Seluruh pedang Estel membentuk putaran untuk melindunginya dari tembakan yang dikeluarkan oleh Evagilia, tak hanya sebagai pelindung pedangnya juga bergerak untuk menyerang, dengan cara ini entah itu bertahan ataupun bertarung Estel memiliki banyak keuntungan.
Keduanya terbang melesat ke segala arah sebelum akhirnya berdiri di atas awan dengan pemandangan cakrawala yang telah menguning seutuhnya.
Lingkaran sihir berlapis muncul di depan Evagilia yang mengarahkan senjata musketnya ke depan, ketika dia mengatakan "Drone," tembakan yang seharusnya hanya satu buah telah berubah menjadi puluhan buah, tak hanya itu setiap pelurunya mampu bergerak sesuai keinginannya seperti memiliki kendali khusus, beberapa bisa diblokir namun sisanya mengenai Estel dari samping membuatnya sedikit babak belur.
Jelas dia sudah menggunakan Astral Armor yang membuatnya memiliki dua kali lipat kekuatan dari biasanya, sedangkan musuhnya tidak menggunakannya walau demikian kemampuannya bisa setara atau bahkan lebih kuat darinya.
Estel terbang meluncur ke depan sembari mengayunkan pedangnya berusaha melukai Evagilia yang secepat mungkin menghindarinya, tebasan itu melesat tipis dan hanya menyayat bagian dada Evagilia hingga bra yang menutupinya terlihat.
"Benar-benar menarik, aku yakin barusan telah menghindarinya."
Estel kembali menyerang dan sekarang gerakannya lebih cepat, pakaian Evagilia tercerai berai dan kini bra-nya lepas dan hanya menyisakan sepotong kain untuk menutupi bagian pahanya.
"Aku ditelanjangi, yah... aku tidak terlalu malu jika kau sengaja melakukannya, lihatlah tubuhku sepuasmu, walaupun aku yakin tidak ada yang bagus darinya."
"Bagaimana bisa kau mampu melihat pergerakkanku, seharusnya barusan sudah cukup memotongmu berkeping-keping."
Evagilia kembali menyelimuti dirinya dengan pakaian sebelumnya seolah kembali sedia kala tanpa rusak sedikitpun. Roh bisa membuat pakaian melalui mana mereka jadi hal itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Hanya saja untuk tidak terluka setelah menerima serangan barusan sangatlah mustahil.
Evagilia menutup sebelah matanya.
"Kau ini tipe petarung yang menggunakan kecepatan, memang benar kecepatan terkadang bisa mengalahkan kekuatan hanya saja mataku sedikit berbeda dari kebanyakan roh lainnya, jika kau memiliki kemampuan untuk memperpanjang jarak tebasan pedangmu hingga satu meter sedangkan aku bisa melihat setiap gerakan apapun yang dilakukan musuhku."
"Jadi kau sudah menyadarinya."
"Terlihat jelas di mataku. Kau mungkin merupakan roh terkuat yang pernah aku lawan.. pedang dan musket benar-benar lawan yang cocok satu sama lain."
Evagilia hendak mengarahkan ujung masketnya namun pergerakannya terhenti saat sebuah sulur melilit sebelah kakinya.
"Apa? Jaraknya dari permukaan jauh, bagaimana bisa? Jika itu manusia yang tadi aku ragu bahwa dia bisa melakukannya, jangan-jangan roh lainnya?"
Sebelum dia menyelesaikan perkataannya tubuh Evagilia telah ditarik ke bawah dengan kecepatan luar biasa lalu saat menghantam tanah, itu menciptakan ledakan besar bersamaan material bebatuan yang menyembur ke udara.
Di sana seluruh staf Risa sudah siap mengarahkan senjatanya, termasuk kemunculan keberadaan Fern yang masih mengenakan pakaian pekerjaannya.
"Apa berhasil?" tanya Risa.
"Tidak, roh ini benar-benar abnormal."
Estel mendarat di sebelah Fern dan Ardi, sementara Evagilia telah bangun dari puing-puing tanah yang menindihnya, dia tertawa terbahak-bahak membuat semua orang sedikit mundur.
"Sungguh luar biasa, aku tidak menyangka ada dua roh yang bisa bekerja sama untuk melawanku... terlebih ternyata roh itu adalah Fern."
"Evagilia, ternyata kau masih hidup."
"Yap, aku masih hidup.. kau roh bumi yang selalu melindungi manusia jadi tidak aneh kau juga berada di pihak mereka. Ini menyenangkan sebaiknya aku harus undur diri dulu untuk saat ini."
"Kukira kau maniak bertarung?"
"Aku memang seperti itu hanya saja bahkan jika kalian bersama kalian tidak akan bisa mengalahkanku.. Fern kau juga tahu itu bukan?"
"Lalu kenapa kau ingin mundur?" tanya Risa menyela.
"Menyisakan bagian yang terbaik di akhir merupakan dasar dari pemburuan, itu saja."
Risa mengarahkan pistolnya namun itu segera terbang dengan tembakan milik Evagilia.
"Sayangnya dia mengatakan yang sesungguhnya, biarkan dia pergi," balas Fern yang dikonfirmasi oleh Risa sendiri.
Evagilia hanya terbang ke langit sebelum akhirnya hilang di telan awan bersamaan matahari yang perlahan tenggelam.
"Mari bicara hal ini di tempat lain."
Atas usulan Risa semua orang mengangguk kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments