Jakarta, 23 Desember 2024
Delapan hari sebelumnya
Sepatunya memecah setiap genangan air hujan yang membanjiri jalan di sebuah gang pada malam itu. Dengan memakai hoodie yang melindungi kepala dari gerimis, pemuda itu mempercepat langkah.
Tak berselang lama, ponsel di saku celana bergetar, menghentikan langkah kakinya. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal terpampang di layar ponsel yang terang.
"Seven dan 9 anggota lainnya mati, Wolf dan Zoro juga tertangkap. Temui aku di persimpangan distrik 6 seperti kesepakatan awal."
"Kau punya waktu 15 menit, pastikan kopernya tetap aman. Aurora sedang mengurus para polisi."
"Mengerti," jawabnya saat berdiri di samping bak sampah besar yang berada di sudut gang. Bau busuk bercampur dengan aroma tanah yang basah.
"Kraken," lanjut pria dari sambungan telepon. "Jangan sampai gagal."
Pemuda yang dipanggil 'Kraken' itu menyimpan kembali ponselnya, melihat jarum jam di tangannya, lalu beralih ke sebuah koper berwarna metal yang sedang dia bawa.
...[Breathless Dawn]...
Antrian panjang terlihat mengular di distrik 6. Distrik 6 adalah kawasan paling terisolasi di kota. Bisa di bilang, lokasi ini adalah tempatnya para pecundang, dimana kemiskinan dan kejahatan telah mengerak di setiap jengkalnya.
Pabrik-pabrik besar membentuk distrik ini seperti kerajaan setan, gelap, kotor dan di penuhi gang sempit yang menyerupai labirin.
Semangkuk sup untuk malam ini sebenarnya tidaklah cukup, tapi apa daya, 42 orang itu memang berharap makanan gratis untuk menyambung hidup.
Mereka membawa mangkuk, kaleng dan wadah ala kadarnya untuk menerima sup hambar secara bergantian. Petugas yang membagikan makanan sudah tidak terlihat ramah sama sekali, wajahnya suntuk, seperti membagikan makanan kepada ternak.
"Mana mangkukmu!?" bentak pria gemuk itu saat melihat 'pecundang' didepannya berdiri tegap tanpa membawa wadah apapun.
"Kau melihat seorang pemuda dengan hoodie berwarna hitam lewat sini?"
Si gemuk merenggangkan kedua tangannya sambil tersenyum sinis. "Lihatlah sekelilingmu, hoodie hitam mana yang kau maksud?"
Hanya perlu waktu sepersekian detik untuk merontokkan giginya. Belum selesai dengan pukulan, dia menarik tengkuk si gemuk itu hingga pipinya menempel erat pada sebuah meja diantara mereka. Sebuah pistol juga ditodongkan, siap diletuskan kapan saja.
"A-ampun, ku-kumohon, saya benar-benar tidak tahu." Mulutnya merah menyala, giginya tanggal.
"Pemuda memakai hoodie, membawa sebuah koper berwarna perak."
"Oh-itu! Dia pergi ke-kesana, Tuan!" Menunjuk ke sebuah gang yang gelap.
Pria bersenjata itu lantas melepaskan cengkramannya, membiarkan si gendut berdiri sempurna, lalu melepaskan satu tembakan di kepala.
Suara letusan peluru lantas membuat semua orang disana reflek menunduk dan mengangkat kedua tangan mereka setinggi dada hingga diatas kepala.
"Adakah disini yang melihat pemuda dengan hoodie hitam dan koper perak!?"
Pria itu menodongkan pistol kesegala arah, tidak segan menembak untuk kedua kalinya.
Berbeda dari orang disekitar yang tenggelam dalam kebisuan, seorang pemuda dengan wajah penuh oli perlahan mendekati pria itu, tentu saja, dia juga takut.
"Apakah koper bertuliskan BioNoct?"
"Kemana dia pergi?"
"Aku melihatnya berjalan keluar dari pabrik tua di ujung jalan sana," kata pemuda itu, menunjuk ke arah gedung besar yang terbengkalai. "Aku lihat dia tampak bergegas menuju ke jalan bawah tanah, yang biasa digunakan para pengemis untuk berlindung dari hujan."
Jalan bawah tanah itu memang terkenal di distrik 6, sebuah jaringan labirin bawah tanah yang biasa mereka sebut "persimpangan". Banyak cerita beredar tentang orang-orang yang masuk dan tidak pernah ditemukan lagi, membuatnya menjadi tempat yang menakutkan bagi sebagian besar penduduk distrik. Namun pada kenyataannya, yang nekat masuk kesana hanyalah para pengedar narkoba, perdagangan manusia, pasar gelap dan praktik busuk lainnya, warga biasa mungkin sudah gila jika berani mendatangi tempat itu.
Pria bersenjata itu, tanpa mengucapkan terimakasih atau memberikan kompensasi, bergegas menuju ke arah yang ditunjukkan pemuda itu, meninggalkan kekacauan di belakangnya.
...[Breathless Dawn]...
Tenda dengan berbagai macam warna, orang-orang tua meringkuk beralaskan kardus, dan puluhan tikus yang terlihat lalu lalang seperti layaknya mobil di jalan raya. Mungkin itu sedikit gambaran mengenai kumuhnya jalan bawah tanah ini. Selain sebagai jalan bawah tanah, lokasi ini juga sangat luas, karena menjadi sumber resapan dan pembuangan limbah, itulah mengapa tempat ini ditinggali banyak orang layaknya rusun.
Pemuda dengan sebutan 'Kraken' itu berjalan dengan santai melewati kerumunan orang disana. Langkahnya yang menggema terhenti, setelah mendapati sebuah mobil van terparkir di depannya.
Pemuda itu segera masuk, menutup pintu dan memberikan kopernya ke seorang pria yang tengah duduk dikursi pengemudi.
Garis senyuman terukir diantara batang rokok yang melekat dibibir pria itu saat membuka koper. "Kerja bagus, kawan."
"Apakah itu asli?" tanya 'Kraken' saat menatap beberapa vial dan jarum suntik yang berada di dalam koper.
Pria itu menggeleng pelan, menarik sabuk pengaman dan menyalakan mesin. "Jangan tanyakan hal semacam itu kepada orang bodoh sepertiku."
Mobil van melaju kencang menerabas hujan, melewati jalanan sempit yang penuhi tikungan tajam. Hingga sampai di tikungan ke empat, lampu mobil menyoroti beberapa pria bersenjata lengkap sedang berdiri di tengah jalan.
"Brengsek!" seru si supir saat ia membanting setir, mencari jalan alternatif.
Rentetan tembakan terdengar, memecah keheningan malam. Pintu belakang, hingga kaca mobil akhirnya menjadi korban.
Pemuda itu menoleh kebelakang. "BioNoct?"
"Bukan, lebih buruk."
Ban mobil berdecit, melindas semua yang di laluinya.
"Brengsek! Mereka terus mengejar."
Suara motor mengikuti laju kencang mereka.
"Kraken! Kau urus mereka, jangan sampai mereka mengincar ban mobil!"
Kraken merangkak ke bagian belakang van, menghindari beberapa peluru yang menembus masuk.
Di bagian belakang mobil, terdapat sebuah peti yang tertutup kain dan tumpukan majalah dewasa, punya si supir. Tanpa ragu Kraken membuka peti, mengeluarkan sebuah senapan laras panjang.
"Kau pernah memakai SS2?" tanya si supir.
(SS2 adalah jenis senapan serbu)
Tatapan Kraken tampak tajam saat dirinya mengongkang senapan itu. Pemuda itu merangkak ke pintu belakang mobil yang nyaris lepas karena di berondong peluru. Dia membuka pintu, dan apa yang dia lihat, ternyata tidak semudah apa yang dia pikirkan sebelumnya. Guncangan hebat di dalam mobil sangat menyulitkan Kraken untuk membidik musuh-musuhnya.
Tiga buah sepeda motor masing-masing di tunggangi oleh 2 orang, salah satunya duduk setengah berdiri dibelakang, memberondong mobil tanpa ampun.
Hampir saja terjungkal keluar, Kraken memberanikan diri untuk menembak, tanpa bidikan yang akurat.
Desingan peluru merobek malam, membuat kepanikan dari para 'pecundang' yang menonton mereka di pinggir jalan.
"Ya Tuhan, Kraken! Apa kau belum pernah menembak!?" keluh si supir.
Satu peluru bersarang tepat di tenggorokan salah satu pengemudi motor. Alhasil, mereka berdua terjungkal dan motornya terbanting beberapa kali.
Sasaran kedua berhasil dilumpuhkan, orang yang duduk di bagian belakang motor tertembak. Si pengemudi tidak menyerah, dia mengeluarkan pistol dengan tangan kirinya, menembak dua kali hingga merobek bahu Kraken. Pemuda itu berlindung, menahan luka di bahunya, sedangkan pemotor itu justru kehilangan keseimbangan dan terjatuh seperti rekan sebelumnya.
Hanya tersisa satu motor, dua orang. Itu yang seketika muncul di benak pemuda itu. Dia kembali mengarahkan senapannya, menahan rasa nyeri dan mual yang bercampur jadi satu.
Jantungnya berhenti sejenak, pelurunya habis. Sedangkan pemotor itu hanya tinggal menarik pelatuk senapannya.
"Oscar, hentikan mobilnya!"
Suara hantaman yang begitu keras, mengejutkan tikus yang berpesta di tepi jalan. Pemotor itu menabrak bagian belakang mobil, satu di pastikan tewas dan yang satunya terlempar masuk kedalam van.
Kraken mengunci pria itu, sesekali memukulnya tanpa ampun. "NexusX?"
Dibalik helm, pria dengan wajah hancur penuh darah itu malah meringis dan tertawa.
Oscar membunuhnya dengan satu kali tembakan. "Sepertinya prediksi Aurora benar, mereka bersekongkol."
"Kedua organisasi itu?"
"Ya. Buang saja jasadnya, kita harus segera pulang."
Belum sampai menyalakan mesin, puluhan orang berdiri didepan mobil, begitu juga di belakang dan samping.
Wajahnya kini bercampur dengan lumpur dan air hujan. Pemuda itu menatap rekannya, Oscar, yang sedang dihajar habis oleh sekelompok pria dengan tongkat baseball.
"Oscar... "
Sebuah tendangan dari belakang membuatnya tersungkur mencium aspal. Dia menatap Oscar yang terbaring membelakanginya tanpa bergerak , hanya darah, darah, dan darah yang membasahi jalan.
Jaketnya ditarik dari belakang, membuat badanya tegap dengan kedua lutut menempel di aspal.
Pria tinggi dan kekar berdiri dihadapannya dengan angkuh, pria yang telah membuat kekacauan di tempat pembagian makanan gratis.
Pria itu berjongkok sambil memperlihatkan tas koper perak yang barusan dicuri.
"Menyesal?" kata dia.
Kraken membalas dengan meludah kesamping.
Pria itu lantas berdiri, menarik napas kuat-kuat, lalu melayangkan tongkat baseballnya tepat di pelipis pemuda itu.
...[Karya ini merupakan karya jalur kreatif]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
S.agatha off✴️
Panjang banget🤔🙄
2024-04-18
1