Beberapa hari berlalu dan kini Risa telah berkunjung ke kediaman Ardi dan Fern dengan pakaian seperti biasanya, dia duduk di sofa saat Fern menyeduhkan teh untuknya sementara Ardi hanya diam di depannya tak tahu apa yang harus dia lakukan di sini.
"Seperti kesepakatan sebelumnya, aku sudah memberikan waktu beberapa hari untuk kalian menenangkan diri sekarang adalah waktunya kalian berdua untuk bekerja."
"Apa kami akan disuruh untuk melawan monster di garis depan Bos?" tanya Fern yang dibalas dengan menaikkan bahunya ringan.
"Inginnya seperti itu, hanya saja Ardi masih belum kuat. Teknik rohmu sejujurnya bukan tipe pertarung lebih ke arah support."
"Aku juga tahu itu."
"Karena itulah aku ingin meminta Ardi menaklukkan satu orang dulu untuk tambahan, roh lainya masih belum ditemukan tapi jika yang satu ini dia hanya harus bekerja keras."
"Jadi roh itu, hmm.. apa akan baik-baik saja?"
"Jangan khawatir, sebelumnya ia menyelesaikan game tentangnya jika menaklukkan yang asli bukan sesuatu yang susah, aku rasa."
Ardi mengangkat tangannya dengan wajah kebingungan, sejak tadi dia sama sekali tidak mengerti ke arah mana pembicaraan ini.
"Anu, apa maksudnya?"
Risa memilih merogoh saku bajunya untuk menjatuhkan sebuah foto di meja yang membatasi keduanya.
"Kau tahu siapa ini?"
"Estel, karakter yang sulit ditaklukkan di game Parallel Word."
"Sejujurnya Estel itu benar-benar nyata, dia dikenal sebagai roh pedang."
"Jangan bilang Kalian yang membuatnya jadi tokoh game."
"Memangnya kenapa aku yakin membawamu untuk bergabung? Singkatnya sejak awal kau berpotensi untuk menaklukannya, Estel memiliki kepribadian seperti apa yang kau ketahui, dia cukup sulit ditangani jadi kami menangkapnya di markas kami."
"Bukannya itu berlebihan?"
"Tidak Ardi, yang dilakukan Bos sudah tepat.. dia roh yang sangat kuat tak hanya monster dia juga akan membunuh manusia jika dia merasa terganggu."
Dalam sekejap Ardi merasakan perutnya terasa mual, dia ingat beberapa kali mati karena salah mengambil rute meski hanya di dalam game dia bisa merasakan seberapa kejam dan dinginnya orang bernama Estel.
"Aku merasa tidak yakin bisa melakukannya, terlebih jika dia membunuhku maka ini akan langsung game over tanpa bisa diulang kembali."
"Sayangnya tidak ada pilihan lagi, timku akan selalu memantaumu dari kejauhan, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kami bisa langsung bergerak untuk mencegahnya."
Risa memberikan sebuah koper yang sejak tadi dibawanya pada Ardi, dia membukanya dan di dalamnya hanya ada earphone tersembunyi serta kacamata berbingkai hitam.
Risa memintanya untuk mengenakannya dan Ardi bisa mengetahui itu bukan hanya sebuah kacamata biasa saja.
Ketika dia mengalihkan pandangannya ke arah Risa sebuah opsi muncul di sebelahnya, ada sebuah parameter hati yang diukur dengan angka persenan.
"Bukannya ini?"
"Kau langsung mengerti bukan, alat ini hanya dimiliki oleh kami Dating Game Simulation sebagai tolak ukur, ketika kau menekan tombol di sana kau bisa menemukan beberapa pilihan untuk penaklukan."
Seperti yang dikatakan Risa, hal itu dimunculkan di depan mata Ardi.
"Kau bisa memilih apapun dari katalog pilihan, yang harus diingat jika kau menjawab tidak sesuai dari salah satunya maka kacamata itu akan meledak."
"Ugh, bukannya itu artinya ini barang berbahaya.. dan juga, kenapa indikasi perasaanmu padaku juga cukup tinggi."
"Itu karena aku sangat berharap padamu, kau tahu jatuh cinta itu bukan perasaan yang mudah didapatkan, ada tahapan untuk semuanya dan terkadang beberapa orang tidak bisa membedakan rasa simpati dan cinta."
"Anda terlihat sangat berpengalaman soal ini."
"Karena aku banyak membaca buku."
Untuk mempersiapkan diri Ardi meminta waktu satu hari dan dia kembali pergi ke kamarnya hanya untuk memikirkannya selagi mencoba bermain ulang tentang game paralel world, jika kepribadiannya sama dia seharusnya tidak ragu dalam memilih opsi apapun, yang membuatnya sedikit tidak nyaman adalah fakta bahwa Estel selalu terkurung di tempat aman.
Itu mungkin akan berubah jadi boomerang untuknya, misalnya dia mulai tidak percaya lagi pada manusia atau lebih buruk dia akan langsung membunuh Ardi tepat saat mereka bertemu.
Jelas sekali Ardi berfikir untuk penaklukan ini resikonya terlalu tinggi, disisi lain Fern malah terlihat cukup mudah bahkan jika dia tidak menyadarinya telah menaklukkan hatinya.
Yang dia ingat untuk Fern, tidak sengaja menabraknya di koridor, membantunya membawakan barang bawaannya serta menyelamatkan Fern saat tanpa sengaja seseorang menjatuhkan pot bunga di atasnya.
Jika dipikirkan semuanya benar-benar terlihat seperti rute untuk protagonis utama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments