Carl menyusuri lorong besar yang diterangi oleh cahaya temaram dari beberapa lentera. Ia merasa cukup beruntung karena tidak harus bertemu dengan orang-orang berpakaian gelap tersebut.
Namun, hal itu hanya sementara. Saat ia tiba di depan sebuah pintu. Suasana berubah mencekam. Ia meneguk ludahnya dan memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut.
Ia harus bersiap seandainya ada belati terbang yang menuju ke arahnya lagi seperti beberapa menit lalu.
Begitu kenop pintu ditarik, seorang lelaku dengan mantel hitam panjang berdiri membelakanginya. Carl tahu benar siapa orang tersebut, karena ia adalah pria yang seharusnya akan bertarung dengan Raiga.
“Tidak kusangka akan kedatangan tamu seperti ini.” Lelaki itu perlahan berbalik.
Seorang pria dengan rambut seputih salju dengan kedua mata yang tertutup berdiri tepat di hadapan Carl. Ia adalah Daniel. Salah satu petinggi dari organisasi gelap yang kelak akan menghancurkan dunia.
“Apa yang harus kulakukan untuk menghukum orang tidak patuh seperti mereka?” gumannya dengan suara kecil.
Daniel terlihat sangat tidak tertarik dengan Carl. Lelaki itu tampak lebih tertarik bagaimana ia harus menghukum anak buahnya yang tidak becus bekerja.
Carl memanfaatkan situasi ini. Ia diam-diam melirik dua ekor burung salah satunya sedang terluka di dalam kandang. Ia dengan hati-hati bergerak ke sisi kanan.
Trash!
Sebuah kristal es terbang ke arahnya dan menancap tepat di dinding sebelahnya.
“Aku tidak suka diabaikan seperti itu,” ujarnya tanpa membuka mata.
“Ck, padahal ia sendiri mengabaikan orang lain,” tukas Carl.
Ia melihat sekitar untuk mencari benda apa yang bisa dijadikan sebuah senjata. Daniel adalah tipe penyihir yang memiliki atribut es. Dengan kemampuannya ia bisa dengan mudah membekukan segala hal.
Hal ini terbukti dengan bagaimana suhu udara di ruangan menurun. Carl bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana uap panas keluar dari mulutnya ketika ia bicara.
“Sialan. Aku terlalu percaya diri tidak akan bertemu dengannya secara langsung, sehingga tidak menyiapkan senjata sama sekali.” Carl mengumpat dalam hati karena kebodohannya sendiri.
Daniel menghembuskan napas dan membuat uap panas keluar dari mulutnya. Udara di sekitarnya semakin turun, membuat seisi ruangan menjadi dingin.
Ia menyentuh udara seolah sedang memegang sesuatu dan benar saja. Sebuah tombak yang terbuat dari sihir es muncul dalam genggamannya.
Carl lagi-lagi mengumpat, ketika tombak itu terbang ke arahnya dan hampir menembusnya jika saja ia tidak menghindar dengan benar.
Tombak yang menancap di dinding itu tiba-tiba meledakkan angin dingin dan membekukan segala sesuatu dalam jarak lima meter di sekitarnya.
Carl meneguk ludahnya. Membayangkan bagaimana tubuhnya akan membeku hanya karena berada di sebelah tombak es itu membuatnya takut.
Perasaan bagaimana ia akan mati untuk kedua kalinya terbayang. Bagaimana rasa sakit dari sebuah belati dingin yang menembus jantungnya. Rasa takut itu seolah menyerap napas kehidupannya.
Carl tiba-tiba saja kesulitan bernapas. Ia tidak tahu bahwa bayang-bayang kematian itu akan menghantuinya sampai seperti ini.
Ia tidak ingin mati untuk kedua kalinya.
Daniel yang sejak tadi hanya diam, melihat Carl dengan bingung. “Kenapa ada orang selemah ini?” ujarnya.
Ia membentuk sebuah tombak es lagi. Bersiap untuk menerbangkannya ke arah Carl.
“Matilah!” Daniel melemparkan tombak es itu ke arah Carl. Sebelum tombak es itu mengenainya, serangan api muncul dari arah yang berlawanan dan melenyapkan es tersebut.
Seorang lelaki dengan rambut merah dengan iris mata hijau muncul dari sisi Carl.
“Maaf mengganggu, tapi kau tidak bisa membunuhnya begitu saja.”
Daniel menggigit kukunya. “Cih. Dia bilang penyihir itu tidak akan datang ke sini,” cibirnya.
“Seperti yang dirumorkan bahwa tuan muda dari Duke Varmelion adalah sampah yang hanya tahu menghamburkan uang,” sarkas pria itu. Ia melepaskan topeng yang dikenakannya dan menatap rendah Carl.
Kemana perginya sikap sombong lelaki kaya itu tadi? Pikirnya.
Carl mencoba mengontrol rasa takutnya. Ia mencoba untuk duduk. “Senang bisa begitu terkenal sampai ke wilayah Wilder. Bahkan pewaris menara sihir sampai mengenali saya, tuan Galileo,” balas Carl. Ia tersenyum pahit karena menunjukkan sisi lemahnya.
Namun, kalau harus diingat-ingat ia memang lemah. Biasanya orang yang bertransmigrasi akan memilih berlatih ilmu bela diri atau mencari artefak sihir untuk melindungi diri mereka dari kematian, tetapi ia malah sibuk membaca buku dan bermalas-malasan.
“Bagaimana bisa Anda bangga dengan hal buruk itu?”
Galileo menepis serangan es yang dilancarkan Daniel dengan apinya. “Sangat tidak sopan menyerang saat orang sedang bicara.”
Daniel menyeringai. Ia semakin menurunkan suhu udara yang di sekitar sampai membuat beberapa es muncul di sekitar mereka.
Galileo berdecak melihatnya. Ini menunjukkan bahwa ia masih belum cukup kuat untuk melawan master sihir ditingkat itu.
“Kayaknya kita harus mengucapkan selamat tinggal deh dengan adik perempuan kita.” Galileo mencoba memaksakan senyum dengan keringat dingin.
Carl menarik pakaian Galileo, sampai membuat lelaki berambut merah itu memandangnya dengan bingung.
Jangan bilang Carl ingin dipeluk.
“Gulungan sihir ….”
“Apa?” Galileo mengulang pertanyaannya memastikan pendengarannya tidak salah.
“Gulungan sihir. Kau punya, kan? Aku akan mencobanya dan kau coba buat ia terganggu!”
“Tidak-tidak! Kau bahkan tidak punya kekuatan sihir!” Galileo mencoba mengabaikan permintaan Carl, tetapi tatapan Carl yang terlihat sangat serius membuatnya dengan terpaksa merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kertas kecil yang berisi sebuah lingkaran sihir merah.
“Itu hanya percobaan, satu-satunya yang kubawa Cuma itu.”
Carl menatap kertas kecil di tangannya. Berkat kemampuannya Carl bisa tahu kalau sihir dari kertas itu belum sempurna. Ia melihat ke arah Galileo yang tampak menahan serangan sambil melancarkan serangan kepada Daniel.
Dalam novelnya, Galileo tidak disebut sebagai penyihir terkuat, tetapi ia menjadi penyihir terhebat karena semua percobaan yang ia lakukan berhasil membantu dalam perang dan kehidupan sehari-hari penduduk.
Carl menyeringai. Rasa sakit pada kelapanya kembali muncul saat ia mencoba menggunakan kekuatan tersebut.
Setelah berhasil menyempurnakan sihirnya, Carl lantas merapalkan mantra sihir yang sudah di sempurnakan. Lingkaran sihir yang awalnya berada pada kertas bersinar dan melayang ke depannya. Membesar dengan cahaya menyilaukan.
Setelah mantra sihir selesai dibaca. Sebuah api raksasa keluar dari sana dan menyerang Daniel. Ruangan itu terbakar tanpa sisa, bahkan sosok Daniel pun lenyap di sana. Menyisakan sebuah potongan kain yang termakan api.
Galileo menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia tidak pernah melihat serangan sihir sekuat itu, bahkan ia sangat yakin kekuatan itu lebih kuat dari serangan sihir Daniel.
Uhuk!
Carl terbatuk-batuk dengan darah yang menyembur keluar. Ia berusaha untuk tetap sadar meskipun rasa sakit di tubuhnya terasa menggerogoti seluruh organ dalamnya.
“Oi kau baik-baik saja?” Galileo berjongkok di sisinya. Ia mengeluarkan potion penyembuh dan meminta Carl meminumnya.
Saat Carl selesai meminumnya, sebuah akar tumbuhan muncul dari dalam tanah. Membungkus sesuatu di dalamnya.
“Apa lagi ini? Sebuah serangan?”
“Tenanglah,” pinta Carl. Ia menahan Daniel yang hendak menyerang akar besar itu. Setelah merasa aman, akar itu perlahan membuka bungkusannya dan memperlihatkan dua ekor anak burung elang.
Carl mengucapkan terimakasih dalam bahasa pohon dan pohon itu menghilang kembali ke dalam tanah.
.
......To Be Continued .........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Tanpa Nama
up
2024-02-17
0