Bab 9

"Pekerjaan?"

"Menjunjung tinggi kebenaran."

"Tujuan hidup?"

"Menjunjung tinggi kebenaran."

"Alamat tinggal?"

"Menjunjung tinggi kebenaran."

"Nama?"

"Menjunjung tinggi kebenaran."

Wanita berkulit coklat itu menurunkan kacamatanya, menatap pria yang duduk didepannya dengan menaikkan sebelah alisnya. "Kraken, sekarang namamu Kraken. Tidak ada yang perlu disembunyikan setelah kau mendapatkan nama itu, sama seperti usia aslimu."

"Jadi... Siapa yang membawamu kemari, Kraken?"

"Seseorang."

"Anggota Artemis yang mengajakmu bergabung?"

"Benar."

"Baiklah." Wanita itu lantas menutup laptop dan buku didepannya. "Selamat, kau diterima di organisasi," katanya tanpa senyuman.

Setelah keluar dari ruangan itu, Adam berjalan ditengah koridor panjang. Orang-orang disana kompak melempar tatapan sinis.

"Satu lagi pecundang bergabung demi uang."

"Ya, semoga yang satu ini dapat bertahan setidaknya lebih dari seminggu."

Kata salah satu orang disana.

Adam menatap lurus kedepan, melihat apapun yang hanya perlu dia lihat, mendengar apapun yang perlu dia dengarkan. Didepannya, wanita berkulit coklat tadi menuntunnya ke suatu ruangan. Dalam sepanjang perjalanan, wanita itu juga memperkenalkan berbagai tempat dan fungsinya, serta menjelaskan berbagai aturan yang wajib dipatuhi sebagai anggota organisasi.

Setelah beberapa menit mereka berbincang, mereka akhirnya sampai.

Wanita itu menunjuk dengan kepalanya. "Masuklah, berikan senyuman hangat untuk rekan-rekanmu," kata wanita itu didepan pintu geser.

Adam setengah mengangguk, menegapkan badan dan meluruskan pandangannya, lalu melangkah masuk dengan mantap.

Pintu terbuka otomatis, di dalamnya masih ada sebuah pintu lagi yang bertuliskan "Jangan dibuka! kandang anjing."

Adam memejamkan mata, menarik napas lalu membuangnya perlahan. Didorongnya pintu itu, kerasnya musik rap segera menyambut kehadirannya.

Seorang wanita berdiri disebelahnya, tepatnya ia sedang bersandar disamping pintu. Matanya fokus memeriksa setiap detail senjata laras panjang yang ada di tangannya.

Setelah Adam mengedarkan pandangannya, ternyata dia adalah satu-satunya wanita di ruangan itu, namun aura yang dia pancarkan tidak kalah kuat dari para pria di sekitarnya.

Totalnya terdapat 13 orang, termasuk dirinya dan semuanya nampak sibuk. Mereka terlihat serius mempersiapkan berbagai peralatan dan perlengkapan, seperti membersihkan senjata, memakai rompi pelindung, mengangkat barbel ataupun hanya sekedar merokok dengan menatap sinis kearahnya.

Adam tidak berbicara apapun, tidak juga tersenyum, hingga akhirnya seorang pria melepaskan senyuman ramah terhadapnya. Dia berjalan mendekat dengan tangan terbuka lebar. "Wah kebetulan, kita sedang kekurangan anggota. Nyonya Nadine memang sangat peduli dengan divisi 6," katanya dengan riang.

Adam menyambut tangannya, mereka berjabat tangan. "Nona, siapa namamu?" Tanya pria ramah itu.

Seketika orang-orang disana tertawa, menertawakan lelucon murahan yang di tujukan ke Adam.

"Kraken."

"Nyonya Nadine yang memberikan nama itu?"

"Ya."

"Wah, sungguh tidak adil, wanita cantik sepertimu malah diberi nama seburuk itu."

"Jangan terlalu kasar, Oscar. Aku takut jika aku harus mengepel lantai karena gadis itu mengompol," ejek salah satu pria di sudut ruangan.

Mereka merundungnya, itu kenyataannya. Namun, ekspresi di wajah Adam sama sekali tidak berubah. Diam, tidak tersenyum, tapi juga tidak terlihat sedang marah.

"Berhenti membuang-buang waktu dan tenaga kalian, okay?" Satu-satunya wanita disana berjalan mendekati Adam. "Jadi, apa tujuanmu bergabung dengan kami? Karena uang?"

Perlahan pertanyaan wanita itu kembali memancing gelak tawa dari rekan-rekannya.

"Iya."

Tawa mereka semakin kencang.

Wanita itu tersenyum, melirik kearah rekannya yang tadi tertawa. "Lalu, apa kau sudah tahu pekerjaan apa yang akan kau lakukan selama menjadi bagian dari organisasi?"

"Melakukan misi pengintaian dan pemusnahan terhadap organisasi BioNoct dan sekutunya, demi menjunjung tinggi kebenaran."

"Berikan gadis ini tepuk tangan!" Seru pria bernama Oscar.

Rekan-rekannya bertepuk tangan dengan antusias, sekaligus tertawa dan merundungnya, lagi. Hanya wanita itu yang tidak tertarik untuk tertawa.

Wanita itu melipat tangannya. "Baiklah jagoan, aku dengar kau berasal dari distrik 6. Apakah kau pernah membunuh orang? Berapa yang kau bunuh?"

"12 orang," jawab Adam dengan cepat.

Mungkin karena jumlah yang terbilang sedikit bagi mereka, lagi-lagi mereka menertawakannya.

Wanita itu makin penasaran. "Boleh tahu apa alasanmu membunuh mereka? Apakah lagi-lagi karena uang?"

"Aku membunuh mereka karena mereka menertawakanku."

Seketika suasana menjadi hening.

...[Breathless Dawn]...

"Bersulang demi kemenangan Artemis!"

Oscar berdiri diatas meja, membawa segelas minuman ditangannya, wajahnya kotor, rambutnya berantakan dibalut perban putih yang memerah.

"Hidup Artemis!" Sahut rekan-rekan lainnya dengan semangat, menjawab seruan pemuda itu.

"Bersulang demi kebenaran!"

"Hidup kebenaran!"

Adam juga bergabung disana, walaipun dirinya duduk menyendiri di kejauhan. Sebatang rokok dia keluarkan, dengan melempar senyuman tipis kearah Oscar dan yang lainnya.

"Boleh aku bergabung?"

Pria berbadan besar datang menghampirinya dengan dua kaleng soda, dia melemparkan salah satunya ke Adam lalu duduk.

"Tentu saja, Hammer."

"Mau satu?" Lanjut Adam.

"Ah tidak, kau tahu jika aku telah lama berhenti merokok."

Adam menyalakan rokoknya, menghembuskan asapnya keluar. "Kau tidak bergabung dengan mereka?"

"Nanti saja, aku baru saja selesai dengan rokok, tidak akan lagi terpancing dengan yang namanya minuman."

Mendengar pernyataan temannya, Adam nyaris tertawa. "Kau takut mabuk setelah minum jus dan soda?"

"Mungkin." Hammer tertawa, lalu menepuk pundak Adam dan memegangnya kuat. "Aku bangga padamu, Kraken. Aku tidak berpikir jika kau ternyata dapat mengambil peran sangat penting di divisi kita, bahkan Nona Aurora kerap memanggilmu secara langsung. Aku jadi menyesal, telah memperlakukanmu dengan buruk waktu itu."

"Hammer, kau tahu." Meneguk soda kaleng ditangannya. "Kau tidak perlu meminta maaf denganku soal itu, apalagi di tempat sepi seperti ini, apa kau kesini karena ingin menciumku?"

"Aku lebih suka mencium pantat kuda nil." Hammer tertawa lepas, dia menguatkan cengkraman tangannya lebih kuat, lalu kembali menepuk bahu Adam beberapa kali. "Kau benar, Kraken. Sekarang yang paling penting adalah—"

Adam melihat Aurora berdiri tepat dibelakang Hammer dengan sebuah pistol.

"Tu-tunggu!" Adam melotot.

Senyuman tipis wanita itu kembali muncul. Dia menembak Hammer tanpa sepatah katapun, darah segar seketika mengguyur wajah Adam.

Di tempat itu, lautan darah nampak membanjiri semuanya, teman-temannya yang tadi berpesta tewas mengenaskan. Adam kembali menatap wanita yang berdiri disampingnya.

"A-apa yang ka-kau lakukan?"

Bibir wanita itu bergerak dengan lembut, rambut dan setelan jas hitam yang dia kenakan berkibar terhembus oleh angin malam. "Aku... Yang membunuh Anissa, Adam."

...[Karya ini merupakan karya jalur kreatif]...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!