Istri Sah Tapi Yang Kedua (14)
Menjelang bubar Karyawan, Dinda bersiap pergi. Hati ini ia berencana menemui Haikal.
Merasa ia memiliki peluang untuk bisa menikah secara sah dengan Haikal, ia akan berbicara pada laki-laki yang berstatus suaminya itu.
Lagi pula,istri sah suaminya sudut tahu tentang dirinya. Ia tidak melarang ataupun menyetujui keinginannya untuk menjadi istri sah.
Jadi, semua keputusan ada di tangan suaminya itu. Bukankah Azrina bilang ia sudah ikhlas dimadu?
"Sempurna," Dinda mengamati wajahnya yang sudah di poles makeup dan bibirnya yang berwarna merah menyala menambah rasa percaya dirinya.
Jari-jarinya memesan taxi melalui salah satu aplikasi. Jaraknya memang tidak terlalu jauh dari kontrakan miliknya.
Di kantor, Haikal bersemangat untuk segera pulang, ia akan menemani istrinya belanja bulanan. Sekaligus menikmati quality time bersama keluarga kecilnya.
Langkahnya terhenti saat ponselnya berbunyi. Mode dering sudah ia nyalakan sejak jam pulang kantor. Karena jika jam kerja, Haikal selalu mengatur ponselnya dalam mode getar.
Dinda
Haikal mengerutkan keningnya saat melihat nama pemanggil.
" Ada perlu apa ya?," gumamnya.
Seingat Haikal, ia merasa tidak mempunyai janji dengan Dinda. Cek kandungan pun masih lama.
Haikal pun mengangkat telponnya. Baru saja Haikal membuka mulutnya untuk mengucapkan salam, Dinda sudah mendahuluinya bicara.
" Mas, aku sudah ada di tempat parkir. Aku tunggu di bawah," ucapnya tanpa basa basi.
"Assalamu'alaikum ," Haikal mengabaikan apa yang Dinda katakan dan mengucapkan salam.
" Wa'alaikumsalam," Dinda meringis.
Ia selalu diingatkan agar membiasakan mengucapkan salam saat mengawali pembicaraan di telpon.
" Maaf, aku lupa, mas," kilah Dinda
Haikal tak mempedulikan alasan Dinda.
" Ada apa kamu datang kemari?," tanya Haikal datar. Tak ada kehangatan dalam ucapannya.
" Kita belum pernah jalan berdua kan? Anakmu ingin jalan-jalan dengan ayahnya," Dinda menjadikan janin dalam kandungannya sebagai kambing hitam.
Haikal mendengus. Namun, sampai tes itu keluar, ia harus bersabar.
" Baiklah. Tunggu sebentar. Assalamu'alaikum,"
Malas berlama-lama, akhirnya Haikal memutuskan sambungan telpon saat ia sudah tahu maksud Dinda menelponnya.
Haikal masih berdiri di ruangannya. Ia pun menekan nomor dan menghubungi seseorang.
" Assalamu'alaikum, Dek," Berbeda saat ia berbicara dengan Dinda, dengan Azrina suaranya sangat lembut.
" Wa'alaikumsalam, Mas. Kenapa? Aku masih belum siap. Zea agak rewel," Azrina langsung mengkonfirmasi bahwa ia belum siap untuk berangkat.
Azrina pikir suaminya menelpon untuk menanyakan dia sudah siap atau belum
" Soal itu, maaf Dek. Sepertinya kita berangkatnya sedikit terlambat," Haikal tak enak hati.
Namun, ia juga bisa apa. Dinda sudah ada di bawah,kalau saja Dinda masih di kontrakannya ia mungkin bisa beralasan ini dan itu sehingga tidak menemani Dinda sore ini.
Padahal, itulah alasan Dinda langsung mendatangi kantor Haikal. Ia tak ingin Haikal menolak ajakannya.
Sore ini ia harus berhasil menjalankan rencananya. Membujuk Haikal untuk mensahkan pernikahan mereka. Selagi izin Azrina ia kantongi. Ya, setidaknya itu lah yang ada di pikiran Dinda.
" Oh, kenapa Mas? Mobilnya mogok?," tanya Azrina khawatir.
Suaminya tak pernah mendadak mengundurkan janji mereka kalau bukan karena hal yang urgent.
" Sebenarnya, Dinda tiba-tiba datang ke kantor," Haikal tak ingin ada kesalahpahaman. Sehingga memilih jujur.
Mendengar nama Dinda di sebut, ada perasaan tak rela. Sekalipun tahu Dinda pun sebenarnya memiliki hak yang sama. Terlepas bagaimana keduanya menikah.
"...."
" Dek?!," Menyadari tak ada jawaban di ujung telpon, Haikal memanggil istrinya.
