Bab 11

Adam ingat betul bagaimana wajah anak itu saat menatapnya dari luar jendela mobil. Wajah polosnya tidak bisa terlepas dari benaknya. Tak hanya anak itu, orang-orang diluar mobil waktu itu juga, Adam hanya terus teringat wajah mereka. Apakah nyawa manusia kini samasekali tidak berarti?

"Apa ada masalah?" tanya seorang pria saat melihat Adam yang sibuk meraba tubuhnya. "Aku punya beberapa pasang pakaian ganti, kau boleh memakainya jika kau mau."

"Terimakasih Pak."

Pria itu menatap Adam dua kali. "Aku ada di mobil jika kau perlu sesuatu."

Adam mengangguk. Dia kembali melihat bekas luka tembakan yang dia terima, akan tetapi, seperti yang dia tahu, lukanya telah pulih dengan sempurna.

...[Breathless Dawn]...

"Aku Ashylin, ini anakku Dimas, dan pria dengan kemeja kotak-kotak itu adalah suamiku, Tama."

Ashylin membalut setiap luka pada tubuh Aura dengan teliti. "Katakan saja jika sakit, atau jika ikatannya terlalu kencang."

"Kau harus makan banyak pagi ini, kami punya banyak persediaan daging dan susu," lanjut wanita itu.

Aura tidak terlihat sedang mendengarkan perkataannya, dia menatap kipas angin berdebu yang menggantung di atasnya, perlahan tertuju pada barisan foto yang melekat didinding dan berhenti ke seorang pria yang sedang berdiri disamping pintu.

"Biar saya yang lanjutkan," kata Adam.

Ashylin sedikit terkejut dengan kedatangan pemuda itu secara tiba-tiba. "Pastikan semua perbannya menutupi luka, dan jangan lupa bersihkan dulu cairan hitamnya dengan kain dan air."

"Aku mengerti, terimakasih banyak."

Sebelum keluar ruangan, Ashylin menoleh kebelakang. "Oh iya. Dimas?"

"Bersama ayahnya di garasi."

Mengetahui wanita itu telah pergi, Adam menghela napas panjang. "Paling tidak kau berikan senyumanmu itu kepadanya, dia telah merawatmu."

Adam mulai memasukkan kain ke ember kecil yang berisi air hangat, memerasnya, lalu mulai membersihkan cairan hitam kental yang melekat di lengan Aura.

"Kenapa kamu kembali?"

Adam berhenti, ini pertamakalinya dia mendengar Aura berbicara setelah kejadian itu. "Kenapa kau bunuh diri waktu itu?" katanya tanpa menatap Aura, fokus membersihkan luka dilengan wanita itu.

"Kita punya waktu setidaknya sebelum matahari terbenam."

"Aurora, lihatlah dirimu," kata Adam menatap langsung wanita itu.

"Lupakan nama buatan itu, " balas Aura saat melihat wajahnya di sebuah cermin oval disudut ruangan. Wajahnya sekarang nyaris seperti mumi. Wajahnya berbalut perban putih, hanya menyisakan bagian mata, mulut, rambut dan sebagian lubang hidungnya. "Adam, ada hal yang menjadi prioritas dan ada hal yang lebih baik kau tinggalkan."

Adam mendesah kesal. "Aura, aku sudah tahu kemana arah pembicaraanmu itu." Dia membuka bungkus plastik perban dan mulai membalut lengan wanita itu. "Asal kau tahu, aku menyelamatkanmu juga bukan tanpa alasan."

"Setidaknya kau memahami posisiku sekarang. Aku butuh banyak penjelasan darimu."

"Jika hanya itu, Hanna bisa me—"

"Lupakan mereka, Aura!" Adam berdiri dan menuju ke sebuah pintu kaca yang terhubung langsung kesebuah taman di belakang rumah, sinar matahari pagi menyinari kemejanya yang kotor. "Kita bahkan tidak tahu apakah mereka selamat atau tidak."

Wanita itu hanya duduk disofa, menatap Adam tanpa ekspresi.

"Kamu seharusnya mematuhi perintahku waktu itu," kata Aura. "Bagaimana pun, aku tetap membiarkanmu mati saat Kolonel Garant menembakmu, anti-virus itu jauh lebih penting."

Sudut bibir adam terangkat, dia menatap sebuah taman dibalik pintu dengan senyuman sinis. "Aku besar di distrik Aura, hampir semua orang memperlakukanku seperti itu." -kembali mendekati Aura- "Jadi itu tidak masalah bagiku, selama kau dapat memberikan semua informasi yang aku butuhkan."

"Menarik." Aura kembali tersenyum seperti biasanya. "Tanyakan saja semuanya, Adam."

...[Breathless Dawn]...

Kap mobil ditutup dengan keras, lebih mirip seperti di banting.

"Huh, sial," keluh Tama berkacak pinggang saat melihat kondisi mesin mobil didepannya.

"Masih belum bisa, Mas?" tanya Ashylin sambil menggendong anaknya.

