Bab 14 ~

“Vita, gue balik ya. Lo baik-baik di sini,” pamit Narsih.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Memaklumi sikap Narsih yang terlihat takut denganku. Evan juga pamit kembali ke Jakarta, termasuk Bapak. Hanya aku dan Ibu yang tetap tinggal karena kondisi tubuhku yang tidak diperkenankan untuk melakukan perjalanan. Dewa masih stay dengan alasan pekerjaan.

Dengan keadaan ini, tentu saja aku sudah mundur dari pekerjaan. Terserah kalau pun masih dianggap cuti atau mengundurkan diri. Namun, Dewa menjanjikan akan mendiskusikan hal ini dengan pihak HRD dan manajer divisi.

Ibu sedang di belakang, melakukan pekerjaan rumah. Aku jelas tidak boleh membantu. Bosan di kamar, keluar rumah pun jadi solusi. Rumah ini terasa sangat sepi dan dingin, kemana pula Dewa dari tadi aku tidak lihat. Kalau ke proyek, tapi mobil sewaan masih terparkir di depan. Sayup-sayup aku dengar suaranya, sepertinya sedang menelpon seseorang. Benar saja, Dewa berdiri di beranda rumah dan tidak menyadari keberadaanku berdiri di tengah pintu.

 “Yakin pakde, aku di rumah sakit mulai dari dia dibawa sampai dinyataKan meninggal. Lalu dimandikan dikafani. Memang tidak langsung dimakamkan, karena sudah malam dan belum disholatkan,” jelas Dewa, sepertinya sedang membicarakan diriku.

“Entahlah, tapi ada hal di luar nalar yang temanku alami. Ternyata dia juga ada kelebihan mata batin, mungkin indigo juga. Aku minta tolong Pakde lihat temanku. Pakde ‘kan paranormal, mungkin saja ada hal yang bisa dijelaskan secara logika.”

Sebenarnya Dewa menghubungi siapa, jadi penasaran. Apa aku menakutkan juga ya, sampai seorang Dewa yang menghubungi paranormal untuk berkonsultasi tentang aku. Mendengar pembicaraan yang hampir berakhir, aku bergegas kembali ke dalam dan duduk di kursi tamu.

“Loh, kamu di sini?”

“Hm, di dalam jenuh. Mau keluar, nggak boleh sama Ibu. Pak Dewa kalau mau kembali ke Jakarta, silahkan saja. Aku tidak masalah di sini hanya berdua dengan ibu.”

“Iya, setelah urusan ini selesai,” jawab Dewa sambil menunjuk laptop di atas meja. Karena tugasku diteruskan olehnya.

Menjelang sore, Ibu pamit ke mini market. Banyak keperluan yang ingin dibeli. Dewa menawarkan mengantar, tapi ditolak Ibu dan memilih naik ojeg. Tidak lama terdengar deru mesin kendaraan, ada yang datang entah siapa.

“Itu kerabatku, kamu tidak keberatan kalau mereka ke sini?”

“Tidak masalah. Biar aku ke kamar saja, jadi Pak Dewa leluasa bicara dengan mereka.”

“Eh jangan, justru beliau datang ingin bertemu kamu.”

“Hah.”

Terdengar ucapan salam, kami membalas salam tersebut lalu Dewa menyambut dan mencium tangannya

Deg.

Pria itu, yang pernah aku lihat di proyek.

“Vita kenalkan ini Pakde  Bajra, dia kerabatku. Kebetulan tinggal di dekat sini,” ujar Dewa.

Aku berdiri dan mengangguk. Sedangkan pria itu terus menatap ke arahku dengan wajah datarnya dan agak menyebalkan. Sebenarnya aku tidak peduli dengan tatapannya, justru aku tidak suka melihat auranya dan sosok yang ikut dengan pria itu. Beliau dijaga dengan makhluk gaib dan sejak melihatku makhluk penjaganya terus menyeringai dan mengerang.

“Duduk dulu Pakde.”

Kami pun duduk. Aku tidak suka ditatap begini, tatapan penekanan. Kenapa juga Dewa harus membawa yang seperti ini.

“Namamu siapa?” tanya Bajra masih menatapku.

“Vita, Kavita Ressa.”

Pria bernama Bajra itu mengangguk pelan lalu memejamkan mata, tidak lama dia mengerjap lalu berdiri.  Entah apa yang dipikirkan atau dilihat pria itu sampai terkejut.

“Ada apa Pakde?”

“Auranya … aneh.  Yang kamu alami kemarin bukan meninggal, arwah keluar dari tubuh dan berkelana.”

“Maksud Pakde?” tanya Dewa.

Ya emang begitu kali, namanya orang meninggal arwahnya keluar dari tubuh. Ini paranormal beneran atau abal-abal sih, tapi piaraannya serem banget.

Penjelasan berikutnya tidak dipahami olehku, karena membicarakan masalah gaib dan klenik.

“Kamu ngerti?” tanya pria itu dan aku hanya menggeleng pelan. “Kelebihan yang kamu miliki memang bawaan lahir, jangan dibuang gunakan untuk membantu orang lain. Bisa jadi kesempatan kedua yang Tuhan berikan agar kamu bisa menolong orang lain.”

“Iya, tapi mereka menyeramkan.  Saya terganggu,” ujarku menunjuk kedua makhluk di belakang tubuh pakde.

“Kamu bisa lihat mereka?” Aku lagi-lagi mengangguk.

 “Lihat apa?” tanya Dewa. Sepertinya penglihatan Dewa tidak bisa melihat semua makhluk gaib. Akhirnya pria itu pergi setelah bicara banyak, bahkan sempat menanyakan masalah leluhurku. 

Menjelang maghrib ada motor berhenti, ternyata ojek yang ibu naiki. Banyak belanjaan yang ibu beli, keperluan untuk kami. Dewa membawakan belanjaan ke dalam, lebih tepatnya ke dapur. Ibu tidak sendiri, ada sosok yang ikut dengannya. Memastikan apa yang aku lihat itu manusia atau bukan, aku sampai mengucek kedua mata. Wajah pucat dan menunduk dengan gaun kusam dan kedua kaki melayang. 

Kulitku langsung merinding hebat dengan tengkuk yang terasa berat. Sosok itu berhenti tepat di depanku, perlahan berbalik dan menatap lalu tangannya terulur. Nafas rasanya berat, bahkan tubuh ini begitu kaku. Teriak tidak bisa, pergi pun sulit. 

 

"Vit, kamu sudah mandi?" tanya Ibu dari dalam kamar. 

 

Ibu, tolong aku. Pak Dewa ke mana sih. Terdengar adzan maghrib. Ibu kembali bersuara agar aku menutup pintu. 

 

"Astagfirullah,” pekik Dewa.

"Aaa." Sosok itu menjerit lalu hilang.

Tubuhku langsung lunglai dan merosot terduduk ke lantai. 

"Vita kamu nggak pa-pa?" 

Aku hanya menggeleng pelan sambil mengatur tarikan nafas. Interaksi tadi membuat tubuhku lelah seakan baru saja berolahraga berat  

"Pintu!" Tanganku menunjuk ke arah pintu.

Dewa bergegas menuju pintu dan menutup rapat. Waktu maghrib di mana banyak makhluk berkeliaran dan aku harus siap melihat hal tersebut. Sedangkan tubuhku jelas belum siap. 

“Vita, kamu kenapa nak?”

“Hantu Bu, aku bisa melihat hantu dan itu menakutkan. Kenapa aku diberikan kelebihan seperti ini, aku tidak mau.”

 "Jangan begitu sayang, pasti ada maksud dari semua ini. Siapa tahu kita bisa menemukan dalang pembunuhan ayahmu."

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒌𝒅𝒆 𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2024-04-25

0

Ikawati Ikawati

Ikawati Ikawati

lah kui dalang pembunuh bpkmu vit

2024-04-27

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

bener tuh kata ibumu

2024-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!