"Kalung ini peninggalan keluarga mama sejak jaman dulu, Ra. Baguskan?" Pamer Tamara pada gadis kecilnya.
"Bagus sekali, Ma." Tamara menyentuh permukaan kalung yang berkilauan karena pantulan cahaya di batu permata.
"Kelak akan jatuh ke tanganmu, kamu harus menyimpannya baik baik, ya. Karena kalung ini sangat berharga. Bukan hanya karena nilai permatanya, namun karena sejarah yang ada di dalamnya." Tamara menjelaskan asal usul kalung yang sudah ada di tangan keluarga Subroto bahkan jauh sebelum negeri ini merdeka.
Kalung dengan berlian safir biru yang dibuat oleh rumah mode terkenal dari Paris pada tahun 1912. Saat itu hanya kaum bangsawan dan juga orang orang kaya saja yang bisa pergi ke luar negeri, hingga hanya orang kaya pula yang bisa membeli permata seindah lautan ini. Mungkin bila kalung itu dijual sekarang sudah bisa mencapai harga ratusan milyar mengingat besarnya batu berlian pada bagian tengah kalung.
Dan kalung itu kini ada di tangan Cillia, muncul di depan mata Nora saat ia sudah melupakan kalung mamanya ini. Cillia tersenyum puas dan menyimpan kembali kalungnya dalam brankas besi.
"Kalau sudah cepat keluar!! Aku mau istirahat." Cillia mengusir Nora dan Sisca.
Sisca mengangguk dan mendorong Nora keluar juga, Nora masih belum rela keluar dari kamar itu karena tertegun dengan penemuan kalung berharga milik Tamara, harusnya kalung itu menjadi miliknya saat ini. Menjadi warisan atas legacy nama Subroto. Namun kalung itu telah berpindah tangan secara tidak sah di tangan Cillia.
Ya, Tuhan, Mama, maafin Nora. Nora pasti akan mengambil kalung itu kembali dan menyimpannya baik baik, janji Nora dalam hati.
...****************...
Vincent menghenyakkan tubuhnya pada sandaran kursi, ia merasa lelah karena seharian bekerja. Seperti pria pada umumnya, ia merasa tak bisa tidur bila sudah kelelahan seperti ini. Terlalu letih justru membuat matanya susah terpejam. Vincent memutuskan untuk membuka koden di jendela ruang kerja. Terdapat jendela besar yang menghubungkan ruang kerja dengan taman belakang dan juga kolam renang.
KECIPAK KECIPAK!!
Suara air membuat fokus Vincent berpindah, ternyata ada Nora yang juga sama sama tidak bisa tidur. Nora kesal karena pekara kalung. Hatinya kasih mengingat kalung ibunya yang kini dimiliki oleh wanita jahanam itu dan juga putrinya. Ingin rasanya Nora mencekik leher Cillia saat ia memakai kalung tadi dan merebutnya.
"Nora? Sedang apa dia di kolam?" Vincent penasaran, ia menengok lebih maju lagi.
Nora duduk di tepi kolam sambil mencelupkan kakinya, bermain air di sana. Kolam renang memendarkan lampu di dalam air sehingga wajah Nora terlihat. Dia menggerak gerakkan kakinya bermain air.
Mbok Sidah menyusul, ia duduk di gazebo mengobrol sesaat dengan Nora sebelum kembali lagi masuk ke dalam paviliun belakang untuk istirahat, sepertinya ia tengah bertanya besok harus belanja apa untuk bahan makanan.
"Sampai mbok Sidah saja nanya ke Nora alih alih ke istriku. Ck, Cillia memang tak berguna," keluh Vincent yang telah selesai mengamati pergerakan kedua pembantunya. Seharusnya sebagai nyonya rumah Cillia yang mengatur menu harian, mencari buah atau pun kesukaan suaminya, namun justru pembantu baru merekalah yang melakukannya. Ia jauh lebih bijaksana sebagai seorang wanita, lebih cocok menjadi istrinya.
Nora sepertinya sadar kalau Vincent mengamatinya. Pria itu ternyata belum tidur juga.
"Apa aku godain ya?" Nora bergumam, ia pun menarik celana pendekanya semakin ke atas dan mulai mengusapkan air pada pahanya yang mulus. Celana kain pendek itu semakin tergulung naik sampai ke pangkal paha. Otomatis mengundang napsu bagi siapa pun yang menatapnya.
