Istri Sah Tapi Yang Kedua (7)
" Tidak mampir?," tanya Dinda saat Haikal kembali masuk ke dalam mobil
" Aku harus kembali kerja," jawabnya datar.
Padahal, Haikal memang tidak pernah mau jika di ajak mampir. Namun, Dinda seolah tak peduli pada penolakan yang selalu ia dapatkan.
" Jangan dulu melakukan pekerjaan berat. Ingat tadi kamu barusaja melakukan tes amniocentesis." jelas Haikal
" Terimakasih sudah perhatian,"
" Aku hanya kasihan jika sesuatu terjadi pada anak itu," tunjuk Haikal dengan dagunya pada perut Dinda.
" Aku tahu. Sekali lagi terimakasih,"
Melihat sikap Haikal, Dinda justru semakin tertantang untuk menaklukkan hatinya. Laki-laki seperti itu akan setia pada pasangannya. Karena itu, Dinda bertekad membuat Haikal jatuh hati sebelum semua terbongkar.
Dinda pun sadar, kemungkinan terbongkar sangatlah besar. Namun, jika Haikal sudah mencintainya, bukankah kesalahan sebesar apapun akan termaafkan?.
Awalnya Dinda menolak saat akan dilakukan tes. Ia curiga. Namun, karena Ismi menjelaskan bahwa maksud lain tes itu untuk mencari tahu kondisi janin, maka Dinda setuju.
Membiarkan Dokter Ismi mengambil sampel air ketubannya.
Di mobil, Haikal masih terus berdoa agar hasilnya sesuai keinginan. Karena ia yakin tidak pernah melakukan hal itu pada perempuan lain selain istrinya.
" Apa ada masalah?," tanya Haikal saat Ismi menghubunginya.
" Sebenarnya tanpa menunggu hasil tes DNA itu, kita sudah mengantongi bukti kalau anak itu bukan anak kandungmu,"
" Benarkah?," tanya Haikal berbinar.
" Nanti, aku kirim buktinya. Tapi, tes DNA itu juga penting bila Dinda masih berkelit." jelas Ismi.
" Baiklah,"
" Kamu juga harus tahu. Usia asli kehamilannya bukan seperti informasi yang kamu dapatkan sebelumnya. Janin bahkan sudah berusia 4 Minggu lebih tua."
" Maksudnya?,"
" Dilihat dari usia janin pun kamu sudah pasti bukan ayahnya,"
Haikal terkejut sekaligus bersyukur. Akhirnya ia menemui titik terang. Seandainya ia bercerita lebih cepat pada istrinya mungkin ia akan lebih cepat terlepas dari belenggu Dinda.
" Sampai waktunya tiba, bersikaplah seperti biasa. Dia orang yang licik. Jangan sampai dia curiga." pesan Ismi.
Mengingat Dinda yang berani menyogoknya demi ikut membohongi Haikal, Dinda patut di waspadai. Orang yang melakukan cara apapun agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Padahal Ismi adalah orang yang notabene baru ia kenal. Rumah sakit yang di datangi juga bukanlah rumah sakit biasa. Ya, Ismi akui Dinda pun cukup gegabah dalam melangkah.
...******...
" Rin, kamu tidak apa-apa?," tanya Umi di ujung telpon.
Mendengar kabar bahwa seseorang melihat Faisal membawa perempuan ke poli obgyn di rumah sakit, membuat Umi khawatir.
Dari ciri-ciri yang di sebutkan saja, sudah jelas itu bukan putrinya.
" Kenapa-napa bagaimana, Umi?,"
" Ada yang lihat suamimu pergi mengantarkan perempuan ke dokter kandungan. Umi yakin itu bukan kamu karena dia tidak memakai kerudung. Tunggu, teman Umi kirim fotonya." hening sejenak karena ibu kandung Azrina sedang membuka kiriman foto dari temannya.
" Benarkan dia bukan kamu. Kamu tahu suamimu mengantarkan siapa?,"
Azrina tentu saja tahu karena suaminya memberitahukannya jika hari ini akan melakukan pemeriksaan kandungan sekaligus tes DNA.
" Rina tahu, Umi," jawab Rina pelan.
" Siapa?,"
Ingin rasanya Azrina mengatakan dia bukan siapa-siapa. Namun, bagaimana pun perempuan itu juga berstatus istri dari suaminya.
" Rina belum bisa menjelaskann,"
Mendengar jawaban sang putri, Umi terdiam. "Apa yang kalian berdua sembunyikan dari kami?,"
" ...."
" Rin....?!"
" Nanti kamu akan jelaskan. Tapi, tidak bisa lewat telpon ya, Ummi."
Ummi terdengar menghembuskan nafas berat. Ia semakin yakin yang disembunyikan anak dan menantunya adalah hal yang besar.
" Umi dan Abi tidak perlu khawatir. Nanti Rina dan Mas Haikal akan menjelaskannya." Azrina mencoba menenangkan ibunya. Ia tahu ibunya sedang khawatir.
