berbaring tapi, tidak bisa memejamkan matanya.
Aku ingin menawarinya, tapi malu.
Batin Azrina. Ia tahu suaminya sudah mulai berhas_rat. Tapi, tidak juga meminta haknya. Ingin menawarkan diri tapi ia malu luar biasa.
Aku ingin, tapi bagaimana caraku memintanya.
Haikal pun sibuk dengan pikirannya. Meminta malam pertama, apakah istrinya tidak akan menolak karena ia terlalu berani meminta?
Waktu dengan Bang Haidar, dia yang lebih agresif meminta. Astaghfirullah seharusnya aku tidak membandingkan mereka.
Inilah yang Azrina khawatirkan. Ada yang ia bandingkan antara laki-laki yang kini berstatus suaminya dan dia yang sudah tenang di alam sana.
" Mas..."
" Rin...."
Keduanya memanggil di saat bersamaan.
" Mas dulu..."
" Kamu dulu .."
Lagi-lagi mereka mengatakan di waktu yang bersamaan hingga membuat keduanya terkekeh.
" Mas dulu saja," ucap Azrina akhirnya.
" Mm,, soal malam ini," tiba-tiba lidah Haikal Kelu.
" Mas ingin meminta hak mas sebagai suami?," tanya Azrina tersenyum
" Kamu tidak keberatan?," tanya Haikal merubah posisi tidurnya jadi miring ke arah Azrina yang masih terlentang.
" Aku tidak mungkin menolak keinginan suamiku. Apalagi aku sedang tidak berhalangan," jelas Azrina yang mulai memerah wajahnya.
Ditatap dengan tatapan memuja oleh Haikal membuat Azrina sedikit salah tingkah.
Senyum menghiasi wajah Haikal saat mendengar ucapan Azrina.
" Tapi, sebelumnya aku ingin bertanya.,"
" Soal apa?,"
" Apa aku harus pakai KB atau mas yang pakai pengaman?,'
Ingin rasanya Azrina menenggelamkan dirinya ke dasar lautan. Ia tak pernah membahas hal seperti ini sebelumnya.
" Kamu sendiri inginnya bagaimana?," tanya Haikal.
Sebagai seorang laki-laki, ia tentu saja ingin memiliki anak sendiri. Namun, mengingat usia Zea yang masih kecil, ia pun tak ingin egois.
Zea masih minum ASI, jangan sampai ia merampas hak keponakan sekaligus anak sambungnya jika ibunya harus mengandung lagi.
Haikal memang tidak memahami tentang boleh atau tidaknya ibu hamil tetap menyusui. Namun, ia pikir itu cukup beresiko atau mungkin akan merepotkan bagi Azrina nantinya.
" Jika menunda sampai Zea lepas ASI bagaimana?," tanya Azrina hati-hati.
" Aku ingin meng-ASI-hi Zea sampai usia dua tahun."
" Baiklah. Aku pikir itu lebih baik." Haikal mengangguk-anggukkan kepalanya.
Azrina pun mulai memejamkan matanya karena ia pikir malam pertama tidak akan terjadi. Karena ia harus melakukan KB terlebih dahulu.
Pil KB pun ia tak memilikinya apalagi pengaman.
" Kamu tidak jadi melayaniku malam ini?," tanya Haikal dengan suara lemahnya.Ia sudah membayangkan hal yang iya-iya, apakah malam ini tidak akan kesampaian?
" Aku tidak punya stok pil KB, aku juga tidak punya pengaman," ucap Azrina sambil kembali membuka matanya.
" Kalau itu masalahnya, biar aku beli dulu ke apotek yang buka dua puluh empat jam,"
Haikal langsung beranjak dari kasur dan memakai celana panjang dan jaketnya. Tidak lupa memasukkan dompet ke saku celananya.
Dengan semangat ia langsung keluar kamar. Tidak ingin malam ini gagal.
Ceklek
Haikal kembali membuka pintu kamar, "Jangan tidur ya!," pinta Haikal sebelum akhirnya ia kembali menutup pintu kamar.
Azrina hanya tertawa melihat tingkah lucu suaminya.
"Mereka memang serupa, tapi tak sama. Aku harus ingat itu," monolog Azrina setelah kepergian suaminya ke apotek.
Wajah yang serupa itu, nyatanya memiliki kepribadian yang berbeda.
Satu jam kemudian, Haikal sudah kembali. Ia pun masuk ke dalam kamar dengan wajah berseri.
Saat ia masuk ke dalam kamar, ia bersyukur mendapati istrinya yang masih bangun dan sedang membaca buku.
" Mas pikir kamu sudah tidur, Dek,"
" Dek?," Azrina malah gagal fokus pada panggilan yang di ucapkan Haikal.
" Mas ingin punya panggilan sendiri, bolehkan?," tanyanya meminta persetujuan.
" Tentu saja. Kenapa tidak boleh?,"
Haikal hanya tersenyum.
" Jadi, kamu siap untuk malam ini kan?," tanya Haikal yang tak ingin ada kegagalan. Apalagi ia sudah mendapatkan lampu hijau. Belum lagi, Zea bahkan sudah mengungsi ke rumah mertuanya yang masih satu perumahan..
Mertuanya memang sangat pengertian.
" I_iya," jawab Azrina jadi gugup sendiri.
" Tapi, mas mau kamu minum pik KB saja. Aku tidak ingin memakai pengaman. Karena ingin merasakan sentuhan langsung tanpa penghalang apapun," ucapan frontal Haikal membuat wajah Azrina merah.
Blushhh
Azrina hanya meringis.
Setelah mematikan lampu, Haikal pun mulai naik ke atas ranjang. Ia menutupi tubuh keduanya dengan selimut dan mulai melakukan pemanasan. Hingga, akhirnya mereka sampai pada aktivitas inti mereka.
SKIP
Azrina bangun terlebih dahulu dan merasakan tangan kekar membelit pinggangnya.
Azrina terdiam mengagumi wajah suaminya yang ada di hadapannya.
Malam kemarin memang pengalaman yang berbeda karena dengan Haidar dulu, mereka selalu langsung ke inti. Jarang bermain-main dulu tidak seperti Haikal.
Astaghfirullah, lagi-lagi aku membandingkan mereka. Maaf. Maafkan aku.
Azrina mencoba mengenyahkan pikiran bodohnya yang masih membandingkan dua sosok yang berbeda itu.
Ingat Azrina!! Wajah mereka mungkin sama, tapi mereka sosok yang berbeda.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah cepat beradaptasinya.
2024-05-04
1
Neulis Saja
yah wajar karena tdk mudah utk mengalihkan fokus dan pikiranmu selain kpd alm suamimu so you have to try to forget it from now on, okay?
2024-04-22
0
Muh Nur
mampir thor
2024-04-17
0