Bab 9 Lima Bersaudara

Hutan yang lebat dan menyeramkan kini bersih tanpa kehidupan, terlihat seorang anak kecil berjalan melewati tanah yang gersang tanpa pepohonan atau hewan sama sekali.

"Menurut peta yang aku pelajari ini, bukankah arahnya ke utara untuk menuju kota? Semoga saja benar," Luo Chen berkata sambil melanjutkan langkahnya menyusuri tanah lapang.

Meski sudah beberapa jam berlalu, semangatnya tak surut. Untuk memulai perjalanan barunya, ia sangat yakin bahwa pelatihan dari kakek Wu sudah cukup untuk melindungi dirinya.

Matahari sudah berada di tengah, menunjukkan waktu di siang hari. Panas yang semakin menyengat membuat Luo Chen seolah akan menyerah, namun mulai terlihat sebuah jalan terbuka yang tertutup pepohonan.

"Akhirnya ketemu! Semoga tanduk ini bisa aku jual nanti," teriak Luo Chen sambil berlari menuju jalanan terbuka di hutan.

"Heii bocah, berhenti di situ!" sebuah teriakan terdengar saat Luo Chen baru memasuki jalanan di hutan.

"Siapa di sana?" ujar Luo Chen, seraya mencabut pedang dari selongsongnya. Terlihat sebuah pedang dengan warna hitam kebiruan, memberikan tekanan pada area sekitar lima meter.

"Pedang milikmu bagus juga. Beri pada paman, maka akan aku antar kamu ke orang tuamu," terlihat lima orang keluar dari dalam hutan, sambil memperlihatkan kapak dan golok yang bersimbah darah.

"Jika aku tidak mau?" tanya Luo Chen, tanpa merasa takut sedikit pun meski melihat senjata yang berlumuran darah.

"Jangan memaksa kami melakukan kekerasan, bocah. Cepat berikan!" perintah seorang yang terlihat lebih tua dari yang lain.

"Ambil jika kalian mampu," tantang Luo Chen, sambil menghunuskan pedangnya dan bersiap melakukan sebuah teknik.

"Kalian berempat, cepat lumpuhkan anak itu, dan ambil semua benda berharga miliknya!" bentak si pemimpin, terprovokasi oleh omongan Luo Chen.

Terlihat empat orang dengan senjata yang berbeda mengelilingi Luo Chen, sambil tersenyum seolah menemukan mainan baru. Salah satu dari mereka masih menawar.

"Nak, lebih baik berikan saja pada kami. Kami tidak akan melukai dirimu," ucap salah satu dari mereka yang terlihat lebih muda dari yang lain.

"Maaf, paman, aku tidak bisa memberikannya. Jika kalian ingin, silakan ambil sendiri," balas Luo Chen dengan senyuman ramah.

"Banyak omong kalian berdua," sebuah tebasan dari orang yang membawa golok datang dari samping Luo Chen. Namun, Luo Chen menghindar sambil membalas serangan ke arah tangan yang memegang golok.

"Kretak!" suara renyah terdengar saat Luo Chen membalas dengan menendang lengan si pembawa golok.

"Ahggg, tanganku!" Si pembawa golok terbaring, terus berbolak-balik karena rasa sakit yang ia terima.

"Maaf, itu salah paman sendiri karena tidak berhati-hati," ujar Luo Chen seraya berdiri tegak kembali dengan pedang di tangan kanan.

"Bajingan, iki duduk, bocah cilik, cah wi monster!" teriak si pemimpin, melihat tendangan luar nalar Luo Chen.

"Tunggu! Apa yang dia ucapkan itu?" gumam Luo Chen mendengar perkataan si pemimpin.

"Pateni ae monster iki!" bentak si pemimpin sambil mengeluarkan kapak dari punggungnya.

Pertarungan satu lawan empat tak terhindarkan, di mana Luo Chen lebih banyak menghindar dengan sesekali menyerang. Meski terlihat terpojok, tidak terlihat sedikit pun Luo Chen terkena serangan.

Namun, berbeda dengan keempat lawannya; mereka mengalami banyak goresan di tubuh. Stamina mereka juga terus berkurang setelah bertarung beberapa puluh menit dengan Luo Chen.

"Matane, musuh awak dewe iki bocah? Opo wong tuo seng dadi bocah? Gak mungkin siluman?" ujar salah satu dari mereka yang membawa golok ganda.

"Astagfirullahal'azim, aku juga tidak mengerti. Sepertinya kita salah langkah," sahut si paman yang paling muda.

Mereka semua diam sesaat, Luo Chen sendiri bingung dengan obrolan yang mereka lakukan. Ia merasa seperti orang tuli di hadapan mereka.

"Woyyy, apa yang kalian bicarakan sihhh!" bentak Luo Chen merasa kesal saat mereka ngobrol dengan lancar.

"Ben aku seng ngomong karo wong iki, ben awak dewe diampuni," ucap si paman paling muda sambil berjalan menuju depan Luo Chen tanpa ragu.

"Maafkan kami, pendekar. Kami tidak bermaksud untuk menyerang Anda, hanya saja kami waspada dengan kawasan ini."

"Kenapa kalian waspada? Lalu kenapa kalian ingin merampok diriku?" tanya Luo Chen seraya memandang dengan sorot mata tajam.

"Sebenarnya, kami waspada terhadap siluman yang kabur dari kawasan hutan terlarang, di mana tempat itu sudah rata dengan tanah. Kami merampok Anda untuk mencukupi kebutuhan keluarga kami."

"Mohon maafkan kelakuan kami ini, pendekar muda. Jika nyawaku bisa menyelamatkan keempat keluargaku, silakan ambil saja," tutup penjelasan si paman paling muda.

"Woyyy, apa maksudmu ngomong gitu? Aku seng salah ndek kene, kudune aku seng dihukum!" teriak seorang paman yang paling tua.

Luo Chen berpikir tentang omongan kakek Wu, "Benar kata kakek, setiap kejahatan pasti memiliki alasan sendiri. Mungkin aku harus memaafkan mereka kali ini." Sambil mengangkat pedang miliknya, Luo Chen hendak menebas pundak paman paling muda.

Terlihat paman paling muda sudah menutup mata, sambil tersenyum melihat kejujuran di mata Luo Chen. Dia merasa pilihannya sudah sangat benar.

"Wushhhh!" Tebasan kuat terasa begitu cepat, namun terhenti tepat lima senti sebelum mengenai pundak paman paling muda.

Sebuah tangan menahan pedang tersebut. Darah yang menetes membuat Luo Chen tersenyum. Suara terdengar dari si penahan pedang, "Sialan! Kamu jangan gegabah, aku yang paling tua, hargai aku sebagai mas tirimu, anjing."

Paman paling muda kaget mendengar suara kakak tertuanya dan darah yang menetes. Sambil membuka mata, ia berucap, "Mas? Nyampo mbok ndekno? Iki demi awak dewe kabeh."

Luo Chen kagum akan keberanian mereka saat di hadapan musuh sekalipun. Meski kematian terlihat, demi keluarganya mereka berani melakukan apapun.

"Jarannn! Kamu punya keluarga, aku ini bujangan. Mati ya tidak masalah! Apa kamu tidak memikirkan anak dan istrimu, cok!" bentak si paman paling tua.

"Aku mikir, tapi aku percayakan pada kamu, Mas," ujar paman paling muda.

"Sudahhh, hentikan debat kalian. Aku ampuni kalian kali ini, tapi dengan syarat," sahut Luo Chen, karena tidak betah akan obrolan yang ia sendiri tak mengerti.

"Alhamdulillah! Apa saja syarat itu, tuan muda?" ucap paman paling muda sambil tersenyum lega.

"Syarat pertama, kalian antar aku ke rumah kalian. Syarat kedua, beri tahu aku bahasa apa yang kalian gunakan. Syarat ketiga, antar aku ke kota jika aku ingin," tutup penjelasan Luo Chen.

"Baik, tuan muda! Kami bersedia!" teriak mereka berempat sambil menundukkan kepala.

"Baiklah, bawa salah satu dari kalian itu pulang sekarang, dan antar aku ke rumah kalian juga," perintah Luo Chen seraya tersenyum ramah.

"Biar aku yang bawa adik ini. Cepat kalian antar tuan muda ke rumah!" perintah paman paling tua sambil menggendong salah satu dari mereka yang pingsan.

"Silakan ikuti saya, tuan muda," ujar paman si paling muda, sambil berjalan duluan untuk memberi tahu jalan yang harus dilalui.

