Fern dan Estel secara mati-matian terus bertahan dari serangan Basilist, Fern membentuk dinding sementara Estel menyerang dari tempat berbeda, tidak seperti sebelumnya mereka sebaik mungkin menghindari serangan balasan lalu mengirim kembali apa yang bisa mereka lakukan.
Memang benar hal ini cukup efektif sebagai pengalihan sayangnya jelas bertahan dalam waktu lama merupakan masalah yang akan menimpa mereka cepat atau lambat.
Ketika mereka terduduk dengan nafas tersengal-sengal, di atas langit sosok pemuda telah berdiri dengan segala yang dia miliki, tentu tidak sulit untuk mengindentifikasi bahwa dia adalah Ardi yang telah membentuk pedang jauh lebih besar dari ukuran ular tersebut, bukan hal aneh jika seseorang memiliki kontrak roh mereka bisa memiliki kekuatan yang sama dan juga pemilik kontrak dari manusia bisa meminjam sedikit kekuatan roh yang dikontraknya.
Singkatnya apa yang dilakukan Ardi tidak jauh berbeda sedang melawan ular tersebut dengan jumlah tiga orang, untuk Estel sendiri membuat pedang sebesar itu jelas akan kesulitan, dari ketajaman serta kepadatannya bukan sesuatu yang mudah diciptakan.
Ardi berteriak selagi melepaskan seluruh kekuatan yang dimilikinya, dia tidak peduli dengan dirinya hanya berfokus bagaimana cara dia mengalahkan Basilist dengan satu kali serangan ini.
Seolah menerima tekad kuat yang dilontarkannya, pedang tersebut menukik dengan kecepatan tinggi, ujung bilahnya membelah udara, yang terjadi selanjutnya ular itu terhantam di kepalanya selanjutnya pandangannya menjadi gelap gulita, beruntung sebelum Ardi jatuh ke tanah entah Fern atau Estel menangkapnya bersama-sama.
"Yang barusan."
"Fern, kamu juga merasakannya?"
"Benar, seharusnya menggunakan kekuatan dari dua roh secara bersamaan sangatlah mustahil, tidak, sejak awal memiliki kontrak lebih dari satu roh juga cukup beresiko, jika gagal dia bisa mati tapi Ardi dapat melakukannya."
"Risa benar-benar kejam, meskipun aku tahu dia menyuruhku jika tubuhnya sulit menahan dua roh aku akan segera membatalkan kontraknya tapi sepertinya itu tidak diperlukan lagi."
"Kurasa umat manusia akan baik-baik saja ke depannya."
Pembicaraan tersebut hanya menjadi pembicaraan rahasia diantara keduanya.
Ardi terbangun di tempat tidur dengan sedikit rasa sakit menjalar ke kepalanya, selain itu dia tidak merasakan hal aneh di tubuhnya.
"Aku masih baik-baik saja."
"Selamat pagi Ardi, akhirnya kamu bangun.. yeah."
Dari pintu yang terbuka sosok Fern melompat dengan celemek merah muda di balik pakaiannya, sebelum dadanya benar-benar menghantam wajah Ardi yang panik, Estel sudah lebih dulu menangkapnya di udara.
"Hentikan itu, senjata menakutkan umat manusia ini bisa membunuh seseorang di masa depan nanti."
"Jangan menamai dadaku dengan nama aneh, lebih dari itu... Apa ada yang masih sakit Ardi, tanganmu, kakimu?"
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan ularnya?"
"Dia sudah mati, berkatmu juga dia akhirnya bisa ditangani dengan baik."
"Syukurlah."
Ardi menarik nafas lega dengan pernyataan Estel yang menjelaskan keseluruhan dari pertarungan sebelumnya.
Bagi Ardi yang menjalaninya secara langsung masih terasa seperti mimpi, jika bukan keberadaan dua orang di depannya, dia jelas tidak mungkin menyangkalnya bahwa semua yang dilaluinya hanya sebuah kekeliruan.
Fern mengangkat sendok sayur sebelum meletakannya di bahunya.
"Mari makan, aku sudah membuat makanan khusus untukmu."
"Lalu bagaimana denganku, apa ada yang khusus juga?" Intonasi Estel masih datar meski begitu aura di sekelilingnya terasa berbeda.
"Aku tidak memiliki menu khusus jadi makanlah yang ada di meja."
Meski Fern mengatakan itu, sulit untuk memakan apa yang dihidangkan untuk Estel, dia meringis seolah melihat sesuatu yang baru dihidangkan untuknya.
Ardi yang duduk di depan keduanya juga menaruh perasaan aneh pada pemandangan tersebut.
"Apa ini?"
"Semur jengkol, jika pengolahannya baik rasanya enak loh.. aku teringat makanan yang sama di dunia yang lama."
"Hmm, aku tidak yakin ini bisa dimakan, bagaimana menurutmu Ardi?"
"Tidak masalah, aku percaya dengan kehebatan Fern dalam memasak."
Ardi mengambil suapan lebih dulu menunjukan bahwa masakannya benar-benar enak, Estel mengikuti dan merasa bahwa tidak seburuk itu.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu masak ini?" tanya Ardi sedikit penasaran.
"Harganya sedang turun, sebagai istri baik bukannya akan membantu jika mampu sedikit mengurangi pengeluaran keluarga."
Kepala Ardi terasa sakit, dia hanya penasaran darimana Fern mempelajari semuanya, untuk makanan spesial bagi Ardi itu hanya sebuah omelet rice dengan saos yang dibentuk menyerupai hati.
Paling tidak semuanya memang enak.
"Bisakah nasiku juga diberi hati seperti itu?"
"Lakukan sendiri."
"Itu curang."
Di depan Ardi dia seperti disuguhi pemandangan drama antara istri pertama dan kedua saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rezenit ORE
jadi Ardi enak makan ada yg buatin
2024-02-08
0