(Ada adegan dewasa, mohon bijak dalam membaca dan menanggapi.)
Nora mengendap endap masuk ke dalam kamar milik Vincent dan Cillia. Ia menatap semua perhiasan di dalam meja kaca, juga tas tas yang tersusun rapi pada lemari pakaian. Nora berdecih, segala yang Cillia miliki saat ini adalah hasil dari merampas jerih payah keluarga Subroto.
Nora mendekati brangkas dan menggerayangi permukaan benda baja hitam itu dengan lembut. Di dalam sana ada kalung permata yang akan Cillia pakai besok lusa untuk menghadiri pesta gathering milik perusahaan suaminya. Nora harus berhasil mendapatkan kalung itu sebelum Cillia memakainya.
"Dasar brengsek! Tak hanya suami, ia bahkan mengambil kalung warisan milik mamaku juga." Nora getam, seharusnya kalung safir biru bisa menjadi milik Nora begitu Tamara mangkat, oh andai Sarah dan Cillia tak pernah datang dalam kehidupan mereka.
"Akan kubuat kalian membayar semuanya!" Nora memasang kamera micro pada sisi kiri bingkai rak dengan sudut pandang yang tepat menyorot pada bagian putaran brankas. Berharap benda itu bisa merekam Cillia saat memutar knop untuk membuka brangkasnya.
Saat tengah menyetel kamera, Nora yang membungkuk mendadak di kagetkan dengan pelukan dari arah belakang. Ia tersentak ke atas karena jantungnya bedegup sangat cepat. Apa dia akan ketahuan??
"Nora ngapain kamu di kamar saya?" bisik pria itu di telinga Nora.
"Tu ... Tuan Vincent? Kenapa Tuan sudah pulang?" Nora kaget, ini baru jam satu siang.
"Kan sudah kubilang akan pulang cepat hari ini. Aku merindukanmu, Nora," ucap Vincent dengan lugas, secara fulgar ia menjabarkan perasaannya yang begitu menggebu pada sosok pembantu cantiknya. Wajah Nora bersemu kemerahan seakan ia benar benar tersentuh dengan ucapan Vincent.
"Tapi ini kan baru jam satu siang, Tuan," sergah Nora, ia pikir Vincent akan pulang jam tiga sore, sekitar satu sampai dua jam lebih awal, bukannya pulang begitu selesai makan siang.
"Aku pemilik perusahaan, tidak akan ada yang melarangku pulang atau bahkan tidak berangkat ke kantor?" Vincent memutar tubuh Nora, kini mereka saling berhadap hadapan.
"Tak ada yang tidak bisa kulakukan sebagai pemilik perusahaan," imbuhnya.
Benar juga, sial, aku lupa dia ini sangat kekeh bila menginginkan sesuatu, keluh Nora dalam hati. Vincent selalu mendapatkan apa yang dia mau, ia selalu mencapai target dan akan marah bila ada orang yang mengalahkannya. Seperti saat SMA dulu, bahkan Vincent sangat membenci Nora hanya karena nilainya jauh lebih sempurna dibandingkan milik Vincent.
Dan sekarang pria itu menginginkan Nora, menginginkan dirinya.
Nora sepertinya paham kalau Vincent sangat menginginkan untuk berpeluh dengan sang gadis pujaan.
Ia pasti akan mendapatkan Nora saat ini juga. Nora tak akan bisa menolaknya.
"Tunggu saya selesai bersih bersih, Tuan." Nora berkelit, sekuat tenaga ia berusaha untuk mendorong bahu Vincent.
"Lakukan nanti, setelah urusan kita selesai," bisik Vincent seraya mencekal pergelangan tangan Nora ke atas kepalanya.
"Tuan, bagaimana kalau ada yang tahu? Ada mbok Sidah di rumah," tanya Nora.
"Aku memintanya pergi ke rumah mama untuk mengambil lauk pesananku. Ada dua jam pulang pergi. Karena kebetulan jalanan macet di jam sibuk seperti saat ini." Vincent mengendurkan dasinya, ia mengikat pergelangan tangan Nora dengan dasi itu. Nora harus terperangkap dalam kabut gairah yang ia hembuskan.