Terpopuler

Comments

swek lord

swek lord

bagi orang lain mungkin ini cerita bagus,,bagi saya sampai BAB 9 kurang menarik ,,Sorry thorr

2024-11-14

2

Deni Siska

Deni Siska

Koq jd aneh ceritanya...dr cerita tiongkok campur pula bhs inggris sma jawa 👋🏻👋🏻👋🏻

2024-11-03

2

spooky836

spooky836

cina dtng ke jawa atau jawa pergi cina. otak kosong patut xde lanjut njvel sampah

2024-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan
2 Bab 2 Hewan Iblis
3 Bab 3 Elements Dan Awal Pelatihan
4 Bab 4 Pelajaran Masa Lalu
5 Bab 5 Fenomena Tidak Terduga
6 Bab 6 Kontes Memancing
7 Bab 7 Pertarungan Sengit
8 Bab 8 Melangkah Maju
9 Bab 9 Lima Bersaudara
10 Bab 10 Bakat Memasak
11 Bab 11 Menuju Kota
12 Bab 12 Keluarga Tambahan
13 Bab 13 Perkenalan
14 Bab 14 Persetujuan Pelelangan
15 Bab 15 Sedikit Ancaman
16 Bab 16 Bantuan Tidak Terduga
17 Bab 17 Kehangatan
18 Bab 18 Waktu Minim
19 Bab 19 Malam Tenang
20 Bab 20 Tiga Kendali
21 Bab 21 Kehangatan Keluarga
22 Bab 22 Langkah Awal
23 Bab 23 Memilih Kitab
24 Bab 24 Scorpius
25 Bab 25 Kepergian
26 Bab 26 Awal Pertarungan
27 Bab 27 Kekuatan
28 Bab 28 Air Terjun
29 Bab 29 Pertarungan Sengit
30 Bab 30 Puncak Pertarungan
31 Bab 31 Kedamaian
32 Bab 32 Harta Tak Terduga
33 Bab 33 Ruangan Rahasia
34 Bab 34 Lorong Gelap
35 Bab 35 Pemilik Harta
36 Bab 36 Tekanan
37 Bab 37 Pencerahan
38 Bab 38 Tempat Misterius
39 Bab 39 Harta Terakhir
40 Bab 40 Dua Lawan Satu
41 Bab 41 Sekte Elang Langit
42 Bab 42 Villa
43 Bab 43 Kehangatan
44 Bab 44 Obrolan Ringan
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Topeng
47 Bab 47 VVIP
48 Bab 48 Pembukaan Lelang dan Pil Qi Pemula
49 Bab 49 Piala Jiwa Sejati
50 Bab 50 Persaingan dan Barang Terakhir
51 Bab 51 Ancaman
52 Bab 52 Ritual
53 Bab 53 Transaksi
54 Bab 54 Benua Tengah
55 Bab 55 Penginapan Kyabakura
56 Bab 56 Wanita Misterius
57 Bab 57 Pendamping Hidup
58 Bab 58 Perjalanan Romantis
59 Bab 59 Tepi Danau
60 Bab 60 Percakapan Yang Mengubah Segalanya
61 Bab 61 Kebebasan
62 Bab 62 Perjalanan Baru
63 Bab 63 Dratiger
64 Bab 64 Perjalanan Laut
65 Bab 65 Lomba Hewan Kontrak
66 Bab 66 Lautan Luas
67 Bab 67 Sea Serpent
68 Bab 68 Dewa Scorpius
69 Bab 69 Awal Perjalanan Baru
70 Bab 70 Mencari Petunjuk
71 Bab 71 Amarah
72 Bab 72 Akses Teleportasi
73 Bab 73 Perjalanan Berliku
74 Bab 74 Pertarungan Awal Sekte Taring Naga
75 Bab 75 Pertarungan Mengerikan Dalam Markas Sekte
76 Bab 76 Serangan Mei Xue yang Menggegerkan Sekte
77 Bab 77 Pertarungan dengan Para Petinggi Sekte
78 Bab 78 Misi Berbahaya
79 Bab 79 Melawan Ice Snake
80 Bab 80 Misi Tuntas
81 Bab 81 Perjalanan Menuju Gunung Eldoria
82 Bab 82 Menuju Kaki Gunung
83 Bab 83 Pertemuan dengan Monster Dragaraj
84 Bab 84 Pertarungan di Puncak Eldoria
85 Bab 85 Pertemuan dengan Nagasatu