"Ah ... dingin banget," rintih Nora separuh mend3sah. Suaranya begitu seksi hingga membuat Vincent terperangah saat mendengarnya.
Tahu godaannya berhasil, Nora semakin gencar merayu Vincent. Ia melepaskan beberapa kancing atasannya hingga branya terlihat. Dengan lembut Nora menyipratkan air dingin pada lehernya, air menetes dari leher turun ke belahan dada. Kini Vincent mulai tak mampu lagi mengalihkan pandangannya pada tubuh Nora.
Nora membasahi pundaknya yang sedikit terbuka, merasakan kesegaran air kolam yang dingin di malam hari, sesekali ia mengibaskan rambut panjangnya dan membuat aura keseksian semakin terpancar.
Vincent mulai merasakan celananya mengetat, senjatanya mulai bangkit, ia pun menyentuh permukaan kain miliknya sambil menggosok pelan, tanpa sadar ia mencari juga kenikmatan yang sudah lama tidak ia dapatkan.
"Ugghh!!" ... suara d3sahan pelan yang ditimbulkan Vincent membuat Nora menoleh. Nora bergegas menutup pakaiannya dan juga beranjak dari kolam. Ia cekikian dalam hatinya, cukup main airnya, biar Vincent tambah ngampet ga bisa tidur.
"Ahh ... kenapa dia pergi??" Vincent kesal, ia baru asyik berfantasi dengan siluet lekukan tubuh Nora yang begitu mempesona dan juga keindahan gerakannya saat bermain air.
"Siiiaaall!" lengguhan panjang keluar dari bibir Vincent dan menakuti Nora, tanpa sadar ia tadi mengoc0k miliknya sendiri dan merasa enak.
"Aaarrgghh!!" Vincent sudah kelewatan sang3, ia pun bergegas menyelesaikannya di dalam kamar mandi, mengeluarkan benih benihnya ke lubang closet.
Ia merem melek sambil membayangkan wajah cantik dan tubuh indah pembantu barunya. Ia merasa seperti orang gila karena jatuh pada pesona seorang pembantu. Pembantunya memang sangat menarik secara fisik, dan sangat memikat secara personal.
Nora mulai menghantui hidup Vincent belakangan ini, hari demi hari Nora melancarkan rayuan tanpa kata. Meski tidak dengan cara yang terang terangan namun tetap saja Nora berhasil membuat Vincent kecanduan dengan fantasinya bersama Nora. Fantasi yang panas.
"Sepertinya aku benar benar jatuh cinta pada gadis itu." Vincent menyugar rambutnya, kini ia sangat betah berada di rumah. Meminta ini itu dari Nora, bahkan tak segan segan mengamati Nora dari dekat dengan mata yang berbinar.
Memang hanya jatuh cinta satu satunya hal yang bisa membuat orang menjadi bodoh. Vincent yang sudah beristri dan berstatus sosial tinggi pun luluh dengan pesona seorang pembantu.
"Nora tolong ambilkan saya handuk!" Perintah Vincent.
"Ya?? Handuk, Tuan?" Nora berlagak kaget saat Vincent berteriak dari dalam kamar mandi.
"Iya," sahutnya.
"Tapi, Tuan. Handuknya kan di dalam kamar mandi." Nora mendorong sedikit pintu kamar.
"Masuk saja!" Nora berhenti membersihkan kamar bergegas mengambil handuk dari lemari di bawah wastafel atas perintah Vincent.
"Silahkan, Tuan."
"Thanks." Vincent keluar dari bathtube dan melilitkan handuknya pada pinggang. Ia sengaja pamer tubuh atletisnya yang begitu menggoda pada Nora.
"Hmm ... saya keluar dulu, Tuan," izin Nora. Ia berpura pura polos, malu malu melihat tubuh polos majikannya.
"Tung--"
"Vincent?? Sayang, kamu di mana??" Tiba tiba suara Cillia terdengar dari arah pintu masuk kamar. Keduanya tersentak keget, bisa-bisa timbul pemikiran yang tidak tidak saat Cillia menemukan Vincent dan Nora dalam kamar mandi masih dengan tubuh hanya tertutup handuk.
"Gawat, Tuan. Bagaimana kalau Nyonya tahu? Saya bisa dipecat?!"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
BELLE AME
Nora ya, nakal kan godain otongnya aa incen 🤣🤣🤣
2024-02-04
1