Istri Sah Tapi Yang Kedua (16)
Haikal terburu-buru masuk ke sebuah ruangan yang lebih sering kosong. Itulah ruangan pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Tempatnya bekerja memang hanya kantor cabang, sehingga jarang si datangi pemilik perusahaan. Kunjungan mendadak seperti ini pun sudah biasa terjadi.
Setelah di persilahkan masuk, Haikal pun masuk ke dalam ruangan.
" Duduklah!," titahnya dengan nada tegas.
Haikal pun duduk.
Ia mengamati laki-laki di depannya. Dia adalah anak pemilik perusahaan yang baru beberapa waktu lalu menggantikan ayahnya yang mulai memberikan hak penuh padanya atas perusahaan. CEO baru.
" Saya baru saja melakukan sidak ke bagian produksi. Kenapa barang yang ada tidak sesuai? barang yang ada tidak sesuai harga. Kualitasnya lebih rendah.
Stok juga tidak sesuai laporan." Laki-laki yang lebih muda dari Haikal itu melihat ke arah Haikal dengan tatapan kebencian. " Ada yang ingin kamu jelaskan?,"
Haikal mengambil laporan yang dilemparkan ke arahnya.
Ia melihat laporan itu. Ada yang berbeda.
" Ini bukan laporan yang saya buat," jawabnya tegas
" Tapi,ada tanda tanganmu disana!,"
" Tapi,saya yakin laporan terakhir yang saya buat bukan ini. Saya sendiri tidak tahu kenapa ada tanda tangan saya disana" Haikal tak gentar. Ia yakin tidak pernah berbuat curang
" Kalau begitu. Buktikan bahwa itu bukan laporan buatan mu. Dan berikan padaku laporannya hari ini juga,"
" Baik, Pak Rian. Saya akan menyerahkannya secepatnya. Saya undur diri,"
Haikal berlalu dari hadapan Rian. Sementara Reno menarik sudut bibirnya.
"Carilah sampai kau puas," monolognya pelan.
Sang asisten yang sejak tadi menunggu di luar ruangan hanya menghela nafas kasar. Pada kenyataannya, apa yang ia takutkan benar-benar terjadi.
Dia belum cukup dewasa untuk memimpin perusahaan. Batin Candra
Sebelumnya, Rian di tugaskan memimpin salah satu cabang perusahaan. Pekerjaannya bagus. Namun, saat ada masalah pribadi, ia masih mencampuradukkan keduanya.
Kini, saat ia sudah benar-benar menjabat sebagai CEO, Candra tak menyangka akan mengalami hal serupa. Menjadi bawahan yang diminta melakukan berbagai cara yang ia perintahkan untuk menyingkirkan seseorang.
Candra tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bawahan.
Di dalam ruangan miliknya, Haikal mencari datanya di komputer. Namun, aneh isi datanya sama dengan data yang ad di laporan yang dilemparkan atasannya padanya.
Haikal mengerutkan keningnya.
" Tidak mungkin? Bagaimana bisa seperti ini?,"
Alasan utama pemilik perusahaan yang tidak lain ayah Rian mempertahankan Haikal adalah karena daya ingat Haikal yang bagus.
Ia pernah menjelaskan laporan tanpa melihat laporan fisiknya. Ia menjelaskan dengan tenang bahkan angka per angkanya betul. Hak itu membuat takjub Dirga, ayah Rian.
" Mesi, bawa laporan bulan kemarin ke meja saya sekarang," Haikal menghubungi kepala tim nya .
Tidak lama kemudian Mesi datang.
" Apa ada masalah, Pak?," tanya Mesi karena melihat raut wajah Haikal yang tidak setenang biasanya.
" Saya merasa ada yang salah dengan laporan ini. Dan saya yakin laporan ini bukan laporan yang saya buat. Tapi, di laporan itu ada tanda tangan saya.
Anehnya di komputer saya pun datanya sama."
Haikal membaca laporan yang bulan kemarin di berikan timnya.
" Bagaimana, Pak?,"
" Tidak mungkin," lirihnya.
Mesi mengambil dua laporan yang ada di atas meja. Sama persis.
Mesi pun bingung harus berkata apa. Masalahnya keduanya tidak ada perbedaan data sama sekali.
Tapi, atasannya pun ia akui memiliki daya ingat bagus. Juga tidak mungkin berbuat kesalahan yang bisa merugikan perusahaan.
" Pak, sebenarnya beberapa saat yang lalu komputer kami tidak bisa berfungsi. Entah kenapa. Tapi, sebelum teknisi datang untuk memperbaiki, komputer kami bisa kami operasikan lagi seperti biasa,"
Mesi menjelaskan masalah yang tadi pagi ia timnya alami. Terasa janggal.
