I Love You Suami Orang
Seperti di sengat kalajengking aku melompat dari ranjang begitu mendengar suara gedoran kasar di pintu depan
"Iya sebentar...." aku menjawab dengan suara berteriak pula mengimbangi teriakan keras dari suamiku
Dengan cepat aku membuka pintu kamar kemudian berjalan terburu bahkan setengah berlari menuju pintu depan
Dengan segera aku membuka kunci pintu. Belum sempat aku menarik gerendelnya, dari luar ternyata suamiku telah mendorong pintu hingga aku yang berdiri di belakang pintu dengan cepat mundur
"Minggir!!!" dorong suamiku ketika aku menampilkan senyum di wajahku menyambutnya sambil mengangkat kedua tanganku hendak memeluknya seperti kebiasaanku
Aku hanya menarik kesamping bibirku sambil menghempas nafas kasar sambil menoleh kearahnya yang berjalan masuk menuju sofa
Aku segera menutup dan mengunci pintu kemudian berjalan kearah suamiku yang saat ini tengah memijit keningnya sembari meletakkan kepalanya di sandaran sofa
"Kepalanya pusing Mas?" tanyaku berusaha mengambil tangannya dengan niat ingin menggantikan memijit keningnya
Dan kembali suamiku menepis tanganku. Tapi kali ini dengan tatapan tajam. Dan aku tahu itu tatapan marah
"Iya maaf, aku ketiduran. Habisnya tadi sepulang kerja aku capek banget mas. Makanya aku tidur cepat" jawabku memberi alasan, karena aku tahu dia marah karena aku tidur cepat
"Lagian ini jam berapa kamu sudah tidur?" tanyanya dengan nada tinggi
Aku menelan ludahku, kemudian ekor mataku aku gunakan untuk melihat jam yang menempel di tembok. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam lewat tiga puluh lima menit
"Sudah malam mas" lirihku
Suamiku mendengus, kemudian dia kembali merebahkan kepalanya dan kembali memijit-mijit keningnya
"Mas mau ngopi?" tawarku
"Nggak usah!!"
Dan kembali aku harus menelan ludah mendapati bentakannya
"Aku panasin sayur ya mas. Mas pasti belum makan kan?, sama mas aku juga belum makan. Tadi keburu tidur" jawabku masih berusaha ceria dengan langsung berdiri
"Aku sudah makan sama teman-teman aku. Kamu siapin saja handuk dan pakaian aku, aku mau mandi"
Aku mengangguk, berdiri, kemudian niat awal yang ingin ke dapur aku urungkan dengan langsung masuk kembali ke kamar
"Raraaaaaa....." kembali terdengar teriakan
Dengan cepat aku menyambar handuk dan kembali keluar menemui suamiku
"Taruh sepatu aku!!"
Aku gelagapan menangkap sepatu yang dilempar suamiku ke arahku. Satu tertangkap, satu lagi tepat mengenai wajahku karena aku membetulkan handuk yang ada di tanganku
"Ceroboh!!" ucap suamiku sambil menarik kasar handuk yang aku lilitkan di leherku barusan
Kembali aku menarik nafas panjang dan kembali hanya bisa melihat punggungnya yang berjalan menjauhiku
"Raraaaaa.....!!!"
Aku memejamkan mataku sebentar karena kembali aku dengar suamiku berteriak dari dalam kamar mandi
"Raraaaa.....!!!" ulangnya dan semakin kencang disertai dengan bentakan
"Iya mas...." aku berlari terburu kearah kamar mandi dan segera mengetuk pintunya ketika aku sampai di depan kamar mandi
PUKKKK!!!!
Kembali aku gelagapan ketika botol sampo tepat mengenai keningku
"Mana shampo?" ucap suamiku yang di badannya telah ada buih-buih sabun, dan kulihat rambutnya juga sudah basah
Aku berjongkok memungut botol sampo yang jatuh tadi dan mengguncangnya
"Itu habis bodoh!!!" sungut suamiku ketika melihat tingkahku
"Masa sih mas?" jawabku tak yakin sambil membuka tutupnya
Ku dengar mas Rafli mendecak. Dan dengan kasar direbutnya kembali botol sampo yang ada di tanganku, kemudian dia segera menutup pintu kamar mandi dengan kasar
"Kasih air aja mas ke dalam botol samponya, terus guncang. Yakin deh nanti bakal ada samponya" jawabku yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi
Tak ada jawaban. Yang terdengar adalah suara gebyar gebyur air mengenai lantai. Aku menarik nafas panjang sambil mendecak kemudian kembali lagi ke belakang ketika aku teringat jika tadi aku memanaskan sayur
"Ya ampun..." dengan segera tanganku mematikan kompor dan mengangkat wajah dengan nelangsa ketika kulihat ayam suwir yang ku panaskan sudah berubah sedikit kehitaman
Dengan sedikit kecewa aku memasukkan sayur tersebut ke mangkuk, membuka kulkas dan melihat persediaan mie instan yang memang selalu ada di dalam kulkas
"Bau apa ini?"
Aku mengangkat kepalaku ketika mendengar suara mas Rafli. Kulihat mas Rafli mengeringkan rambutnya dengan handuk. Wajahnya terlihat segar, dan aku suka
"Ini apa?" kembali mas Rafli bertanya sambil mengangkat mangkuk yang barusan aku letakkan
"Sayur mas" jawabku sambil kembali menghidupkan kompor dengan niat ingin masak mie
"Aku juga tahu ini sayur. Kok gini bentuknya?, gimana mau makannya?"
Aku kembali tersenyum dan berjalan kearah mas Rafli. Dengan cepat aku melingkarkan tangan kananku ke lehernya, dan menghirup dalam aroma rambutnya
"Apaan sih?" tolak mas Rafli menjauhkan kepalanya dan memandang tak suka ke arahku
"Ihhh mas dari tadi marah mulu sih. Kan aku kangen" jawabku merajuk
"Tuh airnya sudah masak. Ntar kering lagi"
Aku menurut dan kembali kearah kompor, masak mie lalu meletakkannya dalam mangkuk
Ku lirik mas Rafli sekarang tengah menatap ponsel yang ada di tangannya
"Mas mau aku masakin juga?" tanyaku sambil meletakkan mangkuk di atas meja dan menarik kursi
Tak ada jawaban. Suamiku masih betah menatap layar ponselnya
"Mas obat aku habis" ucapku di sela-sela aku makan
Diam, masih tak ada jawaban. Aku kembali menarik nafas panjang dan memilih melanjutkan makanku
Ku lirik berkali-kali wajah mas Rafli yang masih fokus menatap ponsel, dan terkadang ada senyum segaris di bibirnya
"Mas obat aku habis" ucapku kembali. Tapi kali ini dengan langsung menggoyangkan tangannya
"Hem? apa?" tanya mas Rafli yang akhirnya menoleh ke arahku
"Obat aku habis" ulang ku
"Ya tinggal beli, apa susahnya?"