" Iya. Memangnya ada apa dia datang,Mas?,"
" Dia mendadak mengajak jalan. Alasannya anaknya ingin jalan-jalan dengan ayahnya. Kalau saja mas bisa menolak, pasti mas nolak. Tapi, mas khawatir dia membutuhkan ulah disini kalau keinginannya tidak dipenuhi,"
Haikal tak ingin ada keributan di kantor. Apalagi sampai hubungannya dengan Dinda ketahuan pihak kantor.
Sebenarnya tidak masalah kalaupun ketahuan, lagipula tidak ada aturan bahwa karyawan tidak boleh beristri dua.
Namun,Haikal hanya ingin ia dikenal sebagai suami dari Azrina. Bukan dari dua wanita.
" Ya, sudah mas. Ikuti dulu saja mau Dinda bagaimana. Sampai tes itu keluar, kita ikuti saja permainannya," Azrina lebih memilih membiarkan saja. Yang penting suaminya tak menutupi apapun darinya.
" Iya, sayang. Maaf ya. Mungkin kita jalan-jalannya malam saja,"
" Kalau malam, kasihan Zea, mas. Angin malam tidak baik untuk balita,"
Haikal diam sejenak. " Pokoknya kamu siap-siap saja. Insha Allah acara kita tetap ada sekalipun berubah jam," Haikal memikirkan satu ide di kepalanya.
" Mas punya rencana apa?" tiba-tiba Azrina curiga.
" Ada pokonya."
" Kenapa harus main rahasia?,"
" Hehe. Yang penting malam ini kamu siap-siap saja. Assalamu'alaikum,"
" Baiklah. Wa'alaikumsalam,"
Klik
Haikal turun ke bawah ke tempat parkir. Ternyata Dinda sudah ada di dekat mobilnya.
" Ayo masuklah," Ajak Haikal tanpa membukakan pintu mobil.
Ia sendiri langsung masuk ke pintu mobil sampingnya. Tempat mengemudi.
Dinda sedikit mendengus karena tidak di bukakan pintu. Haikal masih saja a ih padanya.
Ia jadi berpikir. Bagaimana sikap suaminya pada istri pertamanya. Sampai saat ini,Dinda mempercayai bahwa Azrina adalah istri pertama. Dilihat dari usia Zea. Ini dari informasi yang Dewa berikan.
Dewa sendiri tidak mencari tahu lebih dalam tentang siapa Zea. Karena wajah Zea yang mirip Haikal, Dewa yakin Zea adalah anak kandung Haikal.
Tanpa ia tahu bahwa Zea mirip Haidar. Namun, karena wajah keduanya sangat mirip, jadinya Zea pun mirip Haikal.
Dinda pun langsung masuk tanpa protes sama sekali.
Di salah satu mobil yang baru datang, dua pasang mata melihat ke arah keduanya.
" Kamu cari tahu hubungan Haikal dan wanita itu," titah sang bos pada asistennya.
" Baik,"
" Kalau sampai dia menyakiti Azrina, aku akan. Membuat perhitungan." Geramnya.
Ia tak terima, sebelumnya ia dikalahkan oleh Haidar yang lebih dulu mempersunting Azrina. Sekarang, malah oleh saudara kembarnya.
Azrina, lihatlah apa yang dilakukan suamimu! Dia tidak pantas untukmu. Hanya aku yang pantas. Batinnya.
Tatapan mata tajamnya terus mengawasi mobil Haikal yang melaju ke luar gerbang.
Kalau benar, Haikal membuat wanita yang ia cintai tersakiti, ia akan merebut Azrina sekalipun harus berbuat curang.
" Ayo kita ke atas," ajaknya langsung menaiki lift yang di khususkan untuknya.
Dengan patuh, sang asisten pun mengikuti langkah bosnya.
Kini, ia sedikit paham kenapa sang bos mendadak ingin melakukan sidak ke sini. Pasti ada hubungannya dengan laki-laki tadi.
Semoga saja, bos bisa bersikap profesional. Tidak mencampurkan masalah pekerjaan dan pribadi. Batin sang asisten.
Bukan tanpa alasan sang asisten memiliki pemikiran seperti itu. Hal itu tentu saja karena ia menemani bosnya itu bukan setahun dua tahun. Tapi, sudah hampir lima tahun. Hingga ia tahu watak dari atasannya itu.
" Aku tunggu informasinya paling telat 1X 24 jam dari sekarang,"
" Baik, Bos,"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Neulis Saja
siapa lagi yg mencintai azrina ?
2024-04-22
1
YuWie
nhapain sih pake nunggu hasil Dna segala..bukti lain sudaj jelas lho..nambah masalah aja
2024-02-21
0
Aisyah farhana
siapa bos Haikal yahh yg suka sama Azrina kak wahhhh seruuuu nihhhh
2024-02-12
2