LUKA TAK BERDARAH

“Jangan dibangunkan!” ucap pak Satria ketika perawat hendak membangunkan Rara

Perawat tersebut menurut dan memilih mundur kembali

“Siapa yang menjaganya semalam?”

“Saya, dua orang polisi dan yang menabraknya pak” jawab suster tersebut

“Suaminya?”

Suster tersebut menggeleng

“Tapi suami Rara sudah tahu kan jika Rara kecelakaan?”

Suster tersebut mengangguk. Pak Satria menarik nafas panjang, kemudian kembali dia menatap wajah pucat Rara

“Saya lama mengenal kamu Ra. Saya tahu kamu anak baik, karena itulah keluarga kami mengasuh dan membiayai pendidikanmu. Tapi aku tidak menyangka jika suami kamu akan setega ini sama kamu” lirih pak Satria dengan wajah sedih

“Jagain dia sus. Segera hubungi saya jika ada hal buruk terjadi sama Rara”

Suster tersebut menganguk, kemudian kembali pak Satria menatap wajah Rara

“Kakak pulang Ra. Sore nanti kakak kesini lagi. Kakak nggak bisa nahan diri begitu dengar jika kamu kecelakaan. Pikiran kakak sudah buruk mendengar jika kamu kecelakaan” lanjut pak Satria

Sambil berjalan keluar dari dalam ruangan perawatan Rara, pak Satria menempelkan hp ke telinganya.

“Kurang ajar Rafli. Dia sepertinya sengaja tidak menjawab panggilanku” geram pak Satria sambil memasukkan hp ke dalam saku celananya. Kemudian beliau segera berjalan menuju parkiran dan segera melajukan mobil menuju ke suatu tempat

“Aku yakin kamu sudah di kantor jam segini” gumamnya menahan emosi

Segera di lajukannya mobil dengan cepat, dan tak sampai satu jam akhirnya mobil yang dikendarai pak Satria masuk kehalaman sebuah kantor pemerintahan

“Selamat pagi pak…..” sapa ramah seorang security ketika dilihatnya pak Satria akan masuk kedalam kantor

“Rafli ada di dalam kan?” tanya pak Satria

Security tersebut menganguk dan berniat hendak mengantarkan pak Satria kedalam, menuju ruangan Rafli tetapi ditolak halus dengan pak Satria.

“Lawan kamu bukan Rara. Aku lawan kamu” geram pak Satria yang terus berjalan menuju ruangan kerja Rafli

Sampai di depan pintu ruangan kerja Rafli, pak Satria mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Rafli yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mengangkat kepalanya ketika didengarnya suara yang taka sing di telinganya

“Eh kak….” Sapa Rafli ramah dengan langsung berdiri dan menghampiri pak Satria yang saat ini tengah berbicara lirih dengan salah satu karyawan

“Pinjam Rafli nya sebentar ya pak. Ada urusan dikit” ucap pak Satria tanpa menoleh kearah Rafli yang tersenyum ramah kearahnya

Dengan cepat, pak Satria mencekal tangan Rafli dan membawanya menjauh dari koridor kantor. Dan Rafli yang sudah bisa menebak jika saat ini Pak Satria marah padanya sudah menyiapkan alasan di otaknya

“Kamu tahu kan Rara kecelakaan dan sekarang di rawat. Kenapa kamu sampai detik ini belum membesuknya. Kemana otak kamu, hah?”

Rafli berusaha tenang menghadapi wajah pak Satria yang sudah tampak emosi sekali

“Kakak kan tahu, di rumah sakit Permata mana bisa pasien ditungguin kak. Itulah makanya aku belum kesana. Dan sekarang kakak juga tahu, aku lagi kerja. Nggak bisa dong kak bolos sembarangan. Bisa kena SP aku”

Pak Satria tersenyum menyeringai

“Pintar kamu membuat alasan Rafli. Aku ingatkan sekali lagi sama kamu, jika sampai sore nanti kamu masih juga belum besuk adik aku, aku pastikan kamu berurusan sama aku. jangan kamu fikir Rara itu sendirian di dunia ini, dia masih ada kami. Walau kami bukan saudara kandungnya, walau Rara bukan anak kandung orang tuaku. Tapi aku yakin kamu ingat, bagaimana sayangnya kedua orang tuaku, dan kami sama Rara”

Rafli diam, dia membuang mukanya mendengar ancaman dari pak Satria. Masih dengan wajah marah, pak Satria segera meninggalkan Rafli yang hanya bisa menatapnya dengan rahang mengeras

“Kurang ajar Rara. Sekarang dia sudah berani ngadu sama Satria bajingan itu. Awas kamu Ra, kamu akan menerima akibat dari perbuatan kamu ini” geram Rafli sambil kembali kedalam ruangannya

...****************...

