Selepas pertandingan Fern secara diam-diam mengundang Ardi untuk merayakan kemenangan dirinya. Ia menyempatkan diri ke toilet hanya untuk mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah yang sama persis seperti siswi kenakan.
Walau dia memilih tempat yang agak sedikit jauh dari sekolah, dia masih harus tetap waspada jika ada seseorang yang melihatnya.
Ardi tidak tahu harus menanggapinya seperti apa, yang jelas Fern terlihat cantik dengan blazer serta rok pendek sebatas lututnya, biasanya dia selalu mengenakan rok panjang jadi hal itu merupakan pertama kalinya dia melihatnya.
Alih-alih tranformasinya yang terlihat terbuka yang ini memiliki penilaian tinggi.
"Belakangan ini dadaku semakin berkembang."
Ardi jelas tidak ingin mendengar penjelasan seperti itu, karenanya saat mereka berjalan di trotoar dia sesekali mengamati apa yang dikatakan Fern benar atau tidak.
"Mau menyentuhnya?"
"Sudah aku duga kau sengaja."
"Haha bukannya hal barusan sudah biasa, seorang istri yang mencoba nakal pada suaminya tidak masalah bukan."
Ardi tidak ingin menyangkalnya, setelah Risa menjelaskan bahwa di dunia sana sebagian pernikahan bisa dilakukan hanya dengan ciuman saja maka Ardi tidak ambil pusing.
Fern adalah gadis cantik, pandai memasak, memiliki kepribadian ramah dan baik, bagi seorang pria itu hanya sebuah berkah jika dia bisa menikahinya.
Pemikiran seperti itu terlintas dibenak Ardi sesaat sebelum dia mencoba untuk fokus, dia hanya fokus beberapa saat sebelum kembali panik saat Fern memegang tangannya. Itu terasa lembut dan hangat yang jauh berbeda dari yang Ardi rasakan sebelumnya.
"Kamu baik-baik saja?"
"Tidak... hanya saja, ini pertama kalinya aku bepergian seperti ini."
Fern memiringkan kepalanya, jika harus dikatakan dia tidak begitu mengenal sosok Ardi sepenuhnya, sebenarnya siapa dia? Apa yang dia sukai? Yang dia benci? Dan juga kenapa dia hanya menghabiskan waktu hanya bermain game saja?
"Ada sesuatu yang membebanimu yah? Jika kamu siap menceritakannya aku akan dengan senang mendengarkannya."
Ardi hanya menjawab dengan 'Lain kali' sebelum memutuskan untuk masuk ke restoran keluarga yang jaraknya dekat dengan mereka.
Ia memesan meja untuk dua orang dan mulai melihat menu yang dia sukai, Fern lebih dulu memesan dengan jumlah yang jelas lebih banyak dari hanya bisa dinikmati dua orang.
Setelah kepergian pelayan, Fern menyembunyikan wajahnya dalam buku menu selagi berkata dengan malu-malu.
"Maaf, aku memesan lebih banyak dari sebelumnya.. gadis seharusnya tidak memesan sebanyak itu."
"Tidak perlu dipikirkan, aku senang melihat seseorang bersemangat saat menikmati makanan."
"Kamu terlalu baik."
"Dan pastikan untuk tetap diet sesekali jika diperlukan."
Fern mengembungkan pipinya.
"Aku baik-baik saja dengan makanan."
Ardi bisa melihat itu, terlebih saat semua nutrisi itu lebih banyak ke dadanya.
Pesanan mereka dihidangkan beberapa saat kemudian dan keduanya menikmatinya dengan tenang.
"Tubuhku jadi semakin kuat, apa ini akan baik-baik saja?"
"Tidak perlu dikhawatirkan, tidak ada efek tertentu yang akan menimpa Ardi. Hanya saja kemungkinan harus bisa mengendalikannya."
"Memang benar, saat permainan sepak bola tadi, meski aku coba untuk menahan diri aku agak kesulitan."
Fern tertawa.
"Aku masih ingat ekpresi lawan kalian, mereka awalnya sangat percaya diri dan akhirnya berlutut dengan wajah suram mengetahui kalah 20 gol tanpa balas."
Ardi merasa bersalah untuk itu, syukurlah dia tidak melakukannya sendiri. Dia terkadang memberikan operan pada yang lainnya untuk mereka juga bersinar.
Tak hanya kemenangan, ia juga telah berkontribusi agar semua pemain bisa bersikap keren, bahkan kipernya juga memasukkan gol.
"Aku berhasil, dengan ini aku pasti punya pacar."
Jelas hal itu tidak akan merubah apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments