Vincent seorang pria yang begitu sempurna, dia tampan, dia kaya raya, dia sangat pintar dan pandai mengelola bisnis. Vincent akan menjadi suami yang sempurna, itu yang ada di dalam pikiran Cillia saat kedua orang tuanya mengutarakan maksud mereka meminta Cillia menerima pernikahan bisnis dari kerja sama mereka dengan perusahaan Pratama.
Bukan karena keinginan Vincent mau pun keluarganya, pernikahan bisnis ini di utarakan karena Theo tetap ingin memiliki posisi dan andil dalam perusahaan meski pun saham mereka sudah terjual hampir setengahnya pada keluarga Pratama.
Theo menjadikan Cillia pemimpin boneka. Cillia yang memimpin perusahaan itu di mata kedua mertua dan suaminya sementara semua pergerakan perusahaan di atur oleh Theo dari balik layar.
Berbeda dari Cillia yang begitu mengharapkan pernikahan sempurna dengan Vincent. Pemuda berusia delapan belas tahun itu justru sangat dikagetkan dengan guyonan kedua orang tuanya tentang pertunangan dengan gadis paling cantik di seluruh sekolahan.
Vincent bisa saja menolak, namun ia memutuskan untuk menerima Cillia karena baginya tidak ada alasan untuk menolak, semua orang pasti menganggap hidupnya sempurna karena memiliki istri yang sangat cantik. Cillia memang gadis yang cantik dan berasal dari keluarga baik-baik, tidak seperti Nora ... dia gadis jelek, buruk rupa, namun ... tatapan matanya yang menyala penuh semangat kehidupan memang berhasil mengusik nurani Vincent, rasanya tergelitik.
Hari di mana Nora menabraknya, hari di mana Nora mengalahkannya, dan hari di mana mereka bertemu di kediaman Jahyadi selalu membekas di dalam hati Vincent, semua itu karena tatapan mata Nora yang penuh dengan kegigihan. Andai saja gadis itu tidak terlahir jelek seperti itik, apakah Vincent akan jatuh hati kepadanya?
Jadi ... Apakah begitu sepadan? Mengorbankan hidupnya yang sempurna demi gadis buruk rupa yang bahkan tak memiliki keberanian untuk memperlihatkan sisi kiri wajahnya.
Ia tak mampu membayar biaya sekolahnya, ia harus mengemis pada keluarga Jahyadi, dia tak memiliki apa pun selain tubuh indah dan juga tahi lalat di tengah tengah kedua dadanya.
Jadi ... apakah sepadan?
Delapan tahun kemudian seorang bernama Nora datang kembali dalam hidup Vincent, menawarkan candu dan eforia yang sama, haruskan Vincent mengambil peluang itu kembali? Meresikokan hidupnya yang sempurna dengan mencintai seorang pembantu yang tak memiliki apa pun?
Kali ini Vincent memilih untuk melewati batasan, ia mengambil resiko, apa pun itu. Karena ternyata jatuh cinta merupakan hal yang indah. Kecapan adrenalin dari sebuah kepuasan memiliki hubungan terlarang terasa begitu manis dalam hidupnya yang membosankan.
"Elenora. Nora ... namamu sama dengan gadis yang selalu membayangi pikiranku saat masih SMA dulu." Vincent mengusap usap dada Nora, ia seakan bernostalgia dengan tahi lalat yang ada di tengah tengah kedua gunung kembar milik Nora.
Nora diam sesaat, Vincent memang pernah mengusap belahan dadanya waktu mereka masih remaja. Saat itu mereka tak sengaja bertemu saat Nora meminta uang sekolah pada keluarga ayahnya, apa saat ini dia menyadari sesuatu? Persamaan dari Nora yang buruk rupa dengan Nora yang cantik?
"Siapa dia, Tuan?" tanya Nora pura pura tidak kenal.
"Siapa dia? Bukan orang penting, hanya saja ... dia terus membayangi bulan bulan terakhir di masa SMA ku ... dan anehnya, kamu juga berhasil menorehkan hal yang sama. Membayangiku selama satu minggu terakhir dengan tatapan matamu yang penuh dengan gairah." Vincent bangkit, ia berhenti mengelus wajah cantik Nora dan duduk di tepi ranjang.
Nora mematut diri, memakai kembali semua pakaiannya. Hari sudah mulai sore, sebentar lagi semua orang akan kembali. Mbok Sidah dan Cillia akan pulang ke rumah, tentu saja Nora dan Vincent tak ingin hubungan mereka ketahuan.
"Kita bertemu di kolam renang nanti malam." Vincent mengecup bibir Nora sebelum melepaskan pembantunya pergi.
"Nanti ketahuan sama Nyonya, Tuan." Nora bergeleng. Ia menolak
"Cillia selalu menenggak obat tidur sebelum ia tidur karena masalah gangguan tidurnya yang parah. Kamu tak perlu takut dia bangun." Vincent tersenyum, Nora baru tahu kalau Cillia ternyata punya insomia akut. Pantas saja Vincent berani mencari kepuasan saat ia berada di kolam renang padahal ada Cillia di rumah. Vincent tahu kalau istrinya tidak mudah bangun karena tidur dalam pengaruh obat.
"Baiklah, Tuan."
"Jangan panggil Tuan saat tidak ada orang lain, Nora." Vincent menarik pinggang Nora.
"Bolehkah saya memanggil Anda dengan panggilan sayang?"
"Tentu saja."
"V... bagaimana kalau saya memanggil anda dengan sebutan Vi?" tanya Nora sambil menunjukan dua jari membentuk tanda V yang artinya peace.
"V?"
"Peace artinya damai, karena dekapan Anda membuat saya merasa damai, Tuan." Nora menggombal.
"Ide yang bagus, aku suka panggilan itu." Vincent melumat bibir Nora dengan lembut.
Setelah saling memberikan kecupan perpisahan, Nora keluar dari dalam kamar Vincent. Ia menunggu malam tiba untuk melepas rindu dengan majikannya. Tak hanya itu, karena kamera juga sudah menyala, malam nanti ia harus memeriksanya. Nora harus berhasil memperoleh kalungnya kembali.
...****************...
Malam pun tiba, Cillia yang baru saja pulang kerja melihat suaminya sudah tidur. Vincent sengaja berpura pura tidur supaya Cillia mengiranya tak akan macam macam nanti malam. Padahal Vincent sudah membayangkan sesuatu yang panas dengan Nora malam ini. Bercengkrama di bawah sinar bulan sambil bermain air. Seperti pasangan kasmaran pada umumnya.
Cillia menjalani ritual malamnya dengan mengoleskan skin care dan perawatan lain, di susul dengan sebutir obat tidur supaya ia bisa terlelap malam ini.
"Cillia!! Sayang?" Vincent menggoyangkan bahu Cillia. Tak ada respon, hanya dengkuran halus karena pertukaran napas. Vincent menyeringai senang, ia pun bergegas untuk menemui Nora di kolam renang.
Pukul sebelas lebih seperempat, Vincent melihat Nora duduk di gazebo dengan baju tidur tipis menerawang. Apa lagi sinar bulan dan lampu taman membuat siluet lekukan tubuhnya terbayang dengan jelas. Nora sengaja tidak memakai br4 hingga bagian ujung gunung kembarnya tercetak dengan jelas.
"V," panggil Nora dengan senyum sumringah.
"Sudah lama nungguinnya?" tanya Vincent.
"Belum kok." Nora bergeleng.
"Kenapa pakai baju tipis?? Bagaimana kalau masuk angin?" Vincent memberikan perhatian, sekejap Nora merasa kalau mereka benar benar sepasang kekasih yang saling mencintai. Nora merasa perasaan Vincent disampaikan dengan sangat tulus.
Sadar, Nora! Semua pria sama saja! Pria ini rela mengkhianati istrinya demi tubuhmu, tidak mungkin dia benar benar mencintaimu! Jangan bodoh!! Jangan terpedaya! Di sini kamu yang harus memperdaya perasaannya! Batin Nora. Ia sudah merasa muak dengan pria. Bagi Nora semua pria adalah bjingan. Theo, Arga, Farhan, dan kini Vincent, keempatnya punya kesalahan yang sama, mengkhianati kekasih atau istri mereka karena terpedaya dengan napsu dan juga kecantikan wanita lain.
Keduanya mulai saling berciuman lekat, sesekali tangan nakal Vincent menguleni bagian paling menonjol milik Nora. Kebetulan juga Nora tak memakai dalaman hingga dengan mudah Vincent memainkan ujung sensitifnya.
"Aduh, aku kebelet pipis nih!" Nora mencari alasan untuk bisa masuk ke dalam kamar majikannya. Ia harus mengecek camera micro, apakah sudah berhasil merekam akses berangkas milik Cillia?
"Pipis dulu sana, nanti ngompol di sini."
"Oke, tunggu sebentar." Nora bergegas, ia beranjak pergi, naik ke atas, mengendap endap masuk ke dalam kamar Vincent. Cillia tidur nyenyak sementara Nora menyahut kamera mikronya.
Nora mencabut memory dan menancapkannya pada ponsel, tidak ada!! Hari ini Cillia tidak membuka brangkasnya sama sekali. Nora merasa sangat kesal, apakah rencananya tidak berhasil? Apa dia akan gagal total?? Apakah Cillia akan tetap memakai perhiasan itu di acara gathering perusahaan Pratama?
...****************...
...Love, Like, Vote, Comment! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
BELLE AME
Love ❤️
2024-02-08
1