PULANG

Cukup lama aku menangis, dan sontak berhenti ketika pintu kamarku didorong dan masuk suster.

“Ibu kenapa?” tanyanya panik

Aku menggeleng

“Ada yang sakit?” tanyanya lagi sambil memegang bahuku. Dan kembali aku menggeleng

“Suster, apakah selain pak Arash ada orang lain lagi yang membesuk ku?”

Suster tersebut tampak terdiam kemudian dia menganggukkan kepalanya

“Ada bu. Namanya kalau nggak salah tadi pak Satria. Beliau bilang, beliau kakak ibu”

Aku tersenyum getir mendengar jawaban suster tersebut

“Suami saya sus?”

Suster tersebut menggeleng

“Bahkan semalam saya mencoba meneleponnya tidak diangkatnya bu. Bahkan pak polisi mencoba pakai hp nya masih juga tak diangkat. Terakhir setelah kesekian kalinya aku telepon baru diangkatnya”

Mataku berbinar, siapa tahu mas Rafli merasa khawatir denganku malam tadi, walau tadi jelas-jelas aku mendengar jika dia sedikitpun tak peduli

“Suami saya bilang apa sus?”

Kulihat suster tersebut tampak ragu untuk menjawab pertanyaanku, dan hatiku yang semula sudah riang jadi redup kembali

“Dia marah-marah ya sus?” tanyaku lemah

Suter tersebut menganggukkan kepalanya, dan aku menarik nafas panjang

“Jam berapa aku bisa pulang sus?” tanyaku mengalihkan topik pembicaraan

“Sekitar dua jam lagi bu, sekarang ibu masih harus diperiksa kembali sebelum benar-benar pulang”

Aku mengangguk, dan ingin banyak bertanya dan membiarkan suster tersebut mengecek infus dan tensi darahku kembali

Kembali pintu ruanganku diketuk dan aku bersama suster sama-sama menoleh ketika pintu didorong dari luar

“Rara……” teriak Reni dan Okta berbarengan

Kedua sahabatku itu langsung berlari masuk dan menghambur ke pelukanku. Tangisku yang sudah reda kembali meledak. Aku memeluk kedua sahabatku dan menangis sesenggukan di dekapan mereka. Kurasakan usapan hangat di bahuku dari kedua sahabatku yang masih betah memelukku itu, dan aku kembali meluapkan kekecewaan dan kesedihanku atas sikap mas Rafli padaku

“Kenapa nggak ngabarin kalau kamu kecelakaan?” tanya Reni ketika melepas dekapannya padaku

Aku mengusap kasar wajahku, dan secara bergantian memeluk semua teman sekantorku yang datang sore ini tanpa sempat menjawab pertanyaan Reni

“Aku baru sadar itu tengah malam Ren, mana sempat untuk ngabarin kalian” jawabku

Okta segera mengupas buah jeruk dan menyuapkannya ke mulutku. Secara bergantian teman-temanku mengusap kepalaku dan memandang iba padaku

“Nggak ada yang parah kan Ra?” tanya mereka

Aku menggeleng

“Kata dokter, sore ini aku bisa pulang”

Ucapan syukur langsung meluncur dari mulut semua teman dan sahabatku

“Yang nabrak kamu siapa? Tanggung jawab nggak dia?” tanya Tika

“Tanggung jawab. Dia bahkan nungguin aku semalam” jawabku

Tika kembali mengucap syukur mendengar jawabanku.

Dan kembali kami semua menoleh kearah pintu ketika terdengar suara salam seseorang

“Mas Rafli……?” batinku sambil menelan ludah ketika kulihat mas Rafli masuk sambil mengembangkan senyum kearah kami semua yang ada di dalam ruangan ini

“Bagaimana sayang, apa kata dokter?” tanya mas Rafli sambil mengecup keningku dan mengusap lenganku

Hal yang bertolak belakang ketika aku meneleponnya satu jam yang lalu. Dan aku kembali hanya bisa menatap matanya dengan tatapan nanar

Mas Rafli kembali tersenyum, dan duduk di sebelahku. Dirapikannya anak rambut yang menjuntai di wajahku, di selipkannya ke belakang telingaku

“Cieeeee……” ledek Reni membuat yang lain terkekeh

Aku ikut tersenyum kaku melihat semua temanku terkekeh melihat perhatian mas Rafli padaku

“Mbak nya sudah bisa pulang nanti, tapi kita periksa kembali ya?” ucap dokter yang tiba-tiba masuk

Seluruh temanku menyingkir termasuk mas Rafli, dan dokter segera memintaku berbaring karena dia akan memeriksa perutku. Semuanya diam dan memperhatikan bagaimana dokter memeriksaku dengan intensif, kemudian beliau menyebutkan nama jenis obat yang segera dicatat oleh suster pada kertas yang diselipkan di papan yang dibawanya tadi

“Mas suaminya mbak Rara?” tanyanya pada mas Rafli yang mengiyakan

“Darah mbak Rara sangat rendah, jangan suruh dia banyak pikiran dan capek. Dia harus bed rest untuk beberapa hari untuk memulihkan keadaannya. Segera bawa ke rumah sakit lagi jika mbak Rara kembali drop”

Mas rafli mengangguk, dan segera menggenggam tanganku. Kemudian dokter yang memeriksaku berpamitan dan aku segera bersiap untuk pulang dengan dibantu teman-temanku. Reni mendorong kursi roda yang berisikan aku, yang lain berjalan di kanan kiriku dan ada juga di belakangku. Sementara mas Rafli kebagian apotik mengambil obat

“Semua biaya sudah dibayar oleh yang menabrak bu Tamara” ucap bagian administrasi ketika mas Rafli menanyakan biaya perawatanku

Mas Rafli tampak mengangkat alisnya, kemudian dia segera berlalu setelah mendengar jawaban dari pihak rumah sakit

“Makasih ya semuanya….” Ucapku pada semua temanku yang mengantarkan ku sampai dekat mobil mas Rafli

Secara bergantian mereka kembali memelukku dan kembali Reni dan Okta membantuku masuk kedalam mobil ketika mas Rafli tiba. Dengan melambaikan tangan kearah semua temanku, mobil yang dikemudikan mas Rafli secara pasti mulai meninggalkan area parker rumah sakit

“Mas Arash…..?” batinku ketika tak sengaja aku melihatnya berdiri di dekat mobilnya dan sedang menatap ke arahku

Kepalaku sampai berputar melihat kearahnya yang terus menatap ke arahku, dan aku tergagap ketika ditegur oleh mas Rafli

“Tutup kacanya, kamu kan baru sehat”

Aku menurut dan segera menutup kaca mobil, tapi aku masih berusaha melihat melalui spion sebelum kacanya benar-benar tertutup rapat. Sepanjang perjalanan menuju rumah, tak ada sepatah kata jua mas Rafli mengajakku berbicara. Dan aku juga diam, tidak berniat membuka mulutku

Hingga hampir satu jam, barulah mobil yang dikendarai mas Rafli masuk ke kawasan perumahan tempat tinggal kami. Dan mas Rafli turun membuka pagar, kemudian masuk kembali kedalam mobil dan segera memasukkan mobil kedalam garasi yang bersatu dengan teras

“Turun sendiri, bisa kan?” ucapnya cuek sambil membanting pintu

Lalu mas Rafli membuka tas kerjanya, dan mengeluarkan kunci, kemudian dia membuka pintu rumah. Sementara aku segera turun sendiri, karena memang aku merasakan jika aku sudah jauh lebih baik.

Aku segera menghenyak kan tubuhku di sofa dan menyandarkan kepalaku di sandaran kursi

“Kenapa kamu bisa kecelakaan?” tanya mas Rafli ketus

Aku menegakkan kepalaku dan menjawab sekenanya

“Nggak tahu mas, tahu-tahu pandangan aku gelap”

Mas Rafli melengos kemudian dia bangkit

“Aku tidak mau masak, kalau kamu lapar kamu bisa pesan makanan. Aku sebentar lagi mau keluar, aku ada janji dengan teman-temanku”

Aku diam dan menarik nafas panjang melihat sikapnya kembali ke mode awal, tidak semanis ketika di depan para teman-temanku

Aku masih betah duduk di sofa, sedang mas Rafli masuk ke kamar, tak lama keluar lagi dengan menentang handuk di tangannya yang menit berikutnya telah terdengar suara gebyar gebyur air jatuh di lantai kamar mandi

Aku kembali menarik nafas panjang, sejak kemarin aku tidak mandi, dan rasanya tubuhku lengket, masa iya aku tidak mandi lagi sore ini. Tapi siapa yang akan memasak air panas untuk aku mandi? Mas Rafli tentu tak akan mau, tadi dia sendiri yang bilang jika dia tidak mau masak, termasuk masak air.

Dengan langkah berat aku berjalan ke belakang dan mengambil panci besar, mengisinya dengan air. Dan butuh beberapa kali tarikan nafas untuk aku mengangkat panci ukuran lima kilo tersebut sampai akhirnya bisa aku letakkan di atas kompor

Kudengar suara langkah mas Rafli, aku menoleh kearahnya yang juga menoleh ke arahku

“Ngapain kamu?” tanyanya

“Masak air mas. Aku mau mandi”

Mendengar jawabanku, mas Rafli kembali ngeloyor pergi. Hampir satu jam berikutnya air mendidih dan aku segera mematikan kompor. Sementara mas Rafli kulihat sudah rapih

“Mas bisa minta bantuannya?” tanyaku takut-takut

“Apa? Minta angkatin panci itu ke kamar mandi? Ogah!!!” jawab mas Rafli sambil melipat lengan kemeja yang dipakainya

Aku hanya bisa diam dan menatapnya dengan perasaan yang susah aku ungkapkan. Sementara mas Rafli kembali berlalu, dan tak lama terdengar senandung lirih dari mulutnya, kemudian terdengar suara pintu di tutup dan menit berikutnya suara mobil keluar dari dalam garasi

Aku kembali terduduk, air mata langsung mengalir deras dari mataku tanpa bisa aku cegah. Aku memukul-mukul pahaku dengan kesal, meluapkan kekesalan yang tak ada tempat untuk meluapkannya

Lamat-lamat aku mendengar suara ketukan di luar. Aku segera memasang telingaku dengan saksama, memastikan jika pendengaranku tak salah

Benar, suara ketukan itu benar dari pintu depan. Aku segera berdiri, menghapus kasar wajahku dan berjalan ragu kearah depan

Dari kaca jendela aku lihat memang ada orang di luar. Orang tersebut tampak membelakangi pintu, sehingga aku kembali melihat kearah jendela memastikan siapa gerangan orang yang berdiri diluar saat ini

“Ra…..?” panggil suara di luar sambil melambaikan tangannya ke arahku yang melihat dari kaca

Dengan terburu aku segera membuka pintu begitu mengetahui siapa yang berdiri di luar saat ini

“Mas kok tahu rumah kami?” tanyaku begitu pintu aku buka lebar

Arash mengembangkan senyumnya

“Aku nggak disuruh masuk gitu?” ucapnya sambil terus tersenyum

Aku menoleh kearah dalam rumah dengan ragu. Jika mas Rafli tiba-tiba pulang, dan melihat ada lelaki di rumah ini bisa mati aku olehnya

“Bercanda…..” ucap Arash seperti faham dengan keraguanku

Aku tersenyum tak enak padanya

“Suami aku nggak ada di rumah mas. Dan aku takut nanti terjadi salah faham jika dia tahu aku memasukkan lelaki kedalam rumah” jawabku serba salah

“Iya tahu. Aku kesini Cuma mau nganter ini” ucap Arash memberikan kantong kresek ke tanganku

“Aku tahu kamu belum makan. Padahal kamu harus banyak makan karena kamu harus sehat. Kamu nggak boleh sakit, iya kan?”

Kembali aku tersenyum kaku

“Masuklah mas. Nggak enak aku, mas baru sekali kesini malah aku suruh berdiri di luar”

Arash memutar kepala dan tubuhnya melihat ke belakang, seperti memastikan jika keadaan aman, kemudian dia mengangguk

“Mata kamu kenapa?” tanya Arash setelah kami duduk

Aku segera membuang wajahku dan terburu mengusap wajahku dengan kasar. Setelah itu aku kembali menoleh kearah Arash dan menampilkan sebuah senyuman, memastikan jika aku baik-baik saja agar dia tidak banyak tanya

“Mas ngikutin kami ya?” tebak ku

Arash terkekeh, kemudian mengangguk

“Jadi mas tahu suami aku pergi?” tanyaku lagi

Kembali Arash mengangguk dan menjelaskan karena itulah dia bertamu ke rumah kami sekalian membawakan aku makanan, karena dia melihat jika pulang dari rumah sakit tadi mas Rafli tidak menghentikan mobilnya untuk membeli makanan, dan kemudian tak lama sampai rumah mas Rafli sudah pergi lagi

“Kamu nggak mandi?” tanyanya yang membuat aku sadar jika aku masih memakai seragamku kemarin. Seragam yang sejak pagi kemarin melekat di tubuhku belum diganti hingga malam ini

“Nanti sajalah mas. Tunggu mas pulang” jawabku sekenanya

“Oh, kalau begitu aku pulang saja”

“Nggak gitu juga kali mas…..” sergahku dengan nada merajuk

Arash tersenyum dan aku ikut tersenyum

“Aku ambilkan air minum ya mas?. Mas mau minum apa? teh apa kopi?” tawarku

“Nggak usah repot-repot” tolaknya halus

Tapi aku tetap berdiri dan meninggalkan mas Arash sendirian di ruang tamu. Sepeninggal Rara, Arash menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan matanya berkeliling memandang sekeliling rumah Rara. Di tembok hanya ada beberapa foto yang terpajang, foto pernikahan, foto Rara dan suaminya dan juga foto Rara sendirian.

Arash langsung berdiri begitu melihat Rara membawa baki berisi teh hangat dan juga kue yang tadi dibelinya

“Loh, aku beli kue ini untuk kamu loh Ra. Kenapa malah kamu hidangkan?”ucap Arash mengambil alih baki dari tanganku

“Kan mas tadi bawanya banyak, nggak habis oleh aku sendirian” ucapku

Arash tertawa mendengar jawabanku. Lalu aku mempersilahkannya minum dan tanpa kami sadari mengalir lah obrolan ringan kami

Jam delapan malam lewat Arash berpamitan padaku dan aku menganggukkan kepalaku ketika dia berpamitan

“Sekarang kamu bisa mandi” ucapnya tersenyum yang ku balas dengan terkekeh

“Ehm..., kalau aku minta bantuan, apa mas mau?” tanyaku ragu ketika Arash berdiri

Episodes
1 Curiga
2 Jabatan Baru
3 Bukti
4 Makin Tak Dihargai
5 Insiden
6 Di Rawat
7 Diabaikan
8 ARASH
9 LUKA TAK BERDARAH
10 PULANG
11 KESAN PERTAMA
12 Makan Siang
13 ARASH PULANG
14 PESAN DARI ARASH
15 MULAI KERJA LAGI
16 FIRASAT MAMA
17 POV TAMARA ANGELIKA
18 Ke Rumah Mama
19 Fakta Dari Kak Dilta
20 NYARIS KETAHUAN
21 KAMUFLASE
22 MARAHNYA ARASH
23 TERBONGKAR
24 HANCUR
25 ARASH DATANG LAGI
26 AKU SAKIT
27 Kalapnya Kak Satria
28 LAPORAN
29 PEMBALASAN DI MULAI
30 Kembali Koleps
31 PERHATIAN ARASH
32 PENGAKUAN RAFLI
33 MENCOBA MENENANGKAN DIRI
34 ARASH MENYUSUL
35 HAL TAK TERDUGA
36 PERNYATAAN PERASAAN ARASH
37 BERPISAH, NAMUN BAHAGIA
38 HASIL DIAGNOSIS
39 SIDANG CERAI
40 HASIL DIAGNOSIS
41 KEPANIKAN SATRIA
42 SURPRISE DARI ARASH
43 DAMN!!! INI GILA
44 BERTIGA DENGAN ARDI
45 BERTENGKAR
46 SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN
47 TEKA TEKI OBAT PENYUBUR KANDUNGAN
48 SEMAKIN PARAH
49 KE RUMAH SAKIT PROPINSI
50 TAK SADAR
51 DAPATNYA BUKTI
52 BERGERAK
53 PELAKU DIBALIK KASUS OBAT TERLARANG
54 ARASH GALAU
55 BERTEMUNYA AKU DENGAN ARASH DAN KELUARGANYA
56 KAK RAY DATANG
57 LUAPAN RINDU
58 AKU TERKENA LEUKEMIA
59 KEMOTERAPI AWAL
60 TERGUNCANG
61 SUASANA KANTOR
62 DINA SAKIT
63 PERHITUNGAN DI MULAI
64 NEKATNYA ARASH
65 PERMINTAANKU PADA ARASH
66 AKU NGGAK MAU RA......
67 PULANG
68 DINA CURIGA
69 TEKA TEKI PENYAKITKU
70 ARDI MENEMUIKU
71 TUAN HARYO MENEMUI RAFLI
72 MEMINTA BANTUAN KAK DILTA
73 RESIGN
74 DAN LAGI ARASH DATANG
75 DAN AKHIRNYA ITU TERJADI
76 KEMOTERAPI KEDUA
77 MAKIN PARAH
78 STADIUM EMPAT
79 DAN AKU KEMBALI TERGUNCANG
80 DIBAWA KE BELANDA
81 DIRAWAT DI BELANDA
82 TAMU TAK TERDUGA DI PESTA ULANG TAHUN MALIKA
83 Janji
84 ULTIMATUM
85 BABAK BARU KASUS RAFLI
86 KESALNYA ARASH
87 DISKUSI
88 SETITIK HARAPAN
89 PERJUANGAN ARASH
90 KABAR DARI RUMAH
91 KEMANA AKU MENCARI KAMU?
92 JALAN YANG BERLIKU
93 TERUS MENCARI
94 INTEROGASI
95 DOKUMEN RARA
96 Maaffffff...
97 KABAR LAMA
98 INFORMASI BERHARGA
99 TAK KENAL LELAH
100 TERUS BERJUANG
101 AKU HARUS KUAT TUHAN
102 DIANTARA DUA PILIHAN
103 JANTUNG DINA KUMAT LAGI
104 KESEDIHAN ARASH
105 KEPUTUSAN TUAN HARYO
106 Saran Ardi
107 RAMBUTKU MULAI RONTOK
108 PERTOLONGAN ARDI
109 PULANG
110 MENCARI KEBENARAN
111 AKHIRNYA SAMPAI DI RUMAH
112 AKHIRNYA ARASH MENYERAH
113 KE HOPE LIFE
114 KEINGINANKU
115 PENOLAKAN
116 KE RUMAH
117 UCAPAN KAK SATRIA
118 MENEMUI MAS RAFLI
119 PERMINTAAN MAAF MAS RAFLI
120 KOLAPS
121 KEMBALI TAK TENANG
122 PINTARNYA SARAS
123 SEKARAT
124 KEMOTERAPI DOSIS TINGGI
125 SUDAH YA PA.......
126 MELIHAT ARASH
127 TINGGAL DI HOPE LIFE
128 MAAFIN AKU KAK SATRIA
129 DINA KEMBALI KAMBUH
130 BERTEMUNYA AKU DENGAN DINA
131 OBROLAN SINGKAT
132 MANA RARA
133 JADI................
134 SUATU SORE
135 ANTARA AKU, ARASH, DAN ISTRINYA
136 KARENA AKU MENCINTAIMU ARASH......
137 SEMALAMAN DENGAN ARASH
138 MENCARI INFORMASI
139 MULAI TERKUAK
140 DI UJUNG MAUT
141 DINA MARAH
142 DINA KOLAPS
143 IKHLASKAN RARA YA PA.......
144 PERMINTAAN TERAKHIR RARA
145 OPERASI JANTUNG RARA
146 PEMAKAMAN
147 TAMAT
148 terima kasih tak terhingga utk para readers
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Curiga
2
Jabatan Baru
3
Bukti
4
Makin Tak Dihargai
5
Insiden
6
Di Rawat
7
Diabaikan
8
ARASH
9
LUKA TAK BERDARAH
10
PULANG
11
KESAN PERTAMA
12
Makan Siang
13
ARASH PULANG
14
PESAN DARI ARASH
15
MULAI KERJA LAGI
16
FIRASAT MAMA
17
POV TAMARA ANGELIKA
18
Ke Rumah Mama
19
Fakta Dari Kak Dilta
20
NYARIS KETAHUAN
21
KAMUFLASE
22
MARAHNYA ARASH
23
TERBONGKAR
24
HANCUR
25
ARASH DATANG LAGI
26
AKU SAKIT
27
Kalapnya Kak Satria
28
LAPORAN
29
PEMBALASAN DI MULAI
30
Kembali Koleps
31
PERHATIAN ARASH
32
PENGAKUAN RAFLI
33
MENCOBA MENENANGKAN DIRI
34
ARASH MENYUSUL
35
HAL TAK TERDUGA
36
PERNYATAAN PERASAAN ARASH
37
BERPISAH, NAMUN BAHAGIA
38
HASIL DIAGNOSIS
39
SIDANG CERAI
40
HASIL DIAGNOSIS
41
KEPANIKAN SATRIA
42
SURPRISE DARI ARASH
43
DAMN!!! INI GILA
44
BERTIGA DENGAN ARDI
45
BERTENGKAR
46
SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN
47
TEKA TEKI OBAT PENYUBUR KANDUNGAN
48
SEMAKIN PARAH
49
KE RUMAH SAKIT PROPINSI
50
TAK SADAR
51
DAPATNYA BUKTI
52
BERGERAK
53
PELAKU DIBALIK KASUS OBAT TERLARANG
54
ARASH GALAU
55
BERTEMUNYA AKU DENGAN ARASH DAN KELUARGANYA
56
KAK RAY DATANG
57
LUAPAN RINDU
58
AKU TERKENA LEUKEMIA
59
KEMOTERAPI AWAL
60
TERGUNCANG
61
SUASANA KANTOR
62
DINA SAKIT
63
PERHITUNGAN DI MULAI
64
NEKATNYA ARASH
65
PERMINTAANKU PADA ARASH
66
AKU NGGAK MAU RA......
67
PULANG
68
DINA CURIGA
69
TEKA TEKI PENYAKITKU
70
ARDI MENEMUIKU
71
TUAN HARYO MENEMUI RAFLI
72
MEMINTA BANTUAN KAK DILTA
73
RESIGN
74
DAN LAGI ARASH DATANG
75
DAN AKHIRNYA ITU TERJADI
76
KEMOTERAPI KEDUA
77
MAKIN PARAH
78
STADIUM EMPAT
79
DAN AKU KEMBALI TERGUNCANG
80
DIBAWA KE BELANDA
81
DIRAWAT DI BELANDA
82
TAMU TAK TERDUGA DI PESTA ULANG TAHUN MALIKA
83
Janji
84
ULTIMATUM
85
BABAK BARU KASUS RAFLI
86
KESALNYA ARASH
87
DISKUSI
88
SETITIK HARAPAN
89
PERJUANGAN ARASH
90
KABAR DARI RUMAH
91
KEMANA AKU MENCARI KAMU?
92
JALAN YANG BERLIKU
93
TERUS MENCARI
94
INTEROGASI
95
DOKUMEN RARA
96
Maaffffff...
97
KABAR LAMA
98
INFORMASI BERHARGA
99
TAK KENAL LELAH
100
TERUS BERJUANG
101
AKU HARUS KUAT TUHAN
102
DIANTARA DUA PILIHAN
103
JANTUNG DINA KUMAT LAGI
104
KESEDIHAN ARASH
105
KEPUTUSAN TUAN HARYO
106
Saran Ardi
107
RAMBUTKU MULAI RONTOK
108
PERTOLONGAN ARDI
109
PULANG
110
MENCARI KEBENARAN
111
AKHIRNYA SAMPAI DI RUMAH
112
AKHIRNYA ARASH MENYERAH
113
KE HOPE LIFE
114
KEINGINANKU
115
PENOLAKAN
116
KE RUMAH
117
UCAPAN KAK SATRIA
118
MENEMUI MAS RAFLI
119
PERMINTAAN MAAF MAS RAFLI
120
KOLAPS
121
KEMBALI TAK TENANG
122
PINTARNYA SARAS
123
SEKARAT
124
KEMOTERAPI DOSIS TINGGI
125
SUDAH YA PA.......
126
MELIHAT ARASH
127
TINGGAL DI HOPE LIFE
128
MAAFIN AKU KAK SATRIA
129
DINA KEMBALI KAMBUH
130
BERTEMUNYA AKU DENGAN DINA
131
OBROLAN SINGKAT
132
MANA RARA
133
JADI................
134
SUATU SORE
135
ANTARA AKU, ARASH, DAN ISTRINYA
136
KARENA AKU MENCINTAIMU ARASH......
137
SEMALAMAN DENGAN ARASH
138
MENCARI INFORMASI
139
MULAI TERKUAK
140
DI UJUNG MAUT
141
DINA MARAH
142
DINA KOLAPS
143
IKHLASKAN RARA YA PA.......
144
PERMINTAAN TERAKHIR RARA
145
OPERASI JANTUNG RARA
146
PEMAKAMAN
147
TAMAT
148
terima kasih tak terhingga utk para readers

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!