Aku terjaga ketika kurasakan ada sebuah sentuhan di wajahku

“Oh, maaf…..”

Aku memasang senyum kaku kemudian mengucek mataku ketika melihat jika yang ada di depan mataku saat ini adalah Arash.

“Jam berapa sekarang?” tanyaku berusaha bangun

“Nggak usah bangun. Kamu berbaring aja”

Tapi aku tidak menghiraukan ucapan Arash, aku masih saja berusaha duduk

“Maaf….” Kembali Arash berkata sambil memegang bahuku, membantuku duduk. Tak sengaja hidungku mencium aroma tubuhnya ketika wajahku menyentuh pundaknya

“Susternya kemana?” tanyaku

“Keluar tadi. Makanya aku yang jagain kamu”

“Mas tahu hp aku kemana?”

“Apa?” tanya Arash tak yakin dengan pendengarannya

“Mas tahu hp aku dimana?” ulangku

Arash tersenyum dan aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum

“Aku suka kamu panggil dengan sebutan mas” ucapnya yang membuat aku sontak terdiam

“Oh, maaf atas kelancanganku. Ku fikir tidak sopan jika aku memanggil dengan menyebut nama langsung”

Arash kembali tersenyum dan menggeleng

“Tak apa. Aku suka”

Aku menunduk sambil tersenyum

“Oh iya, tadi kamu mencari hp kamu kan?” Arash yang duduk di ujung kakiku bangkit dan membuka laci meja dan mengambil hp ku

“Ya Tuhan…..” desisku ketika aku melihat jam nyaris menunjukkan angka sebelas siang

Tanpa mempedulikan Arash yang terus menatap ke arahku, aku segera membuka pesan, berharap jika ada pesan masuk dari suamiku. Karena aku lihat ada banyak notifikasi pesan yang masuk. Tapi ternyata dari puluhan pesan yang masuk satupun tidak ada dari suamiku. Yang ada hanyalah notifikasi panggilan tak dijawab dariku yang jumlahnya puluhan

Arash menangkap perubahan wajah Rara. Tapi tidak ada niatan dihatinya untuk bertanya, karena bukan hak nya untuk menanyakan hal pribadi tersebut, dia tak ingin dicap sebagai orang kepo oleh Rara

Kemudian aku membuka panggilan, dan melihat ada panggilan masuk dari pak Satria. Dengan segera aku mendial nomor beliau dan langsung tersambung

“Sebentar ya mas…..” ucapku kearah Arash yang terus menatap ke arahku. Arash menganggukkan kepalanya dan aku segera mengucap salam ketika terdengar suara pak Satria

“Maaf pak aku tidak memberitahu bapak jika aku tidak masuk kantor hari ini”

Arash yang menatap kearah Rara bisa menyimpulkan jika yang sedang ditelepon oleh Rara saat ini adalah bos tempatnya bekerja

Pintu kamar di ketuk, dan aku menoleh kearah pintu yang terbuka. Masuk seorang perempuan paruh baya mendorong troli dan meletakkan jatah makan siang di atas lemari, kemudian berpamitan keluar. Dan aku hanya menganggukkan kepalaku kearah perempuan paruh baya tersebut karena aku masih terus berbicara sama pak Satria

“Terima kasih pak karena telah membesukku. Kenapa tadi tidak membangunkan ku” ucapku ketika mendengar jawaban pak Satria jika dia tadi membesukku

“Terima kasih pak…..” ucapku akhirnya setelah mendengar pak Satria memberiku izin sampai aku benar-benar pulih

Kemudian aku meletakkan hp di sebelahku dan menatap kearah Arash yang sedang menatap hp nya. Terlihat tangannya seperti mengetik sebuah pesan

