Bab 18 ~

Entah ada makhluk apa lagi yang mendekat. Selain suara pintu karena ulah pocong dan suara tawa melengking yang mungkin saja dia kuntilanak, aku tidak berani menatap sekeliling. Apalagi tubuhku sekarang terasa kaku dan sulit digerakan.

Dengan tengkuk yang terasa berat dan bulu kuduk berdiri, respon ini sering aku rasakan sebelumnya. Kalau dulu aku merasakan ini tanpa bisa melihat makhluk yang mengganggu, kali ini mataku jelas melihat seperti apa sosok mereka. Yang jelas … menyeramkan.

Kalau hanya satu mungkin aku bisa memberanikan diri, tapi ini aku seperti diserah oleh beberapa makhluk gaib. Dari pergerakannya aku tahu ‘mereka’ mendekat. Sumpah, rasanya aku ingin berteriak memanggil Ibu atau minta tolong. Namun, bibir ini seperti terkatup rapat.

“Vita … ayo main denganku. Keluar dari tubuh itu.”

Aku menggelengkan kepala, entah bagaimana penampilan wajahku karena rasa takut. Suara perempuan terdengar lirih, sepertinya si kuntilanak karena diakhiri dengan terkikik.

“Pergi kamu dari tubuh itu, biar aku yang menempati. Kekuatanku akan berlipat ganda.”

Entah makhluk apa yang barusan bicara, berasal dari belakang tubuhku. Ya Tuhan tolong aku, singkirkan makhluk-makhluk ini. Aku bahkan memejamkan mata karena sangat takut, terasa pergerakan ‘mereka’ yang semakin mendekat.

“Kerja ingat waktu. Jangan-jangan, makan dan ibadah juga lewat.”

“Selama disana, hati-hati. Mana tahu aka nada sesuatu terjadi, misteri di masa lalu.”

Ali, ujarku dalam hati. Entah kenapa aku malah ingat pesan dan nasihat Ali di malam itu. Aku merasa apa yang disampaikan sekarang terjadi, ada misteri yang harus aku ungkap. Kejadian di masa lalu yang merenggut nyawa Ayah.

Astagfirullah.

“Aaa.”

Aku membuka mata mendengar ada teriakan dan anehnya tubuhku kembali bisa digerakan. Sosok-sosok pengganggu sudah menghindar, mereka berada lebih jauh dariku meskipun belum hilang atau pergi. Apa yang sudah aku lakukan sampai makhluk-makhluk ini menjauh.

“Istighfar. Kalian takut dengan ayat.”

Sambil menarik nafas, lalu menghembuskan lagi. Aku membaca ayat suci yang pernah diajarkan ibu agar aku baca ketika sedang takut atau merasa ada gangguan makhluk astral. BEnar saja, mereka pergi. Entah selamanya atau hanya sementara.

Masih dengan nafas memburu, perlahan aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak mendapatkan makhluk-makhluk menyeramkan itu yang \= saja sudah kembali ke asalnya. Masih ragu, apa benar mereka menghilang karena ayat suci yang aku baca.

Srek.

Suara dari arah belakang membuat aku segera berbalik dan mawas diri. TIdak ada siapapun di sana dan tanganku berhasil mengucek mata untuk meyakinkan apa yang aku lihat. Makhluk yang biasa ikut dengan Bajra, ada di sini. Berdiri tidak jauh dari pagar. Tatapannya terlihat menyeramkan dengan mata merah menyala.

“Pergi kalian, atau aku baca ayat tadi yang bisa membuat kamu terbakar.”

Bukannya pergi atau paling tidak tampak ketakutan karena ancamanku, makhluk itu malah mendekat dan sempat berteriak. Rasanya aku harus melangkah mundur atau kabur saja dari pada ikutan tidak waras.

“Kalian hanya dimanfaatkan oleh Bajra, pergi. Aku bilang pergi,” ujarku ditujukan pada kedua piaraan Bajra. Sudah mundur beberapa langkah, akhirnya aku terjatuh duduk karena terkejut melihat makhluk itu semakin dekat.

Aku memejamkan mata lalu mengulang lantunan doa yang tadi sempat aku baca. Akhirnya berhasil, piaran Bajra berteriak karena ketakutan.

“Vita, kamu sedang apa Nak?” tanya IBu yang berdiri di tengah pintu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***