"Dengan ini semuanya sudah jelas bukan, aku mengandalkanmu Ardi."
Ardi yang dimaksud segera melontarkan keluhannya, dia ingat hanya ingin menjalani kehidupan biasa, pulang ke rumah seperti biasa dan bahkan sehari-harinya hanya diisi dengan permainan game.
"Tunggu sebentar, sejak kapan aku menerimanya, membuat roh jatuh cinta dan juga menyelamatkan dunia, ini terlalu berlebihan. Aku hanya seorang siswa pada umumnya tidak mungkin aku terlibat hal-hal seperti ini."
"Sayangnya kau tidak bisa menolaknya, ini bukan kau menerima atau tidak, namun tidak ada jalan lagi, kau sudah membuat gurumu jatuh cinta apa yang buruk dengan situasi seperti ini?"
"Tentu saja buruk."
Sebagai pemuda sehat cukup buruk ditatap penuh harapan oleh wanita secantik Fern.
"Kamu harus menerima keadaan Ardi, jika merasa sulit kamu bisa bersandar di dadaku ini."
Ardi mengernyitkan alisnya melihat betapa santuinya guru ini.
"Di luar sana setiap harinya ada manusia yang terbunuh, apa menurutmu kita tega untuk membiarkan mereka begitu saja... Di dalam hati mereka, begitu merindukan sosok pahlawan dan kini saat pahlawan itu muncul dia menolak untuk menyelamatkan mereka, apa menurutmu hati mereka tidak akan terluka?"
Penyampaian Risa sedikit lebay yang membuatnya seolah hanya bermain-main kata dengan Ardi, kendati demikian apa yang dikatakannya sesuai fakta yang terjadi.
Ketika Fern meletakan tangannya di bahu Ardi, akhirnya dia menyerah.
"Kamu perlu mulai terbiasa dengan kondisi ini, aku tidak akan memberikan misi untuk beberapa hari ke depan namun kalian berdua harus lebih mempererat hubungan kalian, semakin kuat hubungan maka semakin kuat pula kemampuanmu ke depannya."
"Hah?"
"Mulai sekarang kalian akan tinggal bersama, aku sudah menyiapkan rumah baru untuk kalian tinggali."
"Bagaimana dengan orang tuaku?"
"Mereka setuju saja, aku memberikan banyak uang untuk mereka dan kurasa mereka akan bulan madu atau sebagainya dalam waktu dekat."
"Orang tuanku malah menjualku."
Meskipun masih bingung Ardi memilih untuk segera keluar dari ruangan kepala sekolah dan kembali ke kelasnya, Udin yang penasaran bertanya ke arahnya dengan panik.
"Kau baik-baik saja Ardi, tidak ada bagian tubuh yang hilang."
"Sebenarnya apa yang kau pikirkan saat aku pergi?"
"Kau mungkin terlibat masalah hukum atau sebagainya, misalnya kau memainkan game dewasa padahal masih di bawah umur."
"Jika hanya hal itu bisa ditangkap, semua siswa SMA tidak akan aman untuk menjalani hidup."
"Kau benar juga, paling tidak satu siswa pasti menyembunyikan majalah dewasa di kamarnya."
"Itu kau!"
Beberapa saat kemudian Fern masuk ke dalam kelas dan mengajar seperti biasanya, bel sekolah hari itu terasa cukup lama membuat Ardi benar-benar tidak bersemangat, dia menemukan bahwa orang tuanya telah mengirimi pesan berlibur bertepatan saat dia keluar sekolah.
"Ada apa Ardi?"
"Orang tuaku sekarang tidak ada di rumah, mereka mengusulkanku untuk tinggal di rumah berbeda selama mereka pergi."
"Orang tuamu sampai segitunya, apa mereka ngebet ingin buat adik untukmu."
"Adik jidatmu, kurasa aku akan ambil jalan ke sini."
"Baiklah, sampai nanti di sekolah."
"Yah."
Mereka berpisah tepat di persimpangan jalan, rute rumah baru telah dikirimkan ke ponsel Ardi dan seharusnya itu lebih dekat dari sekolah dibandingkan rumah miliknya.
Ardi menemukan sebuah rumah mewah cukup bagus dengan gerbang tinggi serta kolam air mancur di tengah halamannya, jika ada yang kurang maka itu hanyalah seorang pelayan yang biasa ditemui di komik-komik manga atau sebagainya.
Ada sebuah mobil terparkir di garasi yang menunjukkan bahwa Fern sudah lebih dulu tiba di sana, jika hubungan mereka bukan guru dan murid jelas pulang bersama tidak bisa terelakkan.
Dia menekan bel dan masuk setelah tidak ada yang menjawabnya.
"Maaf, aku sedang memasak.. kamu bisa pakai lebih dulu kamar mandinya."
Ardi cukup terkejut melihat bahwa Fern tengah berada di dapur mempersiapkan makan malam, ia bahkan belum sempat mengganti pakaiannya dan hanya menutupinya dengan celemek.
"Ada apa?"
"Seharusnya ibu tidak usah memaksakan diri, aku bisa menyiapkan makananku sendiri."
"Itu tentu saja tidak boleh, kita sudah menjadi suami istri seharusnya aku melakukan tugasku dengan baik."
"Sejak kapan kita sudah menikah?" teriak Ardi namun diabaikan begitu saja.
"Malah dikacangi."
"Di rumah panggil namaku, oke."
Ardi memilih menyerah dan melihat bahwa semua barang bawaannya juga sudah dikirim ke rumah ini.
"Risa benar-benar membuatku gila," apa yang dia gumamkan dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rezenit ORE
dah jadi Pasutri dadakan 😂😂😂😂😂
2024-01-28
0