"Pernah tidak kamu mendengarkan pria di hadapan kamu ini. Kamu pernah sadar jika apa yang dikatakan orang tua kamu hanya untuk demi kebaikan kamu. Kami sebagai orang tua yang selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Mulut pria di hadapan ini sudah berbusa untuk melarangmu berhubungan dengan dia sampai aku mengambil tindakan untuk menikahkanmu. Tapi kau tetap memilihnya. Kau mempermalukan keluargamu dengan tindakan mu bersama Pria itu," teriak Alvian.
"Aretha salah pah. Aretha menyesal melakukannya. Aretha minta ampun pada papa. Aretha khilaf melakukan semuanya," ucap Aretha dengan terasa sesak yang memohon ampun kepada Alvian. Dia hanya bisa meminta ampun dan tidak bisa membela dirinya.
"Tidak ada ampunan untuk wanita seperti mu!" tegas Alvian yang merendahkan suaranya.
Dan mendorong kasar Aretha sehingga Aretha jatuh kelantai.
"Aretha!" sahut Alea yang ingin menghampiri Aretha. Namun tangannya di tahan Alvian.
"Sejak saat itu. Putriku sudah mati dan mungkin aku akan memaafkanmu. Jika kau menjadi mayat," sahut Alvian yang membuat semua orang terkejut dengan sumpah serapah dari seorang ayah yang mengutuk anaknya.
"Apa yang kamu bicarakan," sahut Alea dengan sentakan.
"Kamu bisa membelanya dan tinggal bersamanya. Tapi tidak denganku," sahut Alvian yang langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Alea benar-benar kembali dalam posisi yang sulit. Dia harus memilih putrinya apa suaminya. Alea memejamkan matanya yang ternyata usahanya malam ini sia-sia. Alvian tidak dapat memaafkannya.
"Lia kamu bawa Aretha pulang!" titah Alea.
"Baik Bu," sahut Lia yang langsung menghampiri Aretha dan langsung membantu Aretha untuk berdiri.
"Ayo Aretha kita pulang!" ajak Lia. Aretha melihat ke arah keluarga Arryan sejak tadi menyaksikan keributan itu.
Aretha juga melihat ke arah Arryan. Dari tatapan mata Arryan juga terlihat ada kekecewaan kepada wanita yang di jodohkan kepadanya.
*********
Keluarga Arryan kembali kerumah setelah selesai dari kediaman Alvian.
"Huhhhh benar-benar drama dan pertunjukan yang sangat menarik. Tidak disangka putrinya yang tidak tahu malu itu kembali dan mengemis permohonan maaf," sahut Wulan yang langsung julid yang duduk di sofa.
"Kamu ini ya Wulan ada aja yang harus kamu kembali ceritakan," tegur Mira.
"Modal cantik doang tapi nggak punya hati. Jadi dia itu lari di hari pernikahannya karena ada laki-laki lain. Astaga dasar yang wanita sekarang emang pada bodoh-bodoh dan pada buta dengan cinta. Jangan-jangan dia lari dengan pria lain karena dihamili kali," lanjut Wulan yang tidak ada henti-hentinya bicara sembarangan.
"Wulan mulut kamu ya terlalu sembarangan," tegur Matteo yang lama-lama juga kesal dengan mulut adiknya yang sejak tadi mengoceh terus.
"Mas juga ikut-ikutan lagi. Aku mengatakan apa yang sebenarnya aku katakan. Masa Iya dia lebih memilih pria lain dibandingkan orang tuanya sendiri. Itu memang perempuannya nggak bener dan untung aja tidak jadi istri Arryan," lanjut Wulan.
"Wulan, Aretha itu anak yang baik dan semua manusia itu mempunyai kesalahan. Dengan dia memberanikan diri hadir dan meminta maaf kepada orang tuanya itu sudah menunjukkan bahwa dia anak yang baik. Kamu bukannya terus mengoceh dan malah menjelek-jelekkan orang lain," tegas Mira yang membela Aretha.
"Isss mbak kenapa si mbak membela wanita itu. Mbak lupa dengan apa yang sudah dilakukannya kepada keluarga kita. Dia itu sudah mempermalukan keluarga kita dan sampai sekarang kita tidak mungkin lupa dengan apa yang udah dilakukannya," tegas Wulan.
"Benar mama kenapa masih aja membelanya," sahut Shela yang juga setuju dengan Wulan.
"Atau jangan-jangan Mbak masih punya harapan ya untuk menjadikan putrinya sebagai menantu. Mbak masih banyak wanita di dunia ini jangan ngadi-ngadi. Lihat apanya yang mengakuinya sebagai anak," sahut Wulan yang menduga-duga.