"Belum," Tama kembali kap mobilnya. "Mungkin butuh waktu seharian, dampak tabrakan itu cukup parah."

"Aduh Mas, apa tidak ada jalan lain? Bagaimana dengan Pak Erik? Apa perkataannya dapat dipercaya?"

"Kita bahkan tidak tahu Pak Erik berhasil selamat dari hotel atau tidak," jawab suaminya. "Ashylin."

Istrinya menyuruh anaknya untuk turun dan bermain, setelah melihat wajah serius dari suaminya. "Iya Mas?"

"Wanita bernama Aura itu... Bagaimana kondisinya?"

Istrinya menggeleng pelan, menyilangkan tangannya lalu berkata. "Dia belum makan, hanya minum sedikit dan sulit berbicara."

"Lalu cairan hitam itu... Bukan oli atau semacamnya?"

"Bukan Mas, dilihat dari tekstur dan baunya sangatlah asing, aku juga khawatir dengan wanita itu, tapi... ," wanita itu menyentuh keningnya dengan cemas.

"Tapi...?" Tama mengerutkan kening.

"Tapi aku lebih khawatir jika sesuatu terjadi pada Dimas dan kita."

...[Breathless Dawn]...

Kini setiap luka ditubuh Aura telah dibalut dengan perban. Wanita itu, menopang wajahnya dengan satu tangan, bersandar disofa sambil melihat Adam yang sibuk membereskan sampah plastik yang bertebaran.

"Apa yang kau rasakan?"

"Aku tidak tahu," jawab wanita itu, tersenyum tipis. "Kakiku masih sulit digerakkan."

"Hanya itu?"

"Katakan apa saja yang ingin kau tanyakan, Adam."

Adam menatapnya sekilas, lalu duduk disampingnya. "Bolehkah aku merokok?"

"Lakukan sesukamu."

Adam menyalakan rokok dibibirnya, lalu berkata. "Kenapa kau membangun organisasi itu?"

Karena tidak adanya listrik, kicauan burung diluar terdengar nyaring. Suasana pagi terasa lebih sunyi dari malam hari. Tidak ada suara motor, mobil, pesawat, orang yang melintas ataupun elektronik yang menyala didalam rumah.

"Ayahku adalah orang yang hebat, bahkan bisa aku bilang... dia orang paling pintar yang pernah aku temui. Dia pekerja keras, rajin, optimis dan ambisius."

"Mirip denganmu, hah?" sela Adam dengan nada mengejek.

Aura hanya tersenyum, lalu memainkan jarinya ke butiran debu yang menempel diatas lengan sofa. "Karena sifatnya itu, dia berusaha keras untuk mewujudkan impiannya."

"Menemukan obat HIV Aids?"

"Benar."

"Lalu... Apakah ayahmu yang memutuskan untuk melaksanakan vaksinasi global setelah obat itu ditemukan?"

Aura mengangguk. "Itu alasanku membentuk Artemis."

Adam membuang puntung rokoknya, kedua alisnya terangkat. "Tu-tunggu, jadi maksudmu, kau membentuk Artemis untuk melawan ayahmu sendiri? Bukankah kau sangat menyayanginya?"

Mendengar pertanyaan Adam, wanita disampingnya hanya tersenyum, membuang pandangan ke lantai.

"Tanyakan saja semuanya, Adam. Aku akan menjawab semua yang aku tahu."

"Ada hal aneh yang aku rasakan." Adam membuka kedua tangannya lebar, menatapnya takut. "Apa yang kau lakukan saat aku koma?"

"Yang aku lakukan?" Aura terdiam sejenak, lalu mengambil tas ransel Adam dan membukannya, "Aku memberimu ini."

"Anti-virus itu? Kau bilang itu lebih berharga dari siapapun."

Melihat Adam yang telah duduk diujung sofa, Aura tetap terlihat tenang. Dia membuka tas kecil yang berisi sebuah vial berisi cairan biru. "Ini sebenarnya bukanlah anti-virus atau obat apapun yang bisa membuat kita terbebas dari masalah ini."

Adam hanya memiringkan wajahnya dengan rahang tergantung.

"Seorang profesor dari BioNoct yang membuatnya, dengan tujuan untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan setelah kekacauan terjadi. Padahal, anti-virus itu baru berada di tahap awal pembuatan dan belum sempurna."

"La-lalu kenapa kau memberikan obat abal-abal itu kepadaku?"

"Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan nyawamu, Adam, dan ternyata cairan ini memiliki efek lain yang belum pernah kita ketahui sebelumnya." Senyuman Aura kembali terukir tipis. "Seperti lukamu yang dapat pulih dengan begitu cepat. Kau sangat spesial, Adam. Itu kenapa aku menyuruhmu pergi."

Disaat mereka saling menatap, suara orang sedang menyiram tanaman terdengar diluar.

"Untuk apa pak Tama menyiram tanaman?"

"Itu bukan dia," jawab Aura dengan cepat.

...[Karya ini merupakan karya jalur kreatif]...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!