"Ada lagi yang bisa di bantu Nona?" tanya Suster tersebut.
"Tidur ada Suster. Terima kasih Suster," ucap Aretha tersenyum dan langsung meninggalkan resepsionis tersebut. Namun saat membalikkan tubuhnya Aretha langsung bertabrakan dengan seseorang laki-laki.
"Sorry!" ucap Pria itu yang langsung meminta maaf.
"Tidak apa-apa, saya juga yang...." sahut Alea kaget saat mengangkat kepalanya dan melihat Pria yang berdiri di hadapannya.
"Bagas!" jantung Aretha berdebar dengan kencang saat pria itu adalah Bagas masa lalunya.
"Aretha!" sahut Bagas yang juga sangat kaget melihat Aretha.
Aretha yang begitu terkejut melihat Bagas sampai tubuhnya bergetar yang membuatnya tidak bisa mengatakan apa-apa dan langsung pergi dari hadapan Bagas.
"Aretha tunggu!" panggil Bagas yang langsung mengejar Aretha dan akhirnya berhasil menarik tangan Aretha dan hal itu tidak jauh dari Arryan yang baru memasuki lobby rumah sakit dan berbicara dengan salah seorang Suster.
"Lepaskan!" Aretha langsung menjatuhkan kasar tangan Bagas yang memegang lengannya.
"Aretha aku tidak percaya jika kita akan bertemu di sini. Aretha aku....."
"Cukup!" bentak Aretha dengan mengangkat tangan yang tidak ingin mendengarkan apa-apa dari Bagas.
"Aretha ada apa?" tanya Bagas.
"Kau masih berani bicara kepadaku setelah kau mengkhianati," ucap Aretha dengan menunjuk Bagas dengan jari telunjuknya yang benar-benar penuh kemarahan pada Bagas.
"Apa maksud mu Aretha?" tanya Bagas yang seperti tidak punya dosa yang masih bertanya kepada.
"Jangan berpura-pura bodoh dan Kau pikir aku ini orang bodoh. Kau pikir aku tidak tahu dengan apa yang kau lakukan selama ini. Kau bisa-bisanya menghiyanati ku dengan menjalin hubungan dengan wanita lain di belakangku. Di saat aku menunggumu di Bandara. Di mana aku lari dari pernikahanku dan menentang papa, meninggalkan keluargaku dan semua itu hanya karena dirimu dan di saat itu kau asyik bersama wanita lain di kamar Hotel," ucap Aretha yang terasa sesak jika mengingat kejadian 2 tahun lalu.
Akhirnya saat itu Aretha juga mengetahui keberadaan Bagas. Aretha tidak tahu mendapat informasi dari mana. Pada saat itu Aretha mengecek sendiri ke dalam Hotel dan melihat Bagas bersama wanita lain dan Bagas tidak mengetahui jika Aretha tahu hal itu dan kehancuran hati Artha berkeping-keping saat itu.
"Aku bisa jelaskan Aretha," Bagas mencoba untuk melakukan pembelaan.
"Aku tidak butuh penjelasan apa-apa lagi darimu. Semuanya sudah jelas. Jika kau sudah menghancurkan semua impianku dan juga sudah membuat hidupku melarat," tegas Aretha dengan penuh kebencian.
"Aretha aku tidak mencintainya dan hanya mencintaimu," tegas Bagas.
"Stop kau mengatakan cinta!" bentak Aretha.
Aretha memang tidak bisa mengendalikan dirinya dan begitu marah kepada Bagas bahkan Aretha tidak menyadari jika dia berada di tempat umum dan orang-orang yang lewat sempat melihat ke arahnya.
Arryan yang juga tidak jauh darinya tidak mungkin tidak mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Bagas dan juga Aretha.
"Aku sungguh jijik mendengar kata-katamu. Seharusnya aku mendengarkan apa kata Papa. Jika buah tidak akan jauh jatuh dari pohon. Kelakukan mu sama saja dengan orang tua mu. Orang tuamu yang sejak dulu selalu menyakiti orang tua ku dan kau tidak jauh beda dari mereka. Bahkan kau lebih buruk. Kau sama menjijikkannya seperti orang tuamu," tegas Aretha yang semakin tidak bisa mengendalikan dirinya dan mengeluarkan semua makian kepada Bagas.
"Kau itu sampah, kau bukan manusia," tegas Aretha.
"Cukup Aretha!" bentak Bagas.
"Apa hah! Kau ingin menyangkal bahwa dirimu yang seperti itu. Kau memang seperti itu," tegas Aretha.
"Kau...." Bagas yang dipenuhi emosi mengangkat tangan yang ingin menampar Aretha membuat Aretha memejamkan matanya.