“Makan ya?” ucapnya sambil mengambil kotak makan siang yang tadi diberikan oleh petugas rumah sakit ini

Aku mengangguk. Karena memang aku merasa lapar, aku ingat sejak kemarin aku belum makan sama sekali

Dan lagi-lagi Arash melakukan perbuatan diluar prediksi ku. Tanganku yang hendak mengambil sendok dicegahnya, berganti dengan dia yang menyuapkan nasi yang lebih mirip bubur ke mulutku

“Aku bisa sendiri mas….” tolak ku

Arash menggeleng

“Kamu disini itu karena aku. Dan aku merasa sangat bersalah karena telah membuat kamu celaka” ucapnya bersikeras

Aku tak punya pilihan lain selain menuruti ucapannya. Aku membuka mulutku, dan dengan pelan mengunyah makanan yang terasa hambar tersebut

“Ayo lagi…..” ucap Arash karena aku menolak ketika dia akan menyuapiku untuk kelima kalinya

“Nggak enak?” tanyanya sambil menahan senyum

Aku terkekeh sambil mengangguk

“Ya sudah, kalau begitu kamu makan roti yang sengaja aku beli tadi” kembali Aras berkata dengan meletakkan kotak makan di atas nakas dan membuka nakas tersebut, mengambil sebuah kantong kresek dan mengeluarkan isinya

Aku mengambil sebuah roti, dan mulai mengunyahnya. Karena aku memang lapar, roti yang ada di dalam kresek tersebut nyaris aku habiskan. Dan Arash terkekeh ketika aku tak sengaja bersendawa. Dan aku yang kaget, segera menutup mulutku dan ikut tertawa juga

“Kita periksa dulu ya mbak kondisinya” ucap sebuah suara yang membuat tawa kami berhenti

Seorang dokter masuk,bersama suster yang merawat ku semalaman ini. Arash segera turun dan berdiri diujung kakiku, tampak dia kembali memperhatikan ketika dokter mulai memeriksa keadaan ku

“Masih rendah dok tensi darahnya” ucap suster melepas alat tensi meter dari lenganku

Kemudian dokter bertanya apa keluhanku, dan aku menggeleng semua ketika dia menanyakan apakah kepalaku sakit, apakah perutku sakit, apakah aku merasa mual, apakah aku merasa pusing

“Aku bisa pulangkan dok sore ini?” tanyaku setelah dokter selesai memeriksa seluruh keadaanku

“Kita masih perlu ct scan” ucapnya

“Siang ini bisa kan dok?” kejar ku

Dokter tersebut mengangguk. Kemudian setelah berbincang ringan dokter tersebut meminta pada perawat untuk mempersiapkan aku karena aku akan diperiksa ct scan

“Aku ikut” ucap Arash ketika suster kembali masuk kedalam ruangan dengan mendorong kursi roda

Aku menoleh kearah suster meminta pendapatnya, dan suster tersebut menganggukkan kepalanya. Dengan kembali dibantu Arash, aku turun dari ranjang dan duduk di kursi roda. Sepanjang perjalanan menuju ruangan khusus ct scan, Arash yang mendorong kursi roda

“Aku tunggu diluar” ucapnya ketika aku dan suster akan masuk

Aku menganggukkan kepalaku, dan Arash menampilkan senyumnya sebelum akhirnya berganti dengan suster yang mendorong kursi rodaku

“Sweet banget dia bu, andai dia suami ibu” ucap suster yang membuat aku tertawa

Kurang lebih lima belas menit aku di dalam ruangan ct scan, setelah selesai aku keluar

“Bagaimana?” tanya Arash ketika aku sudah keluar dengan di dorong suster

“Semuanya baik, tidak ada patah tulang atau juga benturan keras di kepalanya” jawab dokter yang membuat aku dan Arash menarik nafas lega

Setelah itu, kami masuk kembali kedalam ruang perawatan. Setelah aku duduk di bersandar bantal di ranjang, aku kembali meminta tolong pada Arash untuk mengambilkan hp ku

“Kenapa?” tanya Arash ketika didengarnya tarikan nafas panjang Rara

Aku menggeleng. Dan kembali menempelkan hp ke telingaku

“Mas, aku di rumah sakit” ucapku ketika terdengar suara mas Rafli di seberang

“Terserah. Emang aku peduli?”

