Mengatakan 'Halo' jelas merupakan pilihan yang aman untuk dilakukan oleh Ardi, dia sebaik mungkin mengatakannya dengan natural tanpa ada niat tersembunyi di dalamnya, kendati demikian Estel tidak menanggapinya dan malah meringkuk di atas tempat tidur untuk menutup dirinya dengan selimut.
Ardi sudah tahu akan jadi seperti ini, walaupun dalam hatinya tetap saja ingin menangis.
Sebagai target penaklukan pertama jelas Estel begitu sulit, dia bisa dikategorikan sebagai bos tersembunyi dan siapapun yang memainkan game yang sama dengannya akan setuju tanpa mengeluh.
Sudah tiga hari semenjak Ardi di penjara dan selama itu juga, dia tidak bisa menggerakkan mulut Estel untuk dapat menimpali setiap perkataannya. Pertama dia akan dengan senang menceritakan tentang kehidupan pribadinya dan kemudian berubah topik ke arah yang dia tahu sangat disukai seorang gadis, ketika Ardi mendapatkan rasa frustasi berat dia akan duduk dipojokan dengan kegelapan menyelimuti kepalanya.
Apa-apaan ini? Sudah aku duga gadis 3D benar-benar mengerikan, mereka akan selalu bertingkah dingin pada siapapun pria yang mereka tidak kenal dan baik pada pria yang mereka sukai.
Ini sudah aturan mutlak.
Itu merupakan sedikit rahasia kenapa para gadis bisa bersikap kejam tanpa perasaan.
Ketika 5 hari berlalu Ardi pikir dia akan merubah sedikit strategi menjadi pria yang sedikit kasar, lembut dan pemaksa.
"Apa kau baik-baik saja? Kau tidak makan seharian ini, apa mungkin perutmu sakit? Hey, jika ada sesuatu yang ingin kau katakan katakan saja. Di tempat ini hanya kita berdua jangan sungkan untuk berbicara secara bebas."
Ardi berfikir hari ini dia akan gagal juga sampai suara yang lembut bagaikan dentingan lonceng terdengar ke telinganya.
"Namamu Ardi bukan, aku penasaran apa itu SMA?"
Untuk pertama kalinya Ardi bisa merasakan senang ketika seseorang mau membalas perkataannya.
Hati pria miliknya memang sangat sederhana.
"Di sana tempat dimana seseorang mencari ilmu, dari seseorang yang tidak tahu apapun menjadi tahu banyak."
"Apa itu mirip seperti akademi?"
"Benar, yang membedakannya tidak ada sihir untuk dipelajari."
"Begitu."
Estel kembali dalam mode diam, meski hanya beberapa kalimat ini sudah lebih bagus dibandingkan Estel tidak membalas sedikitpun.
Esok harinya makanan telah dikirim ke sel mereka, karena ini hari spesial mereka mendapat makanan jauh lebih enak dari sebelumnya, atau lebih tepatnya ini permintaan Adi yang dikirimnya lewat surat yang dititipkan pada penjaga.
"Mengejutkan, ada makanan seperti ini."
"Apa kamu menyukainya?" tanya Ardi masih resah jika tidak dijawab.
"Sedikit."
"Jika kamu menyukainya bagaimana jika saat kita bebas, kita bisa berjalan-jalan dan mencobanya."
"Mencoba makanan? Sayangnya aku lebih suka di tempat ini, tempat ini nyaman dan tidak perlu repot untuk kelaur."
Untuk pertama kalinya akhirnya Ardi tahu bahwa yang menginginkan Estel di penjara adalah dirinya sendiri, dari awal memang terdengar aneh, roh sekuat Estel bisa dengan mudah menghancurkan jeruji maupun temboknya dengan tebasan pedangnya. Namun, dia memilih untuk tidak melakukannya.
Di game sendiri tidak dijelaskan kenapa Estel memiliki kepribadian seperti itu, namun jelas bahkan anggota Dating Game Simulation juga tidak mengetahuinya khususi.
Untuk membuatnya jatuh cinta pertama harus membuatnya untuk membuka hatinya, pikir Ardi dalam hati.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak ada, aku ingin tidur.. selamat tidur."
Ardi hanya menjatuhkan bahunya lemas padahal Estel sendiri baru lama ini baru bangun, dia jelas menjadi sosok pemalas.
Ardi berbaring untuk memikirkan setiap pola yang telah dia lalui bersama Estel dalam game, dia orang yang tidak percaya pada siapapun serta terkadang jika pemain terlalu baik padanya, dia akan langsung dibunuh.
Dalam game sendiri Estel selalu berpindah-pindah tempat sementara protagonis yang dimainkan akan terus mengikutinya kemanapun dia pergi walaupun saat terkena bahaya terkadang Estel akan mengulurkan tangannya untuk membantu dengan sikap dinginnya.
Akhir perjalanan dalam game, Estel akan menghadapi raja iblis yang telah menghancurkan kota namun saat pertarungan berlangsung sebelum raja iblis mati, jiwanya masuk ke dalam tubuh protagonis.
Di saat inilah rute pemain sebelumnya akan dinilai, jika berhasil Estel tidak akan membunuh protagonis malah dia akan mencoba menyelamatkannya dan apabila sebaliknya kematian adalah hal yang selalu ditawarkan dalam permainan itu.
Kecuali kehidupan keduanya tidak ada karekter yang ditawarkan dari permainan ini.
Ardi yang menemukan jawabannya segera bangkit untuk melirik ke arah Estel yang entah sejak kapan dia juga sudah duduk selagi matanya saling bertatapan dengan mata Ardi.
Ardi berkata dengan suara penuh keyakinan saat keheningan melanda keduanya
"Estel, kamu membenci manusia."
Perkataan itulah yang cocok untuk mengabarkan perasaan sesungguhnya dari roh pedang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments