Part 7 ~ Apa Yang Kamu Lakukan?

Jika tidak ingat nasihat Ibu, rasanya ingin sekali cari tahu kenapa foto ayah terpajang di sana. Ibu memang bilang kalau tempat yang aku akan kunjungi dekat dengan tempat ayah tinggal dulu, termasuk juga kejadian tragedi mengerikan itu. Namun, aku tidak membayangkan kalau sangat dekat.

Insiden tersayatnya jari Pak Dewa aku anggap sebagai human error, berbeda dengan Narsih. Dia menganggap kalau hal itu ada hubungannya dengan unsur mistis. Apalagi mereka bukan penduduk asli daerah itu, tapi sudah berlagak seakan mengenal daerah yang akan dibangun resort dengan sembarangan mengeksplor beberapa area.

Aku tidak tahu apa yang Dewa dan yang lainnya lakukan, karena hanya fokus dengan desain di ruangan yang disewa kantor. Lalu saat Dewa kembali, terjadilah insiden itu.

“Kita nggak ada permisi sama sekali,” seru Narsih sambil berbisik, karena tidak ingin didengar oleh Dewa.

Saat ini kami sudah kembali ke rumah tinggal sementara, hari sudah menjelang maghrib. Narsih masih membicarakan masalah yang berbau gaib, sedangkan di ruang tengah Dewa dan Evan terlihat sedang berbincang. Aku dan Narsih membuat minuman di dapur.

“Mau karena apa pun ‘kan sudah terjadi, yang penting berikutnya kita hati-hati,” jawabku berusaha membuat Narsih tidak lagi membicarakan masalah yang bisa membuat kulit merinding. “Ayo, bantu bawa ini ke depan.”

Narsih mengambil alih toples berisi cemilan sedangkan aku membawa nampan.

“Nah, ini nih. Kopi sore, dijamin mantap dan manis karena yang buatnya juga manis,” seru Evan.

“Menurut lo, yang buat siapa?” tanya Narsih dengan wajah serius.

Evan menatap aku dan Narsih bergantian, begitu pun Dewa. Kedua pria itu tidak bisa menebak siapa yang sudah membuatkan kopi untuk Dewa dan Evan, serta teh manis untuk aku juga Narsih.

“Bukan gue yang bikin, tapi gue tetep manis kok," ujar Narsih.

Dewa hendak tertawa, tapi ditahan lalu mengalihkan pandangan ke arah lain dan malah menatapku. Evan berdehem, bergegas mengangkat cangkir dan menyesap isinya.

“Pak Dewa,” ujar Narsih sudah ikut duduk di sofa panjang begitupun denganku. “Kayaknya kalau kita mau eksplor harus hati-hati deh, atau kita ajak orang sini yang paham dan mengerti seluk beluk juga ….”

“Saya juga orang sini,” sahut Dewa menyela ucapan Narsih.

“Orang sini?” tanya Narsih. “Bukannya bapak tinggal di Jakarta?”

“Iya, aku memang tinggal di Jakarta. Ayahku orang asli wilayah ini, makanya aku agak tahu daerah ini. Kalian pikir dari mana aku bisa mudah mendapatkan tempat tinggal dan tahu persis lokasi kalau tidak pernah tinggal di sini.”

Aku hanya mengangguk pelan. Masuk akal sih, kalau kayak aku yang baru pertama kali menjejakan kaki di sini pasti planga plongo. Eh, tunggu. Kalau Dewa kenal dengan wilayah ini, berarti kejadian tragis yang menimpa Ayah bisa jadi dia tahu. Aku akan tanya lain kali, ketika senggang.

Malam sudah menjelang, Narsih sudah terlelap di sampingku. Sedangkan aku sulit memejamkan mata. Sudah tidak ada aktivitas di luar, sepertinya Evan dan Dewa pun sudah beristirahat. Di saat begini, tiba-tiba ada rasa ingin buang air. Karena cerita Narsih, aku jadi parno sendiri. Biasanya tidak penakut macam sekarang, bahkan insiden mistis yang terjadi di kantor pun sudah aku alami.

“Ish, malah makin terasa,” ujarku berusaha mengabaikan keinginan ke toilet dan mencoba tidur. Perlahan aku pun turun dari ranjang, berjalan pelan menuju pintu. Suasana sepi, karena dua penghuni lain sudah berada di kamar.

Konsep desain rumah ini sungguh aneh, karena toilet letaknya di dapur dan menuju dapur harus menuruni tiga anak tangga. Meskipun dengan langkah pelan sambil tengok kiri kanan karena takut, akhirnya aku selesai dengan urusan di toilet. Bergegas kembali ke kamar, dengan langkah cepat bahkan hampir terjungkal ketika menaiki undakan lantai.

“Ups, hampir saja.”

Melewati ruang tengah, aku terhenti karena mendengar ketukan pintu dan suara lirih. Memastikan ada orang yang berkunjung, lampu tengah pun aku hidupkan kembali.

Tok tok tok

Terdengar ketukan pelan dan berjeda.

“Siapa?” tanyaku masih belum berani menuju pintu.

“Vita, ini aku.”

Suara perempuan. Tidak mungkin penduduk daerah sini, karena tidak ada yang aku kenal. Narsih, tidak mungkin karena gadis itu sudah terlelap di kamar.

“Siapa ya,” gumamku.

Terdengar kembali ketukan pintu, masih diikuti suara lirih. Mungkin saja ada orang minta bantuan, aku pun melangkah menuju pintu. Tidak ada jendela atau celah untuk melihat siapa yang berada di luar, mau tidak mau aku memutar kunci dan menekan handle pintu. Perlahan membukanya.

Tidak ada siapapun di sana, hanya suara binatang malam karena di sekitar rumah ini masih ada pohon-pohon besar. Mungkin karena kelamaan aku membuka pintu, makanya orang itu sudah pergi. Melangkah cepat menuju beranda, masih belum menemukan siapapun di sana. Terasa angin malam yang cukup menusuk kulit. Ketika berbalik untuk kembali ke dalam, aku terpaku mendengar suara tangisan.

“Siapa?” tanyaku lagi sambil melayangkan pandangan ke sekitar. Tentu saja hanya gelap, karena penerangan hanya sebatas beranda dan pekarangan rumah. Pandanganku tertuju pada sosok yang berdiri di dekat pintu pagar. Posisinya membelakangiku. Kalau diperhatikan sepertinya perempuan, karena berambut panjang.

“Mbak, cari siapa?” tanyaku lagi.

Sosok itu hanya menunduk dan menangis dengan suara lirih. Berjalan pelan aku mendekat ke arah pagar, antara aku dan sosok itu hanya terhalang pintu pagar. Suara tangisnya terdengar sangat menyayat hati. Bahkan membuat aku bergidik.

“Mbak, cari siapa? Ini sudah malam,” ujarku lagi dan mengulurkan tangan untuk membuka pagar.

Grendel pintu tanpa gembok perlahan kugeser, sempat ragu untuk membuka pintu pagar. Namun, aku yakin perempuan itu butuh pertolongan. Tanganku sudah terulur untuk mendorong pintu bersamaan dengan tepukan di pundak membuatku tersentak dan berteriak.

“Kavita, apa yang kamu lakukan?”

 

 

 

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒂𝒑𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒚𝒂 𝒚𝒈 𝒏𝒆𝒑𝒖𝒌 𝒑𝒖𝒏𝒅𝒂𝒌 𝑲𝒂𝒗𝒊𝒕𝒂 🤔🤔

2024-04-25

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kayaknya dewa yang nepuk bahu

2024-04-30

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

apa dewa cucunya dukun itu ya

2024-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!