" Tapi, hubungan kalian baik-baik saja kan?,"
" Alhamdulillah, Umi."
" Ya, sudah. kalau ada apa-apa cepat beri tahu, Umi."
" Insha Allah, Umi."
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam,"
Azrina tidak menyangka kabar ini akan cepat sampai ke telinga ibunya.
...******...
"Mas, Umi tadi telpon."
Haikal yang sedang duduk di ranjang langsung melihat ke arah istrinya yang baru saja naik dan ikut duduk di sampingnya.
Sementara Zea tidur di ranjang yang berbeda. Haikal membeli ranjang khusus untuk Zea yang ada pengaman di sekitarnya. Mencegah balita mungil itu jatuh ke bawah.
" Apa ada masalah?," tanya Haikal
Haikal menebak dari nada sang istri berbicara. Ia yakin ada sesuatu.
" Seorang kenalan Umi melihat mas dan perempuan itu di rumah sakit."
Deg
" Apa Umi curiga?,"
" Sepertinya. Apalagi teman Ummi itu mengirimkan foto juga. Yang pasti umi tahu itu bukan aku."
" Mas tadinya tidak akan melibatkan orang tua kita. Apalagi mas sudah mendapatkan bukti jika anak itu bukan anak mas." jelas Haikal yang memang belum menceritakan tentang kejadian hari ini pada istrinya.
" Bukti?," Azrina mengerutkan keningnya. " Bukankah hasil Tes DNA masih akan keluar dua Minggu lagi?,"
" Iya. Tapi, ada bukti pengakuan perempuan itu yang bilang janin yang ia kandung memang bukan anak Mas." jelasnya.
" Benarkah?,"
" Iya. Dia bahkan menyogok Ismi agar bersekongkol dengannya untuk mengelabui mas dan tetap mengatakan dia anak mas,"
" Astaghfirullah. Dia melakukan itu?,"
Azrina menggelengkan kepalanya. Merasa tindakan Dinda terlalu gegabah sekalipun sangat berani. Karena resiko mengajak orang yang tidak ia kenal untuk bekerja sama itu sangat riskan.
Lalu menyogok dokter yang bekerja di rumah sakit terkenal seperti rumah sakit yang tadi mereka datangi
" Dengarlah ini" Haikal pun memperdengarkan rekaman yang di ambil Ismi.
" Jadi, apa yang akan kita lakukan? Umi sudah tahu."
" Mungkin kita lebih baik memberitahu orang tua kita sebelum ada informasi lain yang mereka terima," usul Azrina.
Memang sebaiknya masalah sebesar ini jangan di pendam hanya berdua saja. Bagaimana pun masalah ini akan membawa-bawa nama kedua orang tua mereka.
" Akhir Minggu ini kita ke rumah Abi saja. Mas juga akan minta ayah dan Bunda untuk datang sekalian."
" Semoga mereka bisa mengerti posisi mas saat itu. Lagipula sekarang sudah ada satu bukti di tangan Mas."
Azrina mengangguk setuju.
" Ehemm." Haikal meletakkan ponsel di tangannya dan semakin bergeser ke arah sang istri.
" Kamu pasti capek kan hari ini" Haikal mendekati kaki istrinya dan mulai memijit kaki Azrina.
" Mas, harusnya aku yang memijat kaki mas kan. Mas jauh lebih lelah," Azrina merasa tak nyaman atas perlakuan suaminya.
" Tidak. Kamu pasti lebih lelah. Jadi, mas akan bantu kamu biar semakin nyenyak istirahatnya,"
Akhirnya Azrina yang saat itu bersandar di kepala ranjang hanya memejamkan matanya menikmati pijatan suaminya.
Haikal tersenyum saat sang istri semakin rilex. Namun, Azrina mengerutkan keningnya saat dirasa pijatan itu mulai kemana-mana.
"Mas .."
Haikal hanya tersenyum kecil tanpa mau menghentikan gerakan tangannya.
" Mas mau lagi malam ini ya?," pintanya.
" Jadi, yang Adi itu modus?,"
" bukan modus. Mas memang akan membuatmu semakin nyenyak tidur," ucapnya sudah mulai menarik selimut menutupi tubuh keduanya.
" Aku belum minum pil KB nya, Mas." Azrina mengingatkan.
Ia hampir saja melupakan jadwal meminum pil itu. Padahal jelas kalau tidak boleh ada perbedaan waktu saat mengkonsumsinya.
Haikal pun beranjak mengambil botol yang ada di dalam laci dan mengeluarkan satu tablet lalu menyerahkan pada sang istri tidak lupa dengan segelas air.
" Sudah?,"
" Hmm," Azrina hanya berdehem saja. Malu rasanya karena Haikal menatapnya dengan tatapan yang sudah bergelora.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Maizaton Othman
typo,haikal
2024-05-04
1
Neulis Saja
ah azrina engkau dikibulin sama your handsome but it's okay 👌
2024-04-22
0
zian al abasy
hmmm suami emng bnyak maunya ad ajh alsnn 🤦♂.
2024-02-05
1