Bab 9

Eijaz yang melihat kanina makan dengan begitu lahapnya sampai-sampai menambah porsi makannya, tersenyum senang. Menurutnya ini adalah salah satu kebiasaan nina yang baru menurutnya, karena yang dia tahu gadis di depannya ini gadis tangguh yang akan begitu dinginnya ketika bertemu dengan dirinya. dan malam ini cukup membuat eijaz dejavu, Kanina sedikit mengubah cara bicaranya kepada dirinya.. dan dia cukup senang akan hal itu.

setelah menghabiskan makanan dan membayarnya, Eijaz kemudian mengantar kanina pulang ke rumah.

"apakah besok kamu sudah ada waktu untuk bertemu dengan kedua orang tuaku"tanya eijaz tiba-tiba setelah sampai di depan rumah kanina.

"iya,,, apakah aku harus mengubah penampilan atau caraku agar orang tuamu tidak curiga??" ucap nina ragu, karena ini pengalaman pertamanya bertemu orang tua eijaz secara resmi, dia kan pernah ketemu dulu di rumah sakit sebagai pasien dan keluara pasien. tapi kan ini beda ceritanya, dia akan kembali bertemu dengan status yang berbeda.

"tidak ada yang perlu di ubah,, aku suka kamu yang apa adanya" ucap eijaz tanpa sadar,

"mmm ya sudah"ucap nina dengan pipi yang bersemu merah,,,

setelah kepergian eijaz nina masuk ke dalam rumahnya, nenek asih yang belum tidur menunggu kanina di ruangan tengah pun bingung, karena tidak ada suara mobil cucunya itu.

"kamu pulang di antar siapa nduk??"tanya nenek asih pada cucunya

"mmm... aku mau bicara sama nenek" kata kanina mendekati nenek asih dan duduk didekatnya.

"kanina memutuskan akan menikah dengan seorang yang nina cintai" ucap nina lagi sedikit berbohong kepada neneknya karena dia sama sekali tidak mencintai laki-laki itu, dia cuma beralasan supaya alasan sebenarnya tidak neneknya ketahui.

"oalah nduk,,, apakah benar apa yang kamu katakan?" kata nenek asih bahagia, dia tahu kanina selama ini menutup dirinya dari laki-laki akibat perceraian orang tua nina, tapi sekarang dia bahagia karena nina akan segera menikah.

"mmm... apakah nenek marah kalau nina menikah?"tanya nina ragu, karena nina sedih setelah menikah nanti pasti akan mengikuti kemana suaminya akan tinggal.

"nduk.. nenek tak akan pernah marak, malah nenek sekarang terlihat bahagia kan?? nenek senang kalau kamu akan menikah dengan laki-laki pilihan kamu" ucap nenek asih terharu bahagia,

"Nenek cuma berpesan berbahagialah nanti bersama suamimu, jangan pernah memikirkan kesedihan-kesedihan yang sudah lalu dan jangan mudah memutuskan sebuah perpisahan" ucap nenek asih lagi menasihati cucunya.

"iya nek... nina tidak akan mengulang kisah lama, nina akan memperjuangkan pernikahan nina kelak. setelah nikah nina akan sering-sering kesini menjenguk nenek, ada bibi juga yang akan menemani nenek nanti. jangan sedih ya nek" kata nina sedih kepada neneknya, setelah menikah nanti untuk pertama kali dalam hidupnya nina akan meninggalkan dan tidak tinggal dengan neneknya. Cucu dan nenek itu menghabiskan waktu dan tidur bersama untuk mencurahkan segala kerinduan yang mungkin kalau nina sudah menikah mereka tidak akan punya waktu untuk berdua, walapun nina nanti sering kesana.

Hari yang dinanti pun tiba, nina memakai dress warna biru pastel dibawah lutut, sangat cantik dengan kulit putihnya. rambut sebahu yang di gerai, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona. Eijaz yang memang sudah menunggu di depan ditemani oleh nenek asih sambil eijaz memperkenalkan diri dan sedikit berbincang tidak menyadari kedatangan kanina.