86 Bab 86 Akhir Pertarungan
87 Bab 87 Penemuan Altar Misterius
88 Bab 88 Portal Menuju Alam Abadi
89 Menemukan Tujuan Baru
90 Menyusun Dasar Sekte
91 Mengundang Para Ahli
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan
2
Bab 2 Hewan Iblis
3
Bab 3 Elements Dan Awal Pelatihan
4
Bab 4 Pelajaran Masa Lalu
5
Bab 5 Fenomena Tidak Terduga
6
Bab 6 Kontes Memancing
7
Bab 7 Pertarungan Sengit
8
Bab 8 Melangkah Maju
9
Bab 9 Lima Bersaudara
10
Bab 10 Bakat Memasak
11
Bab 11 Menuju Kota
12
Bab 12 Keluarga Tambahan
13
Bab 13 Perkenalan
14
Bab 14 Persetujuan Pelelangan
15
Bab 15 Sedikit Ancaman
16
Bab 16 Bantuan Tidak Terduga
17
Bab 17 Kehangatan
18
Bab 18 Waktu Minim
19
Bab 19 Malam Tenang
20
Bab 20 Tiga Kendali
21
Bab 21 Kehangatan Keluarga
22
Bab 22 Langkah Awal
23
Bab 23 Memilih Kitab
24
Bab 24 Scorpius
25
Bab 25 Kepergian
26
Bab 26 Awal Pertarungan
27
Bab 27 Kekuatan
28
Bab 28 Air Terjun
29
Bab 29 Pertarungan Sengit
30
Bab 30 Puncak Pertarungan
31
Bab 31 Kedamaian
32
Bab 32 Harta Tak Terduga
33
Bab 33 Ruangan Rahasia
34
Bab 34 Lorong Gelap
35
Bab 35 Pemilik Harta
36
Bab 36 Tekanan
37
Bab 37 Pencerahan
38
Bab 38 Tempat Misterius
39
Bab 39 Harta Terakhir
40
Bab 40 Dua Lawan Satu
41
Bab 41 Sekte Elang Langit
42
Bab 42 Villa
43
Bab 43 Kehangatan
44
Bab 44 Obrolan Ringan
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Topeng
47
Bab 47 VVIP
48
Bab 48 Pembukaan Lelang dan Pil Qi Pemula
49
Bab 49 Piala Jiwa Sejati
50
Bab 50 Persaingan dan Barang Terakhir
51
Bab 51 Ancaman
52
Bab 52 Ritual
53
Bab 53 Transaksi
54
Bab 54 Benua Tengah
55
Bab 55 Penginapan Kyabakura
56
Bab 56 Wanita Misterius
57
Bab 57 Pendamping Hidup
58
Bab 58 Perjalanan Romantis
59
Bab 59 Tepi Danau
60
Bab 60 Percakapan Yang Mengubah Segalanya
61
Bab 61 Kebebasan
62
Bab 62 Perjalanan Baru
63
Bab 63 Dratiger
64
Bab 64 Perjalanan Laut
65
Bab 65 Lomba Hewan Kontrak
66
Bab 66 Lautan Luas
67
Bab 67 Sea Serpent
68
Bab 68 Dewa Scorpius
69
Bab 69 Awal Perjalanan Baru
70
Bab 70 Mencari Petunjuk
71
Bab 71 Amarah
72
Bab 72 Akses Teleportasi
73
Bab 73 Perjalanan Berliku
74
Bab 74 Pertarungan Awal Sekte Taring Naga
75
Bab 75 Pertarungan Mengerikan Dalam Markas Sekte
76
Bab 76 Serangan Mei Xue yang Menggegerkan Sekte
77
Bab 77 Pertarungan dengan Para Petinggi Sekte
78
Bab 78 Misi Berbahaya
79
Bab 79 Melawan Ice Snake
80
Bab 80 Misi Tuntas
81
Bab 81 Perjalanan Menuju Gunung Eldoria
82
Bab 82 Menuju Kaki Gunung
83
Bab 83 Pertemuan dengan Monster Dragaraj
84
Bab 84 Pertarungan di Puncak Eldoria
85
Bab 85 Pertemuan dengan Nagasatu
86
Bab 86 Akhir Pertarungan
87
Bab 87 Penemuan Altar Misterius
88
Bab 88 Portal Menuju Alam Abadi
89
Menemukan Tujuan Baru
90
Menyusun Dasar Sekte
91
Mengundang Para Ahli

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!