Sekembalinya ke sekolah Udin seperti biasanya menyapa Ardi yang baru masuk ke dalam kelas.
"Yo Ardi, kau sudah baik-baik saja? Bu Fern bilang kau terkena tipes jadi tidak bisa masuk untuk beberapa Minggu?"
"Aku baik-baik saja."
Karena itulah di sepanjang koridor beberapa orang menanyakan soal kesehatannya, Ardi tidak banyak punya kenalan di sekolah meski begitu dia terkadang membantu OSIS ketika dibutuhkan hingga beberapa mungkin sudah mengenalinya.
Udin tersenyum bangga selagi meletakan beberapa catatan untuk Ardi.
"Kau bisa melihat catatanku."
"Tulisanmu masih jelek."
"Maaf saja tapi hanya segitu skill yang aku miliki, kalau tidak mau yah sudah."
"Tidak, aku akan menggunakannya."
"Pastikan untuk mentraktirku nanti."
Bel berbunyi dan semua orang telah masuk dalam kelas, Fern sendiri mulai mengajar seperti biasanya hingga bel berikutnya terdengar. Tepat saat Ardi hendak pergi dia menemukan sebuah pesan di ponselnya yang bertujuan untuk memanggilnya ke atas atap.
Tidak perlu curiga siapa yang melakukannya jelas sekali bahwa ini merupakan pesan dari Fern yang menunggunya dengan kotak bekal yang di bawanya.
Biasanya atap sekolah adalah daerah terlarang bagi siswa, terkadang pintunya sendiri selalu di kunci agar menjauhkan hal-hal yang tidak diinginkan tapi dengan santai Fern melanggar aturan itu, terlebih Risa juga yang selaku kepala sekolah malah ikut-ikutan.
"Duduklah di sebelahku Ardi."
"Tidak, suamiku harus duduk di dekatku."
"Bekerjalah seperti kepala sekolah biasanya dan juga sejak kapan aku sudah jadi suamimu," Ardi menegur keduanya.
"Tapi kita tinggal bersama."
Risa tertawa dengan paha ayam di tangannya.
"Kau perlu pengakuan pemerintah untuk dinyatakan sebagai suami istri, menurut aturan Ardi masih belum mencapai usia ideal untuk menikah."
"Aturan dunia ini benar-benar menyebalkan."
Ardi tidak tahu harus duduk dimana jadi dia memutuskan untuk duduk di antara keduanya, Udin sendiri memiliki janji istirahat bersama dengan ekskul sepak bola karenanya Ardi memilih untuk ikut serta seperti ini.
"Selagi istirahat aku akan memberikan misi untuk kalian selepas pulang sekolah dan menjelaskannya."
Risa mengeluarkan ponselnya kemudian dari sana sebuah hologram ditampilkan, itu mencangkup area gedung perkotaan yang hancur dengan seekor ular raksasa yang melilitnya, tanpa kesulitan dengan petugas yang terus menembakinya.
"Monster ini muncul kemarin dan sekarang dia menjadikan tempat itu sebagai wilayahnya."
"Ukurannya tidak masuk akal."
"Jika monster biasa para prajurit Dating Game Simulation sudah cukup sayangnya monster ini sulit dikalahkan jadi pilihan satu-satunya adalah meminta kekuatan kalian."
Fern menunjukkan senyuman masam selagi mengomentari pemandangan hologram tersebut.
"Ular ini memiliki sisik kuat, perlu serangan kuat juga untuk menjatuhkannya."
"Begitulah, kalian tidak harus mengalahkannya dengan sekali percobaan. Cobalah untuk mengamati pergerakannya dulu dan jika terlalu sulit kalian selalu bisa mundur."
Ardi dan Fern mengangguk di waktu bersamaan. Selepas sekolah Ardi dan Fern telah pergi ke lokasi yang dimaksudkan dan di sana Estel juga telah menunggu dengan Astral Armornya, Fern juga memilih mengambil bentuk yang sama dan sesuai yang dikatakan Risa itu benar-benar terbuka, bisa dibilang dia hanya mengenakan pakaian renang bikini putih yang ditutup jubah tipis berwarna kehijauan. Ada bunga sebagai hiasan di rambutnya.
"Ugh... Fern apa kamu baik-baik saja mengenakan pakaian seperti itu?"
"Bagiku ini terasa nyaman."
Karena orangnya tidak keberatan jadi Ardi beranggapan dia tidak mempermasalahkan orang melihatnya seperti apa.
Ardi menggunakan earphone di telinganya dan itu segera terhubung dengan Risa yang memantau dari kamera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments