Istri Sah Tapi Yang Kedua (18)
Menjelang waktu pulang kantor, Haikal mendatangi kembali ruangan Rian. Walaupun tak ada satu bukti pun yang bisa ia bawa, ia tak masalah.
Karena ia yakin seyakin-yakinnya, laporan yang ditunjukkan padanya bukanlah laporan yang ia serahkan.
Seseorang pasti sedang menjebaknya. Namun, siapa? Apa motifnya?. Haikal tak tahu karena ia tidak pernah merasa memiliki musuh.
" Bagaimana? Apa sudah menemukan laporan yang kamu bilang buatanmu itu?,"
Nada suara atasannya itu terkesan mengejek. Seolah tahu bahwa usaha Haikal tak membuahkan hasil.
" Sudah aku katakan. Ini laporan darimu,"
" Tapi, saya yakin. Bukan itu laporan dari saya. Laporan saya sudah sesuai dengan yang ada sebenarnya. Sementara di laporan itu semuanya di up. Tidak sesuai baik harga maupun jumlah,"
" Lalu, bagaimana bisa saya percaya kalau kamu sendiri tidak punya bukti fisiknya,"
Haikal bungkam. Ia sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti ini.
Rian hanya tersenyum sinis. " Kamu sendiri tidak bisa membuktikannya bukan? Karena semua data sudah sesuai dengan apa yang ada di laporan ini?,'
Haikal mengerutkan keningnya. Ia belum menjelaskan apa-apa tentang data yang ada di komputernya maupun yang lainnya.
" Mengingat kinerja kamu yang bagus sejak kamu bergabung, saya tidak akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Atas dugaan korupsi."
Haikal masih diam mendengarkan.
" Saya memberikan kamu waktu untuk membuktikan jika memang kamu benar. Satu Minggu. Saya memberikan waktu satu Minggu. Jika kamu tidak mendapatkan bukti bahwa kamu benar, kamu saya anggap mengundurkan diri.
Bukankah lebih baik mengundurkan diri daripada di pecat?,"
Haikal akhirnya hanya mengangguk. Ia tak punya pilihan.
Bukan masalah di pecat atau mengundurkan diri. Yang jadi masalah adalah ia memang tidak melakukan apa yang dituduhkan. Ia yakin di fitnah seseorang tapi belum bisa menemukan benang merah siapa pelakunya.
...******...
Sepanjang perjalanan, pikiran Haikal tampak melanglang buana. Ia bahkan tidak terlalu fokus saat menyetir.
Bersyukur ia masih sampai dalam keadaan selamat.
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam,"
Azrina langsung mendatangi suaminya dan mencium tangannya.
" Yayah. Yayah "Zea mengangkat kedua tangannya ingin di gendong.
Ia bahkan mencoba berdiri dan berpegangan pada sofa untuk bisa mendekati sang ayah.
Balita mungil itu memang sedang berjalan berjalan.
Azrina yang melihat itu langsung mengangkat tubuh mungil Zea dan membawanya mendekati Haikal
Cup
"Sebentar ya, ayah ganti baju dulu," Haikal menciumi perut sang putri hingga Zea tertawa renyah.
Haikal tidak pernah berani langsung berinteraksi dengan sang putri jika ia baru pulang. Ia akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum bermain bersama putri sambungnya itu.
Azrina menatap punggung suaminya. Ada yang berbeda.
Tidak lama kemudian, Haikal ikut bermain bersama. Duduk di atas karpet tebal dengan mainan Zea yang berserakan.
Azrina sendiri menyiapkan makan malam di dapur.
Sesekali ia melihat ke arah suami dan anaknya. Ia bisa melihat jika Haikal tidak secerah biasanya.
Apa ada masalah di kantor? Tidak biasanya mas Haikal seperti itu?. Batin Azrina.
Baru pertama kalinya ia melihat sikap aneh Haikal. Suaminya itu tak pernah menunjukkan jika ia sedang ada masalah di kantor. Biasanya ia akan bersikap biasa saja.