“Kok mas ngomongnya kaya gitu?” tanyaku kecewa

Tak ada jawaban, ternyata panggilan sudah berakhir. Sekuat tenaga aku bersikap biasa saja di depan Arash yang tengah menatap mataku

“Suamiku akan kesini. Mas Arash bisa pulang. Terima kasih karena telah menjagaku dari tadi” lirihku sambil menundukkan kepalaku

Arash menganggukkan kepalanya, dia tahu Rara berbohong. Terlihat dari air mukanya yang berubah sedih ketika selesai menelepon

“Oh baguslah kalau begitu. Aku senang akhirnya suami kamu datang. Aku pamit ya Ra. Dan jika kamu butuh apa-apa jangan sungkan menghubungiku”

Aku menganggukkan kepalaku sambil mengerjap kan mataku, menahan air mata yang siap tumpah. Sepeninggal Arash pergi aku langsung menutup wajahku dan langsung menangis sesenggukan. Dan Arash yang masih berdiri di depan pintu kamar mendengar dengan jelas suara tangisan Rara

“Ada rahasia yang kamu sembunyikan dari aku Ra….” Lirihnya

Terpopuler

Comments

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

Sakit hati sesak loh klau suami kyk model bgt 😭😭😭😭

2024-09-21

1

lihat semua
Episodes
1 Curiga
2 Jabatan Baru
3 Bukti
4 Makin Tak Dihargai
5 Insiden
6 Di Rawat
7 Diabaikan
8 ARASH
9 LUKA TAK BERDARAH
10 PULANG
11 KESAN PERTAMA
12 Makan Siang
13 ARASH PULANG
14 PESAN DARI ARASH
15 MULAI KERJA LAGI
16 FIRASAT MAMA
17 POV TAMARA ANGELIKA
18 Ke Rumah Mama
19 Fakta Dari Kak Dilta
20 NYARIS KETAHUAN
21 KAMUFLASE
22 MARAHNYA ARASH
23 TERBONGKAR
24 HANCUR
25 ARASH DATANG LAGI
26 AKU SAKIT
27 Kalapnya Kak Satria
28 LAPORAN
29 PEMBALASAN DI MULAI
30 Kembali Koleps
31 PERHATIAN ARASH
32 PENGAKUAN RAFLI
33 MENCOBA MENENANGKAN DIRI
34 ARASH MENYUSUL
35 HAL TAK TERDUGA
36 PERNYATAAN PERASAAN ARASH
37 BERPISAH, NAMUN BAHAGIA
38 HASIL DIAGNOSIS
39 SIDANG CERAI
40 HASIL DIAGNOSIS
41 KEPANIKAN SATRIA
42 SURPRISE DARI ARASH
43 DAMN!!! INI GILA
44 BERTIGA DENGAN ARDI
45 BERTENGKAR
46 SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN
47 TEKA TEKI OBAT PENYUBUR KANDUNGAN
48 SEMAKIN PARAH
49 KE RUMAH SAKIT PROPINSI
50 TAK SADAR
51 DAPATNYA BUKTI
52 BERGERAK
53 PELAKU DIBALIK KASUS OBAT TERLARANG
54 ARASH GALAU
55 BERTEMUNYA AKU DENGAN ARASH DAN KELUARGANYA
56 KAK RAY DATANG
57 LUAPAN RINDU
58 AKU TERKENA LEUKEMIA
59 KEMOTERAPI AWAL
60 TERGUNCANG
61 SUASANA KANTOR
62 DINA SAKIT
63 PERHITUNGAN DI MULAI
64 NEKATNYA ARASH
65 PERMINTAANKU PADA ARASH
66 AKU NGGAK MAU RA......
67 PULANG
68 DINA CURIGA
69 TEKA TEKI PENYAKITKU
70 ARDI MENEMUIKU
71 TUAN HARYO MENEMUI RAFLI
72 MEMINTA BANTUAN KAK DILTA
73 RESIGN
74 DAN LAGI ARASH DATANG
75 DAN AKHIRNYA ITU TERJADI
76 KEMOTERAPI KEDUA
77 MAKIN PARAH
78 STADIUM EMPAT
79 DAN AKU KEMBALI TERGUNCANG
80 DIBAWA KE BELANDA
81 DIRAWAT DI BELANDA
82 TAMU TAK TERDUGA DI PESTA ULANG TAHUN MALIKA
83 Janji
84 ULTIMATUM
85 BABAK BARU KASUS RAFLI
86 KESALNYA ARASH
87 DISKUSI
88 SETITIK HARAPAN
89 PERJUANGAN ARASH
90 KABAR DARI RUMAH
91 KEMANA AKU MENCARI KAMU?
92 JALAN YANG BERLIKU
93 TERUS MENCARI
94 INTEROGASI
95 DOKUMEN RARA
96 Maaffffff...
97 KABAR LAMA
98 INFORMASI BERHARGA
99 TAK KENAL LELAH
100 TERUS BERJUANG
101 AKU HARUS KUAT TUHAN
102 DIANTARA DUA PILIHAN
103 JANTUNG DINA KUMAT LAGI
104 KESEDIHAN ARASH
105 KEPUTUSAN TUAN HARYO
106 Saran Ardi
107 RAMBUTKU MULAI RONTOK
108 PERTOLONGAN ARDI
109 PULANG
110 MENCARI KEBENARAN
111 AKHIRNYA SAMPAI DI RUMAH
112 AKHIRNYA ARASH MENYERAH
113 KE HOPE LIFE
114 KEINGINANKU
115 PENOLAKAN
116 KE RUMAH
117 UCAPAN KAK SATRIA
118 MENEMUI MAS RAFLI
119 PERMINTAAN MAAF MAS RAFLI
120 KOLAPS
121 KEMBALI TAK TENANG
122 PINTARNYA SARAS
123 SEKARAT
124 KEMOTERAPI DOSIS TINGGI
125 SUDAH YA PA.......
126 MELIHAT ARASH
127 TINGGAL DI HOPE LIFE
128 MAAFIN AKU KAK SATRIA
129 DINA KEMBALI KAMBUH
130 BERTEMUNYA AKU DENGAN DINA
131 OBROLAN SINGKAT
132 MANA RARA
133 JADI................
134 SUATU SORE
135 ANTARA AKU, ARASH, DAN ISTRINYA
136 KARENA AKU MENCINTAIMU ARASH......
137 SEMALAMAN DENGAN ARASH
138 MENCARI INFORMASI
139 MULAI TERKUAK
140 DI UJUNG MAUT
141 DINA MARAH
142 DINA KOLAPS
143 IKHLASKAN RARA YA PA.......
144 PERMINTAAN TERAKHIR RARA
145 OPERASI JANTUNG RARA
146 PEMAKAMAN
147 TAMAT
148 terima kasih tak terhingga utk para readers
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Curiga
2
Jabatan Baru
3
Bukti
4
Makin Tak Dihargai
5
Insiden
6
Di Rawat
7
Diabaikan
8
ARASH
9
LUKA TAK BERDARAH
10
PULANG
11
KESAN PERTAMA
12
Makan Siang
13
ARASH PULANG
14
PESAN DARI ARASH
15
MULAI KERJA LAGI
16
FIRASAT MAMA
17
POV TAMARA ANGELIKA
18
Ke Rumah Mama
19
Fakta Dari Kak Dilta
20
NYARIS KETAHUAN
21
KAMUFLASE
22
MARAHNYA ARASH
23
TERBONGKAR
24
HANCUR
25
ARASH DATANG LAGI
26
AKU SAKIT
27
Kalapnya Kak Satria
28
LAPORAN
29
PEMBALASAN DI MULAI
30
Kembali Koleps
31
PERHATIAN ARASH
32
PENGAKUAN RAFLI
33
MENCOBA MENENANGKAN DIRI
34
ARASH MENYUSUL
35
HAL TAK TERDUGA
36
PERNYATAAN PERASAAN ARASH
37
BERPISAH, NAMUN BAHAGIA
38
HASIL DIAGNOSIS
39
SIDANG CERAI
40