"hmmm... apa yang kalian bicarakan?"tanya nina tiba-tiba datang dari arah dalam. Eijas yang untuk pertama kalinya melihat penampilan kanina berdiri dan sedikit membuka mulutnya, eijaz terpesona karena nina hari ini begitu sangan cantik dengan baju yang di pakainya, "cantik" gumam eijaz pelan, yang mungkin semut pun tidak akan mendengarnya. perfect satu kata untuk penampilan kanina hati ini.

setelah berpamitan kepada neneknya kanina dan eijaz pun berangkat untuk menemui ke dua orang tua eijaz, hening itulah gambaran perjalanan mereka. tak ada percakapan apapun karena mereka sibuk dengab pikiran masing-masing, nina dengan kegugupannya dan eijaz yang masih terpesona dengan penampilan dan kecantikan perempuan yang ada di sebelahnya itu. Perjalanan yang lumayan menempuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di kediaman ke dua orang tua eijaz.

"apakah penampilanku buruk?"tanya nina ke pada eijaz, karena dia tidak mau merusak suasana nantinya.

"tidak.. kamu cantik" ucap eijaz memuji nina, yaa eijaz sadar akan ucapan itu.

"hmmm... aku gugup, apakah nanti aku akan di terima dengan baik oleh keluargamu" tanya nina lagi dengan gugup dan sedikit tidak tenang karena takut dengan penolakan.

"ayo,,(mengajak nina dengan menggenggam tangan nina membawa perempuan itu masuk) bersikap biasa saja, mereka pasti menyukaimu" sambung eijaz menenangkan kegugupan kanina.

"assalamu'alaikum,,, anak kalian yang paling ganteng ini sudah pulang"teriak eijaz di dalam rumahnya, nina yang melihat kelakuan absurd Eijaz untuk pertama kalinya hanya bisa geleng-geleng.

"wa'alaikumsalam,,, bisa gak kamu gak terika-teriak" ucap mama arini sambil memukul eijaz karena teriakannya sudah membuat seisi rungan itu terganggu. Mama arini kemudian mengalihkan perhatiannya kepada seorang perempuan di samping eijaz.

"astagaa.. dokter Kanina" ucap mama arini sambil melihat ke arah eijaz bertanya-tanya. Eijaz yang dilihat hanya mengedikkan bahunya pura-pura tidak tahu apa-apa. pak bima yang memang sudah menunggu kedatang anak tengilnya di ruang tamu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perdebatan antara istri dan anaknya.

"duduklah" kata pak bima hangat kepada kanina. kanina yang dipersilahkan duduk pun sedikit gemetar karena takut, entahlah dia sedikit takut akan keluarga dari eijaz. Tanpa berbasa basi eijaz memperkenalkan kanina kepada orang tuanya,

"kalian mungkin sudah tahu dan cukup mengenal kanina, karena dia dokter yang merawat ayah" mulai eijaz bersuara tanpa rasa gugup.

" bicaralah tanpa berbasa basi el,,, apa maksud kamu!!" ucap pak bima tegas, membuat nina semakin takut tapi masih bisa dia kontrol

"saya akan menikahinya,, secepatnya" bariton eijaz yang merasa tertantang dengan perkataan ayahnya. Pak bima yang mendengar penjelasan singkat anaknya pun terdiam dan berkata.

"apakah kamu di ancam oleh anak saya?" ucap pak bima kepada dokter nina, kanina yang gugup dan takut melihat ke arah eijaz setelah mendengar pertanyaan pak bima tadi. Eijaz kemudian mengedipkan matanya untuk menyemangati kanina biar dia merasa tenang.

"tidak pak,, Eijaz tidak mengancam saya. dan saya tidak terpaksa untuk menikah dengannya" ucap nina kemudian setelah sedikit tenang. Pak bima yang tahu akan kegugupan dokter di dekatnya pun sedikit tersenyum.

"sayang,, sebaiknya kita makan dulu" kata nyonya arini tiba-tiba datang di tengah ketegangan pembicaraan mereka bertiga diruang tengah. Nyonya arini tadi tidak mengobrol bersama mereka, dia berada di dapur membantu bibi mempersiapkan makan malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!