Haikal yakin ada yang tidak beres tapi, ia tidak bisa membuktikan apapun.
Akhirnya, ia pun langsung mendatangi kepala gudang.
Jika Haikal sedang ketar-ketir karena Maslah laporan yang janggal. Rian justru dengan santainya pergi meninggalkan kantor dengandi dampingi asisten setianya.
" Langsung ke alamat yang saya kirim, Pak," ucap Rian pada sipir pribadinya.
" Baik,tuan,"
Candra hanya diam duduk di samping supir. Ia tak ahu apa lagi yang akan di lakukan bosnya ini.
Tapi, dia memikirkan satu tempat yang mungkin didatangi oleh bosnya.
Setelah hampir setengah empat puluh lima menit berlalu, mobil berhenti di pinggir jalan.
" Kamu tunggu disini saja, Candra,"
" Kenapa?,"
" Ck, jangan banyak bertanya. Turuti saja perintah ku,"
" Baik, tuan muda," ucapnya dengan nada yang di buat-buat.
Pletak
" Aww..." Candra meringis karena pulpen yang di lemparkan Rian mengenai kepala Candra.
Rian tidak peduli. Ia langsung keluar dari mobil.
Sopir yang usianya hampir setengah abad itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
" Pak,jangan menertawai ku," kesal Candra.
" Kalian kalau berdua memang seperti anak-anak," ucap sang supir tanpa ragu ataupun takut
" Dia yang masih kekanakan, Pak. Lihatlah sebentar lagi temanku itu akan berbuat ulah,"
Timpal Candra yang tidak berbicara formal. Supir pribadi itu sudah ikut lama ikut keluarga Rian. Jadi,ia cukup mengenal Keluarga bosnya dan siapa saja orang terdekatnya.
Hubungan Candra dan pria paruh baya di sampingnya pun cukup dekat karena lamanya mereka berada dalam pekerjaan yang saling bersinggungan.
" Harusnya kamu mengingatkan kalau tuan muda berbuat ulah,"
" Hah, dia selalu mengancam akan memecat ku,"
" Tinggal minta bantuan tuan besar," jawab Pak Bambang enteng.
" Benar juga. Tapi, aku kasihan jika dia harus kembali bersitegang dengan ayahnya," timpal Candra.
" Tapi, akan lebih kasihan jika tuan besar tahu dari orang lain,"
Diluar, Rian sudah masuk ke halaman rumah. Ia pun sudah memencet bel beberapa kali.
" Assalamu'alaikum," ucap Rian saat pintu terbuka dari dalam.
" Wa'alaikumsalam," jawab Azrina cukup terkejut akan kedatangan seseorang.
" Azrina" panggil Rian merasa takjub dengan perempuan di depannya.
Ia masih sangat cantik walau hanya terlihat kedua matanya.
" Maaf kak, suamiku masih bekerja. Di rumah tidak ada siapa-siapa. Mungkin kakak bisa bertamu nanti saja," Tanpa sungkan Azrina mengusir tamunya dengan cara halus.
Ia sudah mengenal Rian, tak ingin ada kesalahpahaman jika mereka berbicara berdua sekalipun di luar rumah.
" Ah iya, maaf. Sebentar,"
Rian lupa seperti apa Azrina. Ia tidak akan mau hanya berbicara berdua dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Sekalipun di tempat terbuka.
Rian mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan lalu di kirimkan kepadanya seseorang.
Azrina yang posisinya masih di ambang pintu sedikit bingung.
Hingga seseorang datang ke arah keduanya. "Sekarang kita tidak berdua. Jadi, bisakah kita bicara sebentar. Di luar pun tidak masalah.
" Aku ke dalam dulu sebentar. Silahkan kalian duduk dulu," Azrina menutup pintu lalu pergi ke dalam untuk mengambil Zea.
Di luar, Candra mendengus karena akan di jadikan obat nyamuk.
" Kamu duduk disana. Aku disini,"
Rian menyuruh Candra duduk di kursi kayu single. Sementara i duduk di kursi kayu yang cukup untuk dua orang.
"Modus," ejek Candra tahu maksud pengaturan tempat duduk itu.
Rian tak peduli. Hingga Azrina datang dan melihat hanya kursi yang di samping Rian yang kosong.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Neulis Saja
ehm ada2 aja masalah, kalau gak lakinya yg perempuannya digodain ehm
2024-04-22
1
Hanipah Fitri
Riyan jangan ganggu wanita yg sdh punya suami lah
2024-02-19
0
kaylla salsabella
lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰🥰
2024-02-14
0