HASIL DIAGNOSIS
41
KEPANIKAN SATRIA
42
SURPRISE DARI ARASH
43
DAMN!!! INI GILA
44
BERTIGA DENGAN ARDI
45
BERTENGKAR
46
SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN
47
TEKA TEKI OBAT PENYUBUR KANDUNGAN
48
SEMAKIN PARAH
49
KE RUMAH SAKIT PROPINSI
50
TAK SADAR
51
DAPATNYA BUKTI
52
BERGERAK
53
PELAKU DIBALIK KASUS OBAT TERLARANG
54
ARASH GALAU
55
BERTEMUNYA AKU DENGAN ARASH DAN KELUARGANYA
56
KAK RAY DATANG
57
LUAPAN RINDU
58
AKU TERKENA LEUKEMIA
59
KEMOTERAPI AWAL
60
TERGUNCANG
61
SUASANA KANTOR
62
DINA SAKIT
63
PERHITUNGAN DI MULAI
64
NEKATNYA ARASH
65
PERMINTAANKU PADA ARASH
66
AKU NGGAK MAU RA......
67
PULANG
68
DINA CURIGA
69
TEKA TEKI PENYAKITKU
70
ARDI MENEMUIKU
71
TUAN HARYO MENEMUI RAFLI
72
MEMINTA BANTUAN KAK DILTA
73
RESIGN
74
DAN LAGI ARASH DATANG
75
DAN AKHIRNYA ITU TERJADI
76
KEMOTERAPI KEDUA
77
MAKIN PARAH
78
STADIUM EMPAT
79
DAN AKU KEMBALI TERGUNCANG
80
DIBAWA KE BELANDA
81
DIRAWAT DI BELANDA
82
TAMU TAK TERDUGA DI PESTA ULANG TAHUN MALIKA
83
Janji
84
ULTIMATUM
85
BABAK BARU KASUS RAFLI
86
KESALNYA ARASH
87
DISKUSI
88
SETITIK HARAPAN
89
PERJUANGAN ARASH
90
KABAR DARI RUMAH
91
KEMANA AKU MENCARI KAMU?
92
JALAN YANG BERLIKU
93
TERUS MENCARI
94
INTEROGASI
95
DOKUMEN RARA
96
Maaffffff...
97
KABAR LAMA
98
INFORMASI BERHARGA
99
TAK KENAL LELAH
100
TERUS BERJUANG
101
AKU HARUS KUAT TUHAN
102
DIANTARA DUA PILIHAN
103
JANTUNG DINA KUMAT LAGI
104
KESEDIHAN ARASH
105
KEPUTUSAN TUAN HARYO
106
Saran Ardi
107
RAMBUTKU MULAI RONTOK
108
PERTOLONGAN ARDI
109
PULANG
110
MENCARI KEBENARAN
111
AKHIRNYA SAMPAI DI RUMAH
112
AKHIRNYA ARASH MENYERAH
113
KE HOPE LIFE
114
KEINGINANKU
115
PENOLAKAN
116
KE RUMAH
117
UCAPAN KAK SATRIA
118
MENEMUI MAS RAFLI
119
PERMINTAAN MAAF MAS RAFLI
120
KOLAPS
121
KEMBALI TAK TENANG
122
PINTARNYA SARAS
123
SEKARAT
124
KEMOTERAPI DOSIS TINGGI
125
SUDAH YA PA.......
126
MELIHAT ARASH
127
TINGGAL DI HOPE LIFE
128
MAAFIN AKU KAK SATRIA
129
DINA KEMBALI KAMBUH
130
BERTEMUNYA AKU DENGAN DINA
131
OBROLAN SINGKAT
132
MANA RARA
133
JADI................
134
SUATU SORE
135
ANTARA AKU, ARASH, DAN ISTRINYA
136
KARENA AKU MENCINTAIMU ARASH......
137
SEMALAMAN DENGAN ARASH
138
MENCARI INFORMASI
139
MULAI TERKUAK
140
DI UJUNG MAUT
141
DINA MARAH
142
DINA KOLAPS
143
IKHLASKAN RARA YA PA.......
144
PERMINTAAN TERAKHIR RARA
145
OPERASI JANTUNG RARA
146
PEMAKAMAN
147
TAMAT
148
terima kasih tak terhingga utk para readers

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!