Bab 16

Asap tebal diikuti pecahan kaca yang berjatuhan layaknya hujan. Adam dengan spontan menunduk, berlindung dibalik setir saat mobil mereka melaju kencang di atas jalan layang.

Rudal jelajah itu menghantam salah satu lantai tertinggi dari sebuah gedung pencakar langit. Tidak ada ledakan apapun, Adam menyadari apa maksud dari perkataan Aura.

"Kenapa bisa... ?"

"Aku juga belum mengerti alasannya," jawab Aura. "Tapi setidaknya manusia masih memberi perlawanan."

Adam menelan ludahnya, tubuhnya tegap, kedua tangannya meremas erat setir mobil. "Jika nuklir saja tidak mampu mengalahkan mereka, maka... ."

"Lihatlah kita, Adam." Wanita itu mengangkat tangan kirinya, menyentuh jendela disampingnya, seakan menyentuh langsung matahari di kejauhan. "Sekarang bukanlah tentang menang atau kalah. Tapi tentang seberapa lama kita dapat bertahan."

Ucapan Aura ada benarnya, Adam setengah mengangguk. "Aku rasa, kau benar."

"Awas!"

Ban mobil berdecit saat Adam menginjak rem, dia sempat melamun. "Benda apa itu?"

"Aku juga tidak tahu. Sebelumnya tidak ada benda seperti itu."

Di depan mereka, terbentang sesuatu yang menyerupai akar tanaman, namun bentuknya sangat besar, sebesar truk atau bis. Warnanya merah dan memiliki banyak cabang.

Akar raksasa itu terlihat keluar dari tanah, menembus beberapa bangunan, hingga menghalangi jalan mereka.

Mata Adam tidak dapat berpaling dengan benda didepan. "Kita harus turun."

Adam keluar dari mobil, melangkah perlahan dengan sebuah shotgun ditangannya dan diikuti oleh Aura.

"Ini seperti akar pohon," kata Adam saat menyentuhnya. "Ada masalah?"

Aura hanya terdiam dikejauhan sambil menatap akar itu.

"Hei."

"Hei, Aura," panggil Adam sekali lagi.

Wanita berambut pendek itu menyimpan pistolnya, lalu kembali ke mobil. "Kita harus ke gedung itu." Menunjuk ke sebuah gedung tinggi.

"Untuk apa? Kita tidak ada waktu lagi."

"Ikut saja, Adam. Kita akan segera memastikannya bersama-sama."

...[Breathless Dawn]...

"Kau yakin akan masuk kesana?"

Adam mengedarkan pandangannya ke setiap jendela gelap gedung didepannya.

"Tidak perlu khawatir," jawab Aura menutup pintu mobil dan memberikan kuncinya ke Adam. "Kita juga bisa mengambil beberapa kebutuhan tambahan jika didalam gedung terdapat supermarket atau semacamnya."

Tanpa membuang lebih banyak waktu, mereka melangkah masuk. Sekarang sudah jam 4 sore, matahari tidak lagi berada tepat diatas kepala, membuatnya bersembunyi di balik barisan gedung pencakar langit lainnya. Karena itulah, pencahayaan di tempat ini mulai terganggu di beberapa sudut.

Pintu kaca yang biasanya terbuka otomatis, telah pecah menjadi serpihan kaca yang berserakan diatas lantai marmer. Lobi gedung yang cukup luas menyambut kehadiran mereka. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan pemandangan yang biasa mereka lihat di lobi hotel sebelumnya.

Adam berdiri di bibir tangga, lalu mendongak menatap betapa banyaknya anak tangga yang harus dia lalui. "Bagus," katanya dengan memantapkan posisi ransel besarnya yang kini penuh dengan keperluan yang mereka butuhkan seperti makanan dan amunisi.

"Beri aku waktu sebentar."

Mereka telah sampai dilantai 30 saat Adam bersandar setengah duduk di dinding. Napasnya tersengal-sengal saat keringatnya mulai terlihat membasahi kemeja dan wajahnya.

"Apa cerita tentang kematian 12 orang yang menertawakanmu hanyalah sebuah cerita buatan?"

"Benarkah?" Adam melirik ke wanita yang sedang asik meminum air lalu tersenyum padanya tanpa membawa ransel apapun. "Berikan minuman itu."

Mereka akhirnya sampai di lantai 53, lantai tertinggi di gedung itu.

Adam segera menaruh barang bawaannya lalu memutar bahu kanannya perlahan, begitu pula dengan lehernya. "Apa yang kita cari disini?" kata dia dengan nada jengkel.

Aura tampak sedang berdiri di tepi jendela kaca besar, melihat keluar dengan kedua tangan masuk ke saku jaketnya. "Ayahku pernah bercerita tentang arti slogan yang sering mereka lontarkan berulang kali."

“Hari kebangkitan segera tiba, keadilan segera ditegakkan.”

Karena penasaran, Adam menghampirinya, dan berdiri di samping wanita itu. Cahaya oranye matahari yang mulai tenggelam menyinari wajahnya.

"Ayahku berkata, jika tujuan utama dari NexusX-13 adalah menyelesaikan Project Monolith. Dan sekarang aku mengerti apa yang dimaksud kata 'kebangkitan' dari slogan para teroris itu."

"Jadi... ," Adam berbicara dengan ekspresi datar, dia mengeluarkan rokok terakhirnya, lalu menyalakannya dengan santai. "Itu yang disebut Monolith?"

Aura hanya tersenyum. Mereka kompak melihat sebuah pohon setinggi 400 meter berdiri kokoh dikejauhan. Batangnya berdiameter kurang lebih 90 meter dan bentuk pohon itu terlihat sangat subur seperti sebuah pohon beringin raksasa. Warna aslinya tidak terlihat jelas karena silaunya sinar matahari yang muncul di belakangnya.

"Jadi apa rencana kita sekarang? Kita juga perlu mencari jalan pintas karena akar raksasa itu, sedangkan hari sudah mulai gelap," asap putih mengepul dari mulutnya.

"Akar itu akan terus menyebar hingga keseluruh kota, berkendara mobil tampaknya bukan solusi yang masuk akal untuk saat ini."

"Lalu?" tanya Adam makin penasaran.

Aura berbalik, berjalan menjauhi jendela kaca. "Lalu kita harus berjalan kaki, mau tidak mau."

Perkataan wanita itu membuat Adam menghela napas panjang. Menatap kearah kota mati dibawahnya yang nampak seperti miniatur. Setiap jalan bercabang dibawahnya seakan mewakili betapa rumit dan panjang perjalanan hidup yang akan dilaluinya.

"Adam?"

Adam menoleh, menjawab panggilan Aura.

"Dimana kamu letakkan ranselnya?"

Keningnya berkerut saat Adam perlahan mendekat. "Di dekat meja komputer dengan hiasan kucing emas diatasnya."

Adam mencari ransel mereka, berjongkok untuk mengecek kolong meja namun tidak ada apapun disana selain tumpukan kertas yang berserakan. "Aku ingat betul, terakhir aku letakkan disini." Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terimakasih untuk makanannya, Tuan dan Nona."

Seorang pria dengan caping hitam berkilau dan masker ski terlihat duduk santai di atas meja. Dia duduk ditengah kegelapan, dengan memakan sebuah roti isi tanpa ada rasa sungkan sedikitpun. Tentu saja, ransel yang mereka cari berada tepat disamping orang itu.

...[Karya ini merupakan karya jalur kreatif]...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!