Dilta tersenyum penuh kemenangan, kemudian dia berjalan mendahului Rafli yang tampak menoleh gelisah kearah belakang
“Sudah, ayo. Lihat apaan sih?” tanya Dilta yang membuat Rafli tersenyum kaku
“Lihat siapa yang datang bersama aku?”
Aku langsung mengangkat kepalaku ketika mendengar suara kakak iparku. Mas Rafli? Batinku. Kulihat mas Rafli tersenyum kaku, kemudian dia berjalan kearah papa, mencium punggung tangan papa, kemudian berpindah ke kak Satria, kemudian baru ke mama. Ketika giliran ku, mas Rafli sedikit membungkuk dan mencium keningku
Aku tersenyum kaku kearahnya ketika dia mencium keningku. Drama apalagi ini? Batinku muak
“Kok kamu ada bisa disini juga?” semua mata langsung menoleh kearah kak Satria yang bertanya. Kulihat wajahnya datar, aku tahu kakakku itu masih kesal dengan mas Rafli
“Ehm, anu kak. Aku sendirian di rumah, nggak ada yang bisa dimakan, karena itulah aku kesini”
Aku kembali tersenyum kaku mendengar jawaban mas Rafli, sementara papa mamaku mengangguk-anggukkan kepala mereka
“Pesan lagi aja buat Rafli” ucap papa yang melambaikan tangannya kearah pelayan
Saat mas Rafli menyebutkan pesanannya pada pelayan, aku langsung melirik kearah kakak iparku. Dan dia tampak seperti mengedipkan matanya berkali-kali ke arahku
“Pasti ada yang tidak beres ini” batinku menghembus nafas panjang dengan pelan
“Ma, aku ke toilet dulu ya” ucapku pada mama. Segera aku berdiri, kulihat mas Rafli menegakkan kepalanya, dan jelas sekali kutangkap ketegangan di wajahnya
Istri aku ke toilet. Segera kamu bersembunyi. Setelah mengetik pesan dengan rasa panik, Rafli memasukkan hp kedalam saku bajunya. Dan tersenyum kaku kearah semuanya
“Kata Rara kamu nggak badan Raf. Kamu sakit apa? sudah ke dokter?
Rafli menoleh kearah papa mertuanya dan berusaha bersikap biasa saja
“Kecapekan kerja pa. Kan Rara sudah bilang” Satria menjawab cepat, dengan nada dingin pula yang kembali membuat Rafli terpojok
“ASN kaya kamu papa rasa nggak terlalu berat kerjanya. Kecuali kamu kaya Rara dan Satria . Setiap hari mereka berkutat dengan uang milyaran, jika nggak kuat iman, bisa goyah pendirian mereka”
Rafli mengangguk, dan kembali tersenyum kaku kearah papa mertuanya
Sementara aku yang ke toilet, segera mengeluarkan hp yang ada dalam tas ku
Kakak lihat perempuannya?
Iya, tadi dia ke toilet juga. Tapi nggak tahu kalau sudah kabur
Aku menarik nafas panjang membaca balasan kak Dilta. Segera aku berjalan kearah wastafel, mencuci tangan dan menoleh kearah beberapa toilet yang tertutup. Dengan dada yang berdebar aku berjalan kearah salah satu toilet dan mendorongnya. Terkunci, itu artinya ada orang di dalam
Lima toilet disini semuanya ada isinya. Itu artinya aku harus meneliti lima orang yang nanti keluar, batinku. Aku kembali ke wastafel dan melihat dua orang wanita keluar dari toilet berbeda dan mereka menuju wastafel juga
Aku memperhatikan wajah mereka dari pantulan cermin. Bukan mereka, batinku. Tak lama keluar lagi seorang perempuan, dan sepertinya dia tidak akan menuju wastafel, dengan cepat aku berbalik dan memperhatikan wajahnya. Bukan juga, kembali aku membatin
Artinya ada dua orang lagi, mungkin salah satu dari mereka adalah selingkuhan mas Rafli, batinku lagi yang kembali pura-pura membasuh tanganku. Tak lama muncul dua orang perempuan, aku memperhatikan mereka dengan seksama. Dan lagi-lagi tidak ada satupun dari mereka yang mirip dengan perempuan yang ada di hp kak Dilta
Segera aku keluar dari toilet dan berjalan terburu menuju meja kami tadi
“Kok lama nak?” tanya mama ketika duduk
“Rame ma” jawabku sambil memperhatikan ekspresi mas Rafli
Sementara kelima ponakanku sudah makan di meja mereka sendiri, begitu juga dengan dua asisten yang juga berbeda tempat dengan kami. Papa menerima pesanannya dengan sumringah, dan aku tersenyum bahagia melihat senyum di wajahnya
“Ini untuk Rara…..” ucap papa mengulurkan sendok ke arahku
Aku segera berdiri, dan memajukan badanku menerima suapan dari papa
“Rara ini anak kesayangan papa, Raf. Makanya papa harap kamu bisa memberinya kasih sayang seperti kasih sayang yang papa berikan sama dia”
Rafli langsung meraih gelas di depannya, meminumnya sedikit demi mendengar ucapan papa mertuanya.
“Sekali saja kamu menyakiti adik aku, hidup kamu hancur” timpal kak Satria dingin
Mama diam, dia memandangi wajah Rafli cukup lama, yang membuat mas Rafli jadi salah tingkah
“Rafli anak baik kok Sat. Nggak mungkin dia berlaku jahat sama adik kamu”
Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku
“Iya, papa paranoid deh” jawab kak Dilta sambil tertawa mencairkan suasana
Selanjutnya acara makan malam kami segera di mulai, sepanjang makan, papa banyak bertanya tentang pekerjaan mas Rafli. Aku dan yang lain hanya mendengarkan.
“Senin sore Rara baru pulang ke rumah. Dan papa harap, kamu nanti yang jemput dia di kantornya” ucap papa ketika kami akan pulang ke rumah
Kak Satria sedikitpun tidak berpamitan pada mas Rafli, bahkan selepas makan malam tadi, dia memilih ke meja anak-anaknya. Dan bergabung dengan mereka yang berisik. Tidak mempedulikan bagaimana papa yang terus mengobrol dengan mas Rafli
“Kamu beneran nggak ikutan nginap di rumah mama?” tanya mama ketika mas Rafli mencium punggung tangannya
“Lain kali saja ma. Aku masih harus istirahat, nggak enak rasanya jika aku di rumah mama hanya tidur terus”
Aku tersenyum getir mendengar jawaban mas Rafli. Kemudian mas Rafli kembali mengecup keningku ketika dia selesai mencium punggung tangan kedua orang tua ku.
“Senin sore mas jemput di kantor sayang, ya?” ucapnya sambil mengusap kepalaku
Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil papa, diikuti mama. Setelah itu papa memundurkan mobil dan kami berlalu dari hadapan mas Rafli yang melambaikan tangannya kea rah kami
“Hati-hati pa!” teriak mas Rafli ketika papa mengklakson sekali
Aku segera menarik nafas panjang ketika mobil kian menjauh, dan aku pura-pura fokus pada hp, takut jika papa atau mama bertanya masalah mas Rafli padaku
Sementara setelah istri dan keluarganya berlalu, Rafli langsung menempelkan hp ke telinganya
“Kamu dimana sayang?”
“Aku pulang” jawab seorang perempuan dengan nada ketus
“Aku kesana sekarang”
“Nggak usah. Urusi saja istri mandul mu itu!!!”
Rafli mengusap kasar wajahnya mendengar jawaban di seberang. Saat dia akan menjelaskan kembali pada perempuan yang diteleponnya, ternyata panggilan sudah diputus secara sepihak
“Semua gara-gara Rara…..” geram Rafli kesal
Ditendangnya dengan keras ban mobil, sementara tangannya terkepal kencang
...****************...
Senin pagi, mama dan papa memelukku dengan erat ketika aku akan berangkat kerja dengan kak Satria
“Kapan-kapan aku kesini lagi ma” ucapku ketika melihat mendung di wajah mama
“Ini rumah kamu nak. Kapanpun kamu mau pulang, rumah ini terbuka untuk kamu” ucap papa
Aku menghembus nafas panjang, dan menganggukkan kepalaku kearah papa yang menatapku dengan penuh cinta. Segera aku memeluk kak Dilta
“Kakak selalu ada untuk kamu. Jika kamu ingin melacak perempuan itu, kakak siap membantu” lirihnya ketika mendekap ku
Aku menganggukkan kepalaku kearah kak Dilta. Dan menitipkan salam sayangku pada lima ponakanku yang sudah sejak tadi berangkat sekolah diantar oleh supir pribadi keluarganya yang menjemput mereka di rumah papa tadi
“Jagain adik kamu Sat…..” ucap mama ketika kak Satria mulai menghidupkan mesin mobil
“Siap mama” jawab kak Satria sambil memberi hormat. Aku dan papa, serta dan Dilta terkekeh dibuatnya
“Kamu tidak pernah tergeser di hati mama” ucap kak Satria yang membuat senyumku kian merekah
Ketika sampai kantor, aku lebih dulu turun. Tidak berbarengan dengan kak Satria, tidak enak dilihat karyawan lain. Takutnya mereka beranggapan jika aku diistimewakan di bank ini mentang-mentang kepalanya adalah kakakku sendiri
Dan ketika sore, mas Rafli beneran menjemput ku sesuai seperti yang dikatakannya pada papa malam kemarin
“Bawa mobil yang benar, aku membuntuti kamu dari belakang!” ucap kak Satria yang mampu membuat Rafli tercekat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
lanjuuut kak...mkc sdh ontime,updatenya😘😘😘😘😘
2024-09-21
1
Wanti Wanti
hahhhhh makin seru deeh........maaciih mba author q yg cantik😘😘
2024-02-02
2