Namun tamparan itu tidak sampai ke pipinya Karena tangannya di pegang seseorang yang membuat Aretha membuka matanya. Siapa lagi jika bukan Arryan.
"Lepas! Siapa kau!" Bagas dengan emosi melepaskan kasar tangannya dari cengkraman Arryan.
"Jangan kasar pada wanita dan ini ada di rumah sakit!" tegas Arryan dengan menatap serius pada Bagas.
Sementara Aretha hanya melihat dengan nafasnya yang naik turun.
"Itu bukan urusanmu. Aku punya urusan yang penting untuk wanita ini dan kau tidak perlu ikut campur," tegas Bagas.
"Urusan kita belum selesai. Ayo!" Bagas yang benar-benar tidak bisa menahan dirinya menarik tangan Aretha dan membawa Aretha pergi. Namun Aretha tidak mau.
"Lepaskan aku!" Aretha memberontak dan Arryan menghela nafasnya yang langsung mencegah perbuatan Bagas.
"Jangan memaksa wanita. Jika dia tidak mau. Maka jangan memaksanya," tegas Arryan yang memegang tangan Aretha yang masih di pegang Bagas.
"Pergi dari sini, atau harus satpam yang mengusirmu," ancam Arryan.
Brukk.
Tiba-tiba Bagas melayangkan pukulan ke pipi Arryan yang membuat Aretha benar-benar terkejut dengan apa yang di lakukan Bagas.
"Bagas kau!' pekik Aretha. Arryan yang tadi tidak siap dengan pukulan itu langsung jatuh ke lantai.
"Ini hanya pukulan biasa untuk orang yang ikut campur dengan masalahku dan kau Aretha, masalah kita belum selesai," tegas Bagas yang langsung meninggalkan tempat itu.
"Kau benar-benar gila," teriak Aretha yang tidak habis pikir dengan Bagas yang bisa-bisanya memukul sembarangan orang.
"Astaga!" Aretha yang cemas langsung berjongkok dengan melihat keadaan Arryan.
"Maafkan aku. Ini semua salahku," Aretha merasa bersalah dengan memegang pipi Arryan. Walau satu kali pukulan pipi Arryan cukup memerah.
"Aku tidak apa-apa," sahut Arryan yang merasa baik-baik saja. Arryan juga langsung berdiri yang hanya memegang pipinya saja sebentar.
"Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Aretha yang masih khawatir dengan pipi Arryan.
"Tidak apa-apa," jawab Aryan yang tetap merasa tidak apa-apa.
"Terima kasih sudah membantu ku tadi dan aku benar-benar minta maaf atas apa yang telah terjadi," ucap Aretha yang benar-benar merasa tidak enak.
"Tidak perlu berlebihan seperti itu. Lain kali harus menghindari orang seperti itu dan itu bisa bahaya," ucap Arryan yang memberi saran Aretha.
"Iya kamu benar," sahut Aretha.
"Baiklah, saya permisi!" ucap Arryan yang langsung pamit dari hadapan Aretha.
"Apa-apaan sih Bagas, dasar aneh. Bisa-bisanya dia memukul orang. Benar-benar gila," Aretha sangat tidak menduga dengan apa yang di lakukan Bagas.
"Orang lain harus menjadi korban. Karena perbuatannya. Astaga Bagas. Kau benar-benar sakit jiwa," Aretha menghela nafasnya sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
*********
Arryan memasuki salah satu ruangan san terlihat ada Robi yang menikmati kue yang baru saja di kirim kekasihnya.
"Lagi ulang tahun?" tanya Arryan yang duduk di sofa.
"Namanya juga punya pacar jadi sedikit ada keberhasilan pacar langsung mengirimkan sesuatu hal yang berkesan," jawab Robi dengan santai dan pasti ujung-ujungnya mengejek sepupunya yang sampai detik ini masih jomblo itu.
"Iya yang punya pacar," sahut Arryan hanya menghela nafas.
"Kau mau?" tanya Robi.
"Tidak selera. Makan saja. Lagi pula itu pemberian pacarmu. Nanti jika aku ikut memakannya aku bisa menjadi duri di antara hubungan kami berdua," jawab Arryan dengan selorohannya.
"Jawabanmu sangat tragis sekali," sahut Robi.
"Ada apa dengan pipimu?" tanya Robi.
"Tidak apa-apa. Biasalah hanya sakit sedikit," jawab Arryan.
"Seperti habis bertengkar saja. Tetapi sangat tidak mungkin sih. Jika Dokter Arryan akan bertengkar," sahut Robi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Yuli Ana
nanti pesen kue ultah nya loli ke areta
2024-02-06
0