Aku kembali harus menelan kecewa karena hanya sebatas itu jawaban mas Rafli, kemudian dia kembali fokus menatap layar ponselnya
"Besok mas DL" jawab mas Rafli sambil berdiri dan meninggalkan aku yang masih duduk yang hanya bisa menggerakkan kepalaku mengikuti kepergiannya
"DL mulu sih, masa tiap bulan DL" ucapku ngedumel
Dengan cepat aku menghabiskan kuah mie yang tersisa di dalam mangkuk hingga tandas, meraih gelas dan juga menenggak isinya hingga kering
Selesai mematikan seluruh lampu aku masuk ke dalam kamar, dimana aku lihat mas Rafli masih tampak fokus menatap layar ponselnya
"Lihat apa sih mas?" tanyaku tiba-tiba yang langsung merebahkan tubuhku di sebelahnya
Aku hanya mengedip-ngedipkan mataku ketika mas Rafli dengan cepat meletakkan hp di atas dadanya
"Kamu apaan sih? Nggak sopan!" jawabnya sambil segera turun dari tempat tidur
Aku masih saja memperhatikannya yang segera berjalan kearah meja dan masih kulihat tangannya bermain di layar ponsel ketika itu. Kemudian tak lama mas Rafli meletakkan hp miliknya di atas meja, dan berjalan kearah ranjang
Aku segera menyusupkan kepalaku di dadanya begitu mas Rafli merebahkan tubuhnya di sebelahku
"Sana jauh-jauh. Mas capek" tolaknya ketika tanganku aku lingkarkan di atas perutnya
"Tapi aku nggak bisa tidur kalo nggak peluk mas" jawabku manja
Kulihat mas Rafli menarik nafas panjang, kemudian diambilnya kembali tanganku yang tadi ditepisnya, diletakkannya di atas perutnya dan aku mendongak sambil tersenyum yang dibalas mas Rafli dengan tersenyum juga
"Terus ke dokternya kapan kalau besok mas DL?" tanyaku sambil menciumi dadanya
"Kapan-kapan. Ya sudah tidurlah. Mas capek mana besok mau DL" jawab mas Rafli memiringkan tubuhnya dengan langsung mendekap ku
Aku diam, tak berani untuk membantah. Aku hanya memainkan rambut suamiku dan kembali menciumi dadanya. Tak lama kudengar nafas teratur dari suamiku yang menandakan jika dia sudah nyenyak
Sedangkan aku masih tidak bisa memicingkan mataku lagi. Aku memiliki kebiasaan buruk, jika aku sudah terbangun, maka akan sulit untuk aku tertidur kembali
Aku melepaskan dekapanku pada mas Rafli. Telentang, dan menatap ke langit-langit kamar
Sesekali aku kembali menoleh kearah suamiku yang masih tampak terlelap. Memiringkan posisi tubuhku, bahkan tengkurap berharap kantuk akan segera datang
Karena masih juga tak bisa tidur setelah sekian menit hanya bisa membolak balikkan badan, akhirnya aku bangun dan turun dari ranjang
Aku tertegun menatap layar ponsel suamiku yang menyala, dan meraih benda tersebut
"Ada what's app masuk" gumamku
"Jam segini siapa sih yang masih ngirimin suamiku pesan" lanjut ku masih dengan rasa penasaran
Aku segera meraih benda tersebut. Terkunci. Dan aku makin curiga ketika kembali aku lihat di bilah notifikasi kembali ada pesan masuk dari nomor yang sama
Aku menoleh kearah suamiku, dan mas Rafli masih tampak pulas. Dan kembali ada pesan masuk, tapi sialnya aku tidak bisa membuka kunci tersebut.
"Mungkin tanggal lahir mas Rafli" gumamku berusaha menekan tombol on agar benda tersebut menampilkan layar
"Pola??" gumamku kembali. Dan kali ini aku cukup lama tertegun, menebak kira-kira pola apa yang dipakai oleh mas Rafli
Iseng, aku mencoba pola yang dulu pernah aku ingat, ternyata bukan. Sampai tiga kali aku ulangi dengan pola lain masih saja tidak terbuka hingga akhirnya ada pemberitahuan jika aku harus menunggu sekian menit untuk menormalkan kembali hp
"Ya Tuhan, jangan sampai kecurigaan aku menjadi kenyataan" gumamku kembali dengan meletakkan hp mas Rafli dengan hati gamang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Aqu hadir kak ..😘😘😘
2024-09-21
1
Diana
pertama baca karyamu KAL hatiku hancur, thor. ini kedua kalinya aku baca kira² happy ending gak ya mak? jujur hatiku tidak baik² sj kl baca yg syedih²😪
2024-07-22
1
Juli Juliana Ambar
Akhirnya hadir Novel baru juga..semangat kak Othor..💪💪😊🥰
2024-01-19
1