Sudah tiga hari berlalu sejak serangan waktu itu dan Carl tak kunjung membuka matanya. Selama waktu itu pula Helios benar-benar menjeda festival sampai Carl benar-benar pulih.
"Apa Anda tidak berniat untuk menjenguk saudara Anda, Nona?"
Justin sedang menahan serangan pedang kayu dari Silviana. Mereka sedang sparing di lapangan latihan. Beberapa ksatria juga berada di sana. Memasang wajah lelah melihat komandan dan tuan mereka sedang berlatih pedang seperti orang bar-bar.
Padahal matahari sudah naik, tetapi tidak ada dari mereka yang ingin berhenti ataupun sekedar untuk istirahat.
"Kenapa aku harus repot-repot membuang waktuku untuk seorang bajingan sepertinya?"
Silviana melompat dengan kedua tangan memegang pedang. Serangan kuat ia lancarkan. Suara pedang kayu yang saling berbenturan terdengar dengan jelas.
"Tuan muda menyelamatkan kita." Justin sedikit menekan kalimat bersamaan dengan tangkisan pedang kayu yang membuat pedang kayu di tangan Silviana terbang dan kemudian menancap sempurna di tanah.
Goan yang kebetulan di tempat itu segera mengangkangkan kakinya. Ia menahan napas gugup karena pedang kayu itu hampir menghancurkan masa depannya kalau saja ia telat menghindar.
"Komandan, tolong hati-hati!" teriaknya yang diindahkan oleh Justin dan Silviana.
Dahi Silviana mengernyit, ia tidak senang dengan perkataan Justin. Meskipun harus ia akui kalau tanpa Carl mereka mungkin tidak akan pernah bisa menang.
Itu berarti ia masih sangat lemah.
"Latihan hari ini berakhir."
Semua Ksatria bernapas lega mendengarnya. Sejak kejadian di mana Monster beruang itu menyerang, para ksatria telah dituntut untuk berlatih berkali-kali lipat dibandingkan biasanya. Terlebih dengan ksatria Burung Putih yang di mana Justin sebagai komandan.
Para ksatria sudah hampir gila karena harus berusaha mengimbangi latihan komandan mereka, ditambah dengan munculnya Silviana yang biasanya berlatih sendiri sekarang ikut bergabung dengan mereka.
Ksatria burung putih merasa telah hidup di neraka. Mereka berharap Carl cepat sadar agar Tuan Duke mau memulai festival Puncak Musim Panas dan menjauhkan mereka dari lapangan latihan mematikan ini.
"Kau juga merasakannya, kan? Tuan muda telah menjadi kuat dan lebih kuat dibandingkan kita." Justin mengepalkan tangannya. Ia merasa malu pada dirinya sendiri karena membiarkan orang yang seharusnya ia lindungi malah maju dan melindunginya.
"Itu hanya kebetulan."
Justin tersentak. Ia menatap punggung Silviana yang makin menjauh meninggalkan tempat latihan.
Goan berjalan mendekati komandannya dengan wajah lelah. "Nona menjadi lebih dingin sejak hari itu," ucapnya. Ia ikut menatap punggung Silviana yang kemudian menghilang di balik pintu kayu besar.
Justin mengalihkan pandangannya ke sekitar. "Kalian punya waktu lima menit untuk istirahat dan kembali melanjutkan latihan," tuturnya dengan wajah bersemangat.
Para ksatria burung putih menjatuhkan rahang bawah mereka ke tanah. "Anda pasti bercanda, Pak! Kita sudah latihan sejak matahari belum muncul dan Anda hanya memberikan kami istirahat lima menit?"
"Kita tidak tahu kapan monster akan muncul dan menyerang wilayah ini kembali."
Saat Gaon hendak protes, Justin kembali bersuara. "Waktu istirahat kalian tinggal tiga menit lagi," ucapnya yang membuat pasukan burung putih pingsan di tempat.
...***...
Sejujurnya Carl tidak senang dengan rasa sakit di kepalanya, tetapi ini lebih baik dan ia pasti akan terbiasa cepat atau lambat.
"Tuan Duke sangat senang mendengar bahwa Anda sudah siuman. Nyonya memerintahkan kepala koki untuk memasak makan kesukaan Anda sebagai menu makan malam dan Tuan Duke mengirimkan suplemen langka. Mereka akan menjenguk Anda setelah urusan mereka selesai," jelas Laneige.
Pelayan tua itulah yang selalu berada di sisi Carl sejak tiga hari lalu.
"Tidak. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaan mereka, jadi bilang tidak usah menjenguk."
"Orang tua Anda sangat mengkhawatirkan keadaan Anda tuan muda."
Carl bergeming. Ia menyentuh kepalanya pelan yang masih berdenyut. Bagaimana cara menonaktifkan kekuatan Linguistik ini?
"Berapa lama aku tertidur?"
"Tiga hari," jawab Laneige. Ia membantu Carl untuk bangun dan memberikannya minuman.
"Itu berarti tersisa empat hari sebelum kemunculan Raiga," batin Carl. Ia meneguk habis minumannya.
"Apakah Silviana sudah berangkat ke Ibu kota?"
Laneige menggelengkan kepalanya. "Tuan Duke menunda festival Puncak Musim Panas sampai Anda bangun dan Nona memilih untuk berangkat setelah Festival Puncak Musim Panas."
Carl tersentak. "Jadi Festival tidak dijalankan seperti jadwal?"
Laneige mengangguk sebagai jawaban.
Carl menyentuh kepalanya lagi. Rasa sakitnya terasa bertambah berkali-kali lipat sekarang. Apakah ia sudah terlalu mencolok sebagai seorang NPC.
Suara ketukan terdengar dari arah pintu. Carl tahu itu bukanlah orang tuanya ataupun adiknya. Karena mereka adalah tipe yang akan langsung masuk dengan tidak sopan.
Laneige berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia cukup terkejut melihat tamu yang datang.
Justin berdiri dengan eskpresi wajah tegang di depan Carl yang duduk bersandar di kepala kasur. Ia sangat tidak nyaman dengan kehadiran tokoh penting itu.
"Laneige keluarlah," perintah Carl karena Justin pasti tidak akan pernah berbicara sampai pelayan tua itu meninggalkan mereka.
"Anda kan baru sadar. Anda pasti butuh saya di sisi Anda, Tuan muda." Laneige memasang wajah sedih dan nada bicaranya setengah merengek.
"Tidak. Dia bisa menggantikanmu sementara," ujar Carl.
Laneige menghela napas, ia menatap tak senang Justin sebelum benar-benar keluar dari kamar Carl.
"Dia sepertinya memiliki dendam kesumat padaku," guman Justin dengan suara pelan.
Carl mengindahkan meskipun ia tahu apa alasan Laneige membenci Justin.
"Jadi apa yang kau inginkan dariku?"
Ketika Carl menanyakan itu, sebuah sinar terang muncul di lantai dan seekor tikus tanah berwarna hitam muncul.
Ia melompat ke arah Carl dengan ekspresi menyebalkan. "Aku tidak merasakan adanya tanda-tanda bahwa kau pernah berinteraksi dengan spirit agung, tetapi bahasa yang kau gunakan tidak salah lagi adalah bahasa pohon. Kau, dari mana kau bisa berbicara dengan mereka?"
Justin sangat terkejut dengan sikap spirit kontraknya. Bisa-bisanya tikus tanah itu langsung muncul dan melompat ke arah Carl dengan tidak sopan.
"Gary jangan lakukan itu!" Ia segera menangkap Gary.
"Maaf atas sikap tidak sopan saya. Saya ingin mengucapkan terimakasih dan meminta maaf kepada Anda karena tidak bisa melindungi Tuan." Justin membungkukkan badannya 90 derajat.
Carl hanya memasang wajah tidak peduli. Setelah meminta maaf, ia mulai mengatakan tujuan lainnya bertemu dengan Carl dan menerjemahkan semua perkataan Gary yang tadi.
Tentu saja Carl tidak menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Ia hanya bilang semua itu kebetulan saja dan kata-kata itu adalah mantra sihir yang tidak sengaja ia temukan saat membaca.
Gary tentu saja tidak puas, tetapi Laneige muncul dengan mengusir mereka karena Carl perlu istirahat. Dengan berat hati kedua orang itu pun pamit pergi dan berkata akan mengunjunginya lagi.
...***...
Duchy menjadi sangat ramai karena festival Puncak yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Silviana menjadi juara pertama dalam perburuan dan Carl menjadi VIP.
Malam itu menjadi malam yang sangat menyenangkan karena semua orang tertawa bersama.
Di sebuah tempat di dalam hutan angker. Seorang pemuda bertubuh kekar dan berotot dengan pakaian dominan hitam berdiri di tengah hutan yang hanya disinari oleh cahaya bulan.
Ketika pemuda itu mendongak dan membuka mata. Rambut hitam segelap malam dan iris mata merah seterang ruby bersinar. Wajahnya tampan dengan rahang tegas, serta alis mata tebal dengan hidung mancung yang disempurnakan dengan bibir sensual.
"Aku harus segera ke sana," ucapnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Atuk
🌟🌟🌟🌟🌟
2024-12-12
0
Anonim
refrensi Trash of the Count's Family
2024-02-29
0
Tanpa Nama
Up
2024-02-09
0