Nora sudah tak bisa lagi menghindari serangan Vincent, pria ini terlalu di mabuk kepayang hingga tak mampu berpikir rasional. Nora sudah tahu ciri ciri pria yang terbawa napsu, ia sudah sering mengalaminya. Pertama dengan Arga, lalu Farhan, dan sekarang Vincent pun menunjukan hal yang sama.
Mereka sudah kesetanan dan tidak bisa disadarkan hanya dengan kata kata. Pria yang penuh dengan gairah matanya tertutup oleh kabut napsu. Mereka terus mendusel dan melekat pada tubuh wanita seperti lintah. Tak mau lepas sampai lapar gairah mereka terkenyangkan, sampai dahaga napsu mereka terpuaskan.
Nora sudah biasa menghadapi pria pria semacam ini, ia hanya perlu mend3sah seseksi mungkin hingga membuat mereka cepat mendapatkan klimax.
"Tuan Vincent, apa Anda yakin??" Nora bertanya saat tubuhnya terhempas ke atas ranjang. Bagian atas seragam pembantunya sudah berantakan karena ulah Vincent. Dadanya yang besar terlihat menyembul karena beberapa kancingnya sudah terlepas.
"Yakin??" Vincent melucuti semua pakaian yang melekat pada tubuh atletisnya baru kemudian melemparkan kaca mata sembarangan ke atas ranjang. Ia terlihat jauh lebih tampan tanpa kaca mata.
Hanya tersisa boxer ketat, melekat erat menutupi benda yang sudah menjulang bak eiffle tower. Nora cukup terkagum dengan ukuran dan bentuknya yang bengkok ke atas.
Damn it, Nora, bukan saatnya kagum dengan miliknya.
"Anda akan menodai ranjang pernikahan Anda dengan bercinta dengan saya, Tuan. Apa Anda yakin?" ulang Nora, pertanyaannya sama.
"Tentu saja! Sihir apa yang kamu berikan hingga aku bergitu tergila gila padamu?!" Vincent menarik pergelangan kaki Nora hingga tubuh keduanya saling melekat dengan posisi kaki Nora mengapit pinggul Vincent.
Vincent menarik perlahan bagian penutup bawah tubuh pembantunya itu. Meloloskan celana berrenda putih sampai terlepas dari kaki mulus Nora. Vincent mengendus aromanya sesaat sebelum membuang benda itu ke lantai.
Nora menyeringai, benar, seharusnya begini, dengan sukarela Vincent menodai sendiri kesucian pernikahannya dengan Cillia. Benar, seharusnya begini, di atas ranjang yang selalu dingin itu Vincent mencari kehangatan dari tubuh wanita lain. Nora akan membuat ranjang milik Cillia panas setiap hari. Hingga bahkan tak ada waktu bagi Vincent untuk sekedar memikirkan Cillia lagi. Nora akan menggantikan fungsi seorang istri di atas ranjang yang saat ini dipegang oleh Cillia, ia akan memberikan servis terbaik sampai membuat Vincent lupa ia memiliki istri sah.
Tangan lebar Vincent mengelus paha mulus Nora ke arah dalam, ia menggulung rok seragam pembantu hitam itu sampai ke pinggul hingga memperlihatkan mahkotanya yang indah. Nora tak bisa membalas apa pun perlakuan Vincent karena tangannya terikat
"Tolong lakukan dengan pelan-pelan, Tuan," ucap Nora pasrah saat berada di bawah kungkungan Vincent. Vincent mengelus wajah cantik Nora dengan lembut dan penuh cinta. Ia mengusap bibir merah delima milik Nora dengan ibu jarinya sebelum melahap benda kenyal itu dengan rakus.
Vincent sudah dirasuki oleh setan napsu hingga ia langsung menghajar tubuh langsing Nora dengan kenikmatan yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Nora memeluk tubuh Vincent saat persatuan itu terjadi. Ia menyeringai dengan sangat jelas di tengah tengah kerja keras Vincent.
Tunggulah, Kalian, sebentar lagi aku pasti akan mengambil semuanya kembali. Tidak, bahkan aku akan mengambil semua induk beserta dengan bunganya. Batin Nora sambil menikmati persatuan yang terjadi di antara mereka.
...****************...
...Love, Like, Vote, Comment...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
aira aira
uhuy
2024-03-17
1