Namun, kini lihatnya. Wajahnya begitu kentara menunjukkan banyak hal ia pikirkan.
Azrina jadi bingung sendiri. Padahal ia berencana menceritakan kedatangan Rian tadi siang.
...******...
Menjelang tidur, Haikal dan Azrina duduk bersisian di atas ranjang. Seperti biasa mengobrol sejenak sebelum tidur. Setelah memastikan Zea tidur nyenyak.
Kebiasaan yang selalu mereka lakukan. Bercerita walaupun hanya sebentar. Tentang apa saja yang mereka lalui satu hari ini.
Tentang apa yang Zea lakukan. Setidaknya mereka senantiasa membangun komunikasi di tengah kesibukan masing-masing.
" Mas ada masalah?,"
Haikal tidak menjawab. Ia merengkuh tubuh Istrinya dan menghirup aroma yang selalu menenangkan.
Azrina menepuk punggung sang suami. Ia tahu suaminya sedang butuh ketenangan. Entah dari apa.
Setelah puas memeluk sang istri, Haikal langsung meletakkan kepalanya di atas pangkuan Azrina.
" Hanya masalah kantor," ucapnya sambil menggenggam tangan Azrina.
" Mau cerita?,"
" Laporan yang ada di atasanku bukan laporan yang aku buat. Masalahnya, di laporan ini aku seolah-olah melakukan kecurangan.
Anehnya, semua data di komputer ku dan bawahan ku datanya malah sama dengan laporan yang ada di atasanku. Ini aneh,"
Azrina diam mendengarkan. Ia percaya pada suaminya.
" Lalu apa keputusan atasan mas?,"
" Dia memintaku membuktikan aku tidak bersalah. Jika dalam waktu satu Minggu aku tidak bisa menunjukkan buktinya. Aku diminta untuk mengundurkan diri,"
" Apa ada hal lain yang akan di lakukan pihak kantor?,"
" Tidak. Katanya karena selama ini kinerjaku bagus, mereka tidak akan melaporkan ini ke pihak yang berwajib."
Azrina mengangguk.
" Tapi, kalaupun mereka tetap melaporkan, mas yakin tidak bersalah,"
Hening. Sesaat keduanya terdiam.
Namun, dalam keterdiamannya itu, Haikal menatap wajah istrinya.
" Ada yang ingin kamu ceritakan?,"
Azrina menundukkan kepalanya. Mata mereka saling beradu
" Jangan menyembunyikan apapun. Masalah kantor jangan membuatmu berpikir ulang untuk bercerita,"
Haikal paham Azrina tipikal orang yang tidak ingin menambah beban.
Azrina menghela nafas. Ia memang tak pandai berbohong.
" Tadi, ada yang datang ke rumah," jawab Azrina akhirnya.
" Laki-laki yang pernah melamarku namun di tolak Abi karena aku sudah menerima lamaran Bang Haidar,"
Haikal mengerutkan keningnya. Ia belum pernah mendengar tentang ini.
" Siapa?,"
" Namanya, Kak Rian. Senoirku saat di kampus,"
" Namanya sama dengan atasanku," gumam Haikal.
"Apa mas?,"
" Ah, tidak. Namanya sama dengan atasanku. Tapi,rasanya nama itu kan pasaran," kekeh Haikal.
Azrina menggelengkan kepalanya. Suasana hati suaminya sedikit berubah. Tidak setegang tadi.
" Lanjutkan ceritanya,"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
bibi
lanjjutt
2024-05-04
1
Neulis Saja
kamu Haikal jgn langsung tdk percaya coba bercerita lagi siapa tahu ada kesinambungan dan akhirnya menemukan kesimpulan dari masalah yg sedang dihadapi. and i'm sure you are an honest person
2024-04-22
0
YuWie
ayo komunikasi yg baik dan terbuka agar tak timbul kesalah pahaman.
2024-02-21
0