Arryan yang ada di sana langsung pergi meninggalkan tempat itu yang tidak ingin mendengarkan julitan dari Wulan dan pasti ujung-ujungnya akan ada keributan.
Kepergian Arryan dilihat oleh Mira.
"Aku tadi melihat tatapan Arryan pada Aretha sangat berbeda," batin Mira yang tiba-tiba kepikiran sesuatu.
"Sudah-sudah. Kita jangan membahas keluarga orang lain sebaiknya kita semua istirahat sekarang juga dan kamu juga pulang jika mau istirahat maka istirahat dan Jangan bikin ribut di rumah ini," tegas Mateo.
"Iya," sahut Wulan dengan terpaksa. Sejak tadi dia yang paling heboh.
**********
Arryan memasuki kamar dan duduk di pinggir ranjang dengan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya yang terlihat frustasi.
Hhhhhh.
Beberapa kali Arryan menghela kasar nafasnya. Mata Arryan tertuju pada atas nakas dan melihat kartu ucapan yang pernah diberikan Aretha kepadanya atas ucapan terima kasih.
Arryan tiba-tiba terbayang pertama kali dia bertemu dengan Aretha. Pertemuan di Bandara. Bukan karena Aretha yang menabrak Loli. Tetapi 2 tahun lalu. Saat dia melihat Aretha menangis yang duduk di kursi tunggu di Bandara.
Aretha yang saat itu masih memakai baju pengantin. Arryan juga mengingat Aretha yang membeli kopi dan tidak mempunyai uang untuk membayarnya.
"Jadi waktu itu dia lari dan ternyata dia adalah wanita yang akan di nikahkan denganku," ucap Arryan dengan suara seraknya yang mengingat semuanya.
"Pantas aku merasa tidak asing kepadanya. Dia lari di hari pernikahan itu untuk hidup bersama laki-laki di cintainya. Ternyata mama menjodohkan ku dengan seorang wanita yang sudah memiliki hubungan spesial dengan orang lain dan mereka tidak di restui," ucap Arryan yang memejamkan matanya dengan beberapa kali kembali membuang nafasnya perlahan ke depan.
"Dunia begitu sempit dan kenapa harus dia yang menjadi wanita itu. Kenapa harus ada pertemuan ini," gumam Arryan.
*********
Aretha berada di dalam kamar di Apartemennya yang sekarang berada di atas tempat tidur yang berbaring miring dengan Aretha yang masih menangis dan masih menggunakan pakaian nya saat dia datang ke acara Anniversary orang tuanya.
"Aretha sudahlah kamu jangan menangis lagi," ucap Lia yang sejak tadi menemaninya dan memang Alea menyuruhnya untuk menemani Aretha.
"Aku sudah membuat kekacauan di hari ulang tahun papa. Aku membuat Papa dan Mama malu untuk kedua kalinya di acara besar mereka," ucap Aretha merasa bersalah.
"Itu salahku. Aku sudah memberi saran kepadamu. Maafkan aku. Aku pikir hati pak Alvian akan luluh. Tapi ternyata tidak, bapak tidak luluh," sahut Lia merasa bersalah.
"Itu bukan kesalahan kamu dan justru kamu memberiku kesempatan untuk mendengarkan semua amarah papa kepadaku," sahut Aretha.
"Aretha kamu harus lebih bersabar lagi. Percayalah hati pak Alvian akan luluh kembali," Lia tidak pernah berhenti untuk memberinya semangat.
"Apa aku harus benar-benar mati dulu baru Papa memaafkanku," sahut Aretha yang mengingat perkataan Alvian sebelumnya.
"Aretha apa yang kamu bicarakan. Kamu jangan membicarakan hal yang aneh-aneh. Pak Alvian itu sedang dipenuhi dengan emosi. Jadi sangat wajar kata-kata itu keluar dari mulutnya dan itu pasti bukan sungguhan," Lia mencoba untuk menenangkan Aretha.
"Tapi aku bisa melihat jika Papa memang menginginkan aku untuk mati," sahut Aretha.
"Tidak Aretha kedua orang tua kamu sangat menyayangi kamu," sahut Lia meyakinkan.
Aretha terdiam dan dia mengingat Arryan.
"Jadi Arryan adalah pria yang seharusnya menjadi suamiku dan aku meninggalkannya waktu itu," batin Aretha yang mengingat Arryan. Aretha memejamkan matanya yang juga merasa bersalah kepada keluarga Arryan dan juga Arryan sendiri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments