Setelah mengunjungi dua anak burung itu, Carl menuju tempat di mana ia harus bertemu dengan Galileo untuk membahas sesuatu.
Sepanjang perjalanan Carl menatap dingin Laneige sampai membuat lelaki itu merasa tidak nyaman.
"Apakah ada sesuatu di wajah saya?" tanyanya.
"Kau ... apa kau sengaja meletakkan kedua burung itu di sana?"
Laneige tidak langsung menjawab. Ia menatap sendu rerumputan hijau yang dirawat dengan baik oleh tukang kebun kediaman Duke Varmelion.
"Saya tidak bermaksud melakukan hal tersebut. Namun, melihat sikap Elang Kabut yang begitu agresif dan membuat kekacauan, saya putuskan untuk membawanya ke taman kaca Nyonya Sofia. Mereka baru tenang ketika mereka berada di sana, meskipun para pelayan kesulitan untuk memberi mereka makan karena selalu diserang. Saya sudah membuat kesalahan. Saya akan menerima hukuman yang setimpal," jelas Laneige.
Lelaki tua itu membungkuk hormat kepada Carl. Meminta maaf dengan tulus.
"Hukumanmu cari seorang yang sangat paham dengan tanaman dan rekrut dia untuk bekerja di sana."
Laneige yang sudah kembali berdiri tegak menatap bingung Carl. "Duke sudah memberikan sihir kepada taman tersebut, bukankah itu sudah tidak perlu dirawat secara manual? Lagi pula sihir yang digunakan tidak akan pernah membuat tanaman tersebut layu."
Carl tahu pasti bahwa seluruh taman kaca telah dilapisi oleh sihir pengawetan yang akan membuat taman terlihat segar dan tidak pernah layu. Namun, hal tersebut tidak disukai oleh tanaman yang selalu mendapatkan kasih sayang dari pemiliknya.
Mereka terlihat baik-baik saja, tetapi sebenarnya sedang sekarat.
"Aku akan melepaskan sihir pengawetan yang melindungi taman kaca, lagi pula taman itu sudah diserahkan kepadaku. Aku tidak perlu meminta izin Ayah untuk melepaskannya, bukan?"
Alasan Duke melapisi taman kaca dengan sihir pengawetan adalah untuk menjaga kenangan dari istri pertamanya. Saat Carl kecil, ia sering pergi ke sini untuk menangis karena merindukan Ibunya, ia juga akan menangis karena karena tanaman akan layu dan mati.
Taman itu adalah area terlarang yang tidak memperbolehkan siapapun memasukinya, kecuali Carl dan Duke.
"Saya mengerti. Saya akan berusaha untuk mencari ahli botani terbaik di kerajaan dan merekrutnya segera." Laneige sangat senang mendengarnya.
Akhirnya setelah 21 tahun terabaikan, taman kaca akan kembali dihidupkan.
Sebuah gundukan tanah muncul ke permukaan dan seekor tikus tanah muncul dan melompat di depan wajah Carl.
"Akhirnya aku menemukanmu," serunya bersemangat.
Dari arah depan terlihat Justin sedang berlari menuju ke arahnya dengan kewalahan.
"Saya minta maaf tuan muda, tapi Gary terus meminta untuk bertemu dengan Anda."
Carl menghindar, ia meraih Gary sampai membuat Gary memeluk jarinya.
"Hehe, aku tidak akan melepaskanmu sekarang," ucapnya senang membuat rahang Justin turun.
Gary bukanlah spirit yang mudah di dekati karena sifat usilnya, terlebih lagi yang tidak suka dengan orang asing. Namun, Gary tampak sangat menyukai Carl. Mungkin ia senang bisa berbicara dengan orang lain selain kontraktornya.
"Gary tolong jangan lakukan hal itu!" mohon Justin.
Carl hanya tersenyum melihat sikap manja Gary.
Seorang pelayan lalu datang dengan membawa sebuah surat.
"Tuan muda Ron Clothilde mengirimkan sebuah surat kepada Anda, ia juga memberikan sebuah hadiah." Pelayan itu mengatakan kalau Galileo, Raiga dan hadiah yang dimaksud sedang menunggu di ruang tamu kediaman Duke.
Carl memang meminta Galileo untuk bertemu dengannya di sana, tetapi ia tidak menduga kalau Raiga juga akan berada di sana.
"Baiklah. Justin ikutlah denganku ada yang ingin kubahas bersama kalian. Ron tolong segera cari orang yang kuminta secepatnya."
...***...
Di ruang tamu kediaman Duke, terlihat Galileo sedang menikmati memakan makanan pencuci mulut yang hanya bisa dinikmati di keluarga Duke.
Raiga terlihat juga ikut duduk di sisinya. Dengan kaku menikmati kue tersebut. Awalnya Raiga memilih berdiri karena statusnya yang tidak sejajar dengan Galileo, tetapi Galileo yang tidak terlalu memikirkan tingkat status memaksa Raiga untuk duduk di sebelahnya.
Di hadapan mereka juga ada seorang lelaki bertelinga runcing dengan tangan yang dirantai. Ia adalah Elf yang didapatkan Ron di lelang, entah kenapa lelaki itu menyerahkan kepada Carl.
Elf itu memiliki rambut blonde dengan iris mata hazel yang jernih. Tatapannya sendu seolah tidak memiliki semangat. Ia hanya menatap kue di depannya tanpa berani menyentuhnya.
Seperti yang terjadi kepada Raiga, Elf tersebut juga dipaksa untuk duduk di sofa oleh Galileo.
Saat Carl datang dengan Gary di bahu lebarnya juga Justin yang berada di belakangnya. Raiga dan Elf tersebut langsung berdiri untuk menyambut sedangkan Galileo tampak abai dan tetap menikmati kuenya.
Carl juga tidak terlihat keberatan. Mungkin karena status mereka di sini sama atau memang ia hanya tidak ingin repot-repot melakukan hal seperti itu. Toh ia juga tidak berniat melakukan hal serupa.
Carl langsung duduk di sofa tunggal dengan Justin yang berdiri di belakangnya. Justin melototi Raiga yang acuh karena hal tersebut merupakan hal yang tidak sopan untuk rakyat biasa duduk bersama bangsawan.
"Kau juga duduklah," pinta Carl kepada Elf dengan pakaian lusuh tersebut.
Elf tersebut tidak melakukan hal yang tidak perlu dan langsung duduk setengah mengucapkan kata terimakasih yang bahkan hampir tidak dapat terdengar.
"Kau juga Justin, jangan melototi Raiga seperti itu!"
Justin tersentak. "Bagaimana bisa rakyat biasa seperti saya berani duduk bersama para bangsawan."
Galileo melirik santai ke arah Justin dengan sendok yang melekat di bibirnya. "Kalau tak suka silahkan keluar."
"Eh?!"
"Cepatlah," ulang Carl. Ia mengambil surat dari Ron yang ada di mejanya dan membukanya. Di sisi lain, Justin dengan ragu berjalan ke arah sofa di sebelah Elf laki-laki tersebut.
Carl mengerutkan keningnya saat membaca pesan dari Ron.
Sebagai permintaan maaf dariku karena insiden yang tidak terduga di tempat lelang, tolong terimalah hadiah dari saya.
Saya sudah mengetesnya dan sangat penurut. Ia hampir menguasai semua bahasa manusia karena sudah menjadi budak sejak kecil.
ps: Dia sudah tidak lagi berguna untuk saya.
Carl meremas surat tersebut karena rasa kesal. Berani-beraninya Rom menjadikannya sebuah tempat sampah untuk barangnya yang tidak lagi berguna.
Carl melirik Elf tersebut.
"Siapa namamu?" tanyanya.
Elf itu mengangkat wajahnya, tetapi tidak menatap langsung ke mata Carl ketika berbicara.
"Sampah. Begitu mereka memanggil saya," jawabnya.
"..."
Tidak ada yang bersuara sama sekali. Raiga dan Justin sangat terkejut mendengarnya, sedangkan Carl dan Galileo terlihat biasa saja.
Galileo tidak terlalu tertarik dengan hal seperti itu, jadi ia akan bersikap masa bodoh.
Carl memperhatikan dengan seksama tubuh Elf tersebut. Tubuhnya sangat kotor dan kurus. Rambut blonde panjangnya tidak terurus sama sekali.
Carl lalu meminta pelayan untuk membawa Elf itu pergi untuk dibersihkan. Ia melepaskan rantai di tangan dan kaki Elf tersebut.
Setelah Elf tersebut dibawa pergi barulah Carl memulai pembicaraan serius kepada empat orang di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments