Karena Yang Jian tidak punya banyak waktu dia berencana menyelesaikan masalahnya dengan cepat, namun dia sebisa mungkin menyembunyikan kehebatan nya di depan semua orang karena itulah pesan sang ayah. Jadi dia tidak ingin mengakhiri semua dengan cara orang-orang cultivator namun dengan cara baik-baik.
Xiao Ming takut kalau hal itu justru akan membahayakan Yang Jian, bukan tanpa alasan Xiao Ming memiliki pemikiran demikian dia cukup mengetahui sifat manusia yang egois dan serakah.
Yang Jian memulainya dengan menggunakan ilmu guanghuan ajaran Xiao Ming, guanghuan adalah ilmu untuk menekan lawan hanya dengan aura saja.
Yang Jian perlahan-lahan mengalirkan sedikit qi ke seluruh tubuhnya hingga sampai di titik seluruh tubuh Yang Jian di lingkupi oleh qi yang hanya dapat di lihat dan di rasakan olehnya dan sedetik kemudian dia mengubahnya menjadi aura guanghuan.
Ilmu ini mirip seperti aura pembunuh namun ilmu guanghuan jauh lebih kuat, bahkan dapat membunuh lawan dengan mudah apabila praktiknya rendah. Ilmu ini tidak dapat dilihat namun memiliki efek yang cukup besar.
Yang Jian hanya mengeluarkan guanghuannya sebanyak tiga puluh persen dan mengarahkan hanya kepada Gong Fu namun Gong Fu sudah jatuh berlutut, kakinya gemetar. Keringat dingin mulai membasahi kening nya. Gong Fu mulai menggigit bibir ujung bibirnya untuk mempertahankan kesadarannya yang sudah mulai berkurang.
Gong Fu merasakan beban berat di pundaknya, dia melihat Yang Jian seperti melihat malaikat pencabut nyawa, bahkan untuk menatap manik mata biru milik Yang Jian dia tidak sanggup. Hal ini karena tingkat praktik Gong Fu masih berada di tahap awal master dengan pondasi yang lemah.
Dari sini jelas bahwa Gong Fu hanya mengandalkan sumber daya untuk menaikkan tingkat praktiknya dan tidak di barengi dengan pondasi tubuhnya.
Orang-orang yang melihat Gong Fu sang pedagang arogan berlutut di hadapan anak remaja terkejut, rahang mereka terjatuh dan menganggap kalau ini hanya mimpi. Namun mereka sadar bahwa semua sungguh nyata terjadi di depan mata mereka.
"Ayah, apa yang kau lakukan?" Gong Ou yang tidak merasakan guanghuan milik Yang Jian bingung melihat perlakuan ayahnya. Dia mencoba menghampiri sang ayah untuk membantunya berdiri.
Dia tidak ingin kehilangam harga dirinya lebih jauh lagi kalau melihat ayahnya juga tidak mampu menghadapi Yang Jian. Namun Gong Fu tidak bergeming, meskipun Gong Ou sudah berusaha menggunakan qi nya untuk menganggkat Gong Fu namun itu masih belum cukup untuk menghentikan Gong Fu dari posisi berlututnya.
Yang Jian lagi-lagi menambah kekuatan aura guanghuannya untuk menekan Gong Fu agar Gong Ou berhenti dan menyerah untuk membantu Gong Fu.
"Sa-saya punya mata namun tidak dapat melihat kebesaran tuan muda, tolong hukum si tua ini." Gong Fu berbicara sambil menunduk, ia sungguh menyayangkan kecerobohan yang dia perbuat. Dia benar-benar merutuki kebodohan putra nya yang telah salah mencari lawan.
Bocah misterius di hadapannya benar-benar membuat reputasinya hancur saat ini, sepertinya dia tidak akan lagi memiliki muka untuk menekan masyarakat di desa mulai saat ini.
"Tapi ayah, dia sudah berani..."
"Diam, cepat minta maaf kepada tuan muda." Bentak Gong Fu menyela ucapan anak nya. Dia saja tidak mampu menghadapi Yang Jian bagaimana bisa mereka masih ingin mengajukan keberatan terhadap bocah misterius itu.
Yang Jian tetap diam melihat mereka, orang-orang di sekitar mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun Yang Jian tidak menghiraukan mereka dia menarik kembali guanghuan nya kemudian berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Gong Fu akhirnya bisa bernafas lega.
"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa ayah membiarkan dia pergi" tanya Gong Ou dengan raut wajah kesal.
'Plakk'
Gong Fu memukul kepala Gong Ou. Emosinya sudah benar-benar sampai di ubun-ubun dan sedetik lagi akan membakar Gong Ou hingga menjadi debu.
"Dasar bodoh, sudah bagus dia pergi tanpa membawa kepala mu. Cepat pulang dan jalani hukuman dari ayah." Gong Fu menarik paksa tangan anak nya untuk pergi.
Gong Fu tidak lagi memandang orang-orang yang masih setia menonton pertunjukan mereka, dia bahkan tidak memiliki muka lagi hanya untuk menegakkan kepalanya.
~~
Saat hendak keluar dari gerbang desa Jizeng Yang Jian bertemu dengan sekelompok pedagang yang ingin membawa barang dagangan untuk di jual ke kota Xemin, pedagang tersebut terdiri dari 10 orang membawa tiga gerobak besar dengan masing-masing gerobak di jaga oleh tiga orang dan satunya lagi adalah pemimpin rombongan pedagang tersebut.
"Maaf Tuan, namaku Yang Jian, apakah Tuan berkenan untuk mengajakku ikut dalam rombongan Tuan?" Yang Jian berkata sopan.
Para pedagang saling pandang dan memberi kode untuk jawaban atas permintaan Yang Jian.
"Apakah kau seorang cultivator?" Pemimpin rombongan itu mencoba berbicara kepada Yang Jian dia melihat pedang di punggung Yang Jian.
"Benar Tuan, dan aku sedang berkelana. Jika tidak keberatan ijin kan aku untuk ikut." Yang Jian sebenarnya bingung dengan pertanyaan pedagang tersebut. Apakah identitas nya di perlukan walau hanya sekedar menumpang selama perjalanan? Apabila Yang Jian mengetahui arah dia juga tidak perlu repot-repot bergantung kepada orang lain.
"Baiklah, tapi kau harus membantu apabila ada perampok yang menghadang." Jawab pemimpin rombongan menyetujui permintaan Yang Jian. Menurutnya tidak masalah untuk menambah orang untuk membantu di perjalanan.
Bertambahnya satu orang berarti bertambah satu kesempatan untuk bertahan. Begitulah pemikiran mereka, apalagi Yang Jian walaupun masih sangat muda namun dia adalah seoarang cultivator. Lebih baik dari pada mereka yang hanya manusia biasa.
Yang Jian mengangguk pelan dia sudah tahu bahwa tidak akan ada yang gratis, namun dia tidak menyangka bahwa pemikirannya tepat sasaran, manusia selalu memanfaatkan orang lain untuk kepentingan sendiri. Yang Jian menggelengkan kepalanya pelan ' benar kata ayah' fikir Yang Jian.
Rombongan Yang Jian pun berangkat, pemimpin pedagang itu menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah menuju kota Xemin, kalau tidak ada halangan kemungkinan mereka akan sampai besok sebelum matahari terbenam.
Yang Jian mengangguk, di sepanjang perjalanan dia hanya diam di dalam kereta sambil membaca kitab pemberian Xiao Ming.
Sementara itu para pedagang terus bercengkrama tanpa mengganggu Yang Jian.
Sesekali Yang Jian melihat-lihat sekitar untuk mengingat setiap jalan yang mereka lalui, agar suatau saat nanti dapat memudahkan Yang Jian apabila melewati tempat ini kembali.
Yang Jian juga sama sekali tidak menurunkan sedikitpun kewaspadaannya terhadap sekitar. Hidup berdampingan dengan para siluman sudah cukup membuat Yang Jian agar selalu waspada dua puluh empat jam bahkan di waktu tidur nyenyak sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
harusnya tuan kan ini tentang cerita di negeri Ginseng
2023-08-23
0
Dzikir Ari
Lanjutkan Tor 🙏
2023-06-15
0
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss Yang Jian dan tingkatkan terus kultivasimu yaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnggg lebbbiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihh tinnnngggggggggggggggggggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii laaaaaggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
2023-06-14
0