Istri Sah, Tapi Yang Kedua (3)
Tiga bulan sudah Haikal dan Azrina menjalani pernikahan. Sampai hari ini Azrina dan Haikal masih menempati rumah pemberian Haidar.
Haikal sendiri masih mencari rumah untuk mereka tinggali kedepannya. Berada di rumah itu membuat Haikal tak nyaman. Ia merasa seperti menumpang hidup pada sang istri.
Walaupun Azrina tak mempermasalahkannya.
" Mas sudah menemukan rumah yang sepertinya cocok untuk kita. Nanti pulang kerja mas ajak kamu melihatnya ya, dek," ucap Haikal setelah mereka selesai sarapan.
" Iya mas."
Azrina sebenarnya merasa mereka belum butuh rumah baru. Rumah ini saja masih bisa mereka manfaatkan.
Namun, ia tak ingin melukai hati sang suami yang ingin melakukan yang terbaik untuk anak dan istrinya.
" Kalau kita pindah, apa rumah ini sebaiknya di sewakan saja?. Kalau kosong takutnya malah cepat rusak karena tidak terurus." jelas Azrina.
Haikal diam sejenak sebelum akhirnya menyetujui pendapat sang istri.
" Ya, itu terserah kamu saja, Dek. Kalau kamu mau menyewakannya mungkin bisa mulai kamu cari penyewanya setelah kita sudah pindah ke rumah baru,"
Azrina mengangguk.
" Yayah.. Papa," ucap Zea memanggil Haikal yang tidak melihat ke arahnya.
Balita mungil itu sudah di ajarkan agar memanggil Haikal dengan sebutan ayah. Karena panggilan 'papa' adalah panggilan untuk Haidar. Haikal tidak ingin menjadi bayangan Haidar nantinya.
Namun, Zea masih suka memanggilnya papa. Haikal pun tak mempermasalahkan karena ia sadar anaknya masih kecil. hanya perlu waktu untuk terus membiasakan saja.
" Ayah. Ayo panggil ayah dulu, nanti baru ayah gedong," Haikal mengeja panggilan untuknya.
" Yayah. Yayah. yayah," panggil Zea dengan riangnya.
Haikal langsung mengambil Zea dan menggendongnya. Ia ciumi perut Zea yang semakin bulat membuat Zea tertawa renyah.
" I love you, cantiknya ayah," Haikal mencium pipi gembul Zea bertubi-tubi.
" Sudah mas, nanti terlambat bekerja," Azrina mengambil alih Zea.
Dengan berat hati Haikal memberikan Zea kepada Azrina. Ia sadar bahwa dia akan terlambat jika terus bermain-main dengan balita Gembul itu.
" Hati-hati di jalan. Jangan ngebut," pesan yang selalu Azrina sampaikan ketika suaminya akan berangkat bekerja.
" Insya Allah, sayang.Mas masih sayang nyawa. Mas masih mau melihat Zea tumbuh dewasa juga memiliki anak-anak manis lainnya,"
Azrina hanya tersenyum. Ia malu jika sudah membahas anak. Karena pikirannya tiba-tiba mulai kemana-mana.
" Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Nanti malam saja kita langsung praktek ya," ucap Haikal menggoda istrinya yang semakin seperti kepiting rebus.
Azrina tak menanggapi godaan Haikal yang akan berbuntut panjang jika ia meladeninya.
Azrina langsung mencium punggung tangan Haikal dengan takzim.
Haikal pun mencium kening sang istri.
" Hati-hati di rumah. Nanti dandan yang cantik, kita sekaligus makan di luar saja. Jadi, kamu tidak perlu masak."
" Baik, mas,"
" Eh, jangan dandan. Kamu cuma boleh terlihat cantik kalau di depanku saja," ucapnya meralat perkataannya sebelumnya.
" Aku kan memang tidak suka dandan mas. Paling pakai bedak dan lipstik."
" Iya tapi, kamu tetap terlihat cantik, Dek. Mas nanti jadi malas ajak kamu keluar. Mas benci laki-laki lain mengagumi wajah mu," Suara Haikal terdengar lucu di indra pendengaran Azrina.
Laki-laki gagah itu terlihat seperti anak kecil yang merajuk.
" Ya, sudah. Nanti aku pakai cadar saja kalau mas takut," ucap Azrina asal.
" Ah, benar juga. Pakai cadar saja ya, sayang. Biar wajah itu hanya untuk mas seorang," Haikal kembali berbinar merasa mendapatkan solusi yang tepat
" Eh, ini seriusan?," tanya Azrina tak menyangka ucapannya ditanggapi serius.
" Tentu saja." Jawab Haikal yakin.
" Tapi, cadarku sudah aku simpan di gudang. Semenjak pandemi selesai, aku sudah tak memakainya, mas," jelas Azrina sebenarnya ia malas jika harus mengubrak-abrik kardus pakaian yang tak terpakai di gudang.
Dulu, saat pandemi ia lebih nyaman memakai cadar daripada masker. Karena itu ia punya stok yang cukup banyak sesuai warna kerudungnya.
Namun, setelah semua kembali normal, ia melepasnya lagi.
Azrina sendiri memiliki keyakinan bahwa memakai cadar itu mubah, yang artinya boleh. Jadi, ia tidak masalah jika kembali melepas cadarnya.
Namun, akan berbeda jika kini sang suami memintanya memakai cadar ke luar rumah. Artinya cadar baginya menjadi wajib karena itu adalah perintah suaminya.
Perintah suami wajib ia lakukan selama tidak melanggar syariat. Ya, Azrina akan melakukan sebagai bukti ketaatannya pada sang suami.
" Tenang, nanti mas yang beli."
Azrina akhirnya hanya mengangguk pasrah saja.
...******...
Sore harinya Haikal benar-benar mengajak istrinya melihat rumah yang akan ia beli.
Bahkan, Haikal membawa pulang satu lusin cadar dengan warna berbeda. Ia membeli yang kualitasnya bagus. Bahannya adem dan nyaman di pakai.
Azrina pun menerima dengan senang hati. Walaupun ia ingin mengomentari karena merasa suaminya membeli terlalu banyak. Namun, ia tak mau suaminya merasa tak di hargai.
Azrina akan membicarakan hal ini lain waktu saat mereka duduk bersantai berdua. Waktu yang menurutnya tepat untuk berbicara dari hati ke hati.
" Ini rumahnya. Bagaimana menurutmu, Dek?,'" tanya Haikal sambil menutup kembali pintu mobil saat istrinya sudah keluar dari mobil.
Zea ia ambil alih dari gendongan istrinya.
" Masya Allah, bagus mas. Halamannya juga luas," jelas Azrina terpukau dengan rumah yang cukup nyaman itu.
Rumah yang masih cukup dekat lokasinya dengan rumah orang tua Azrina namun, bukan di perumahan yang sama.
" Mari silahkan, Pak Haikal dan Bu Azrina," ajak Pak Daus, pemilik rumah.
Mereka pun berkeliling dan merasa cocok dengan rumah itu. Apalagi ada lahan di kanan kiri serta belakang yang bisa mereka manfaatkan untuk berkebun atau menambah bangunan jika mereka ingin memperluas bangunan.
" Dek, mas keluar dulu untuk mengangkat telepon ya," pamit Haikal meletakkan Zea di atas pangkuan Azrina.
Azrina sendiri kini ada ruang tamu di temani Bu Daus.
Merasa suaminya sudah terlalu lama, Azrina pergi menyusul. Ia ingin segera pergi makan malam di tempat yang kata suaminya tempat yang ia rekomendasikan.
" Aku sudah bilang jangan hubungi aku jika aku sedang tidak bersamamu kecuali darurat," ucap Haikal yang memilih mengangkat telpon di samping rumah.
Langkah Azrina terhenti saat mendengar suara suaminya yang terdengar geram dengan seseorang yang menelponnya.
"Aku hanya merindukanmu."
" Tolong hargai apa yang aku lakukan. Sampai jelas siapa ayah dari anak itu, kamu tidak punya hak apapun padaku. Sekalipun aku sudah menikahimu,"
Jeduarrr
" Jika tak percaya kenapa kamu menikahi ku?," ucapan seseorang di sebrang sana sekalipun tidak bisa Azrina dengar.
" Seharusnya kamu tidak bertanya. Kamu tahu aku terpaksa menikahimu,"
Deg
Lagi-lagi Azrina di buat terkejut dengan ucapan suaminya.
" jangan menggangguku lagi,"
Klik
Deg
" Sayang sejak kapan kamu disana?,"
Haikal terkejut saat melihat istrinya yang menggendong Zea yang sudah tidur ada di sana.
" Cukup lama sampai aku tahu bahwa suamiku punya istri lain selain aku,"
Deg
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
sherly
nah looooo
2024-12-30
0
sur yati
untungnya azrin minum pil KB suami gila kurang ajar
2024-05-04
1
Neulis Saja
karena berbohong maka akan melahirkan kebohongan yg lain why are you lied Haikal ?
2024-04-22
0