“Jangan dibangunkan!” ucap pak Satria ketika perawat hendak membangunkan Rara
Perawat tersebut menurut dan memilih mundur kembali
“Siapa yang menjaganya semalam?”
“Saya, dua orang polisi dan yang menabraknya pak” jawab suster tersebut
“Suaminya?”
Suster tersebut menggeleng
“Tapi suami Rara sudah tahu kan jika Rara kecelakaan?”
Suster tersebut mengangguk. Pak Satria menarik nafas panjang, kemudian kembali dia menatap wajah pucat Rara
“Saya lama mengenal kamu Ra. Saya tahu kamu anak baik, karena itulah keluarga kami mengasuh dan membiayai pendidikanmu. Tapi aku tidak menyangka jika suami kamu akan setega ini sama kamu” lirih pak Satria dengan wajah sedih
“Jagain dia sus. Segera hubungi saya jika ada hal buruk terjadi sama Rara”
Suster tersebut menganguk, kemudian kembali pak Satria menatap wajah Rara
“Kakak pulang Ra. Sore nanti kakak kesini lagi. Kakak nggak bisa nahan diri begitu dengar jika kamu kecelakaan. Pikiran kakak sudah buruk mendengar jika kamu kecelakaan” lanjut pak Satria
Sambil berjalan keluar dari dalam ruangan perawatan Rara, pak Satria menempelkan hp ke telinganya.
“Kurang ajar Rafli. Dia sepertinya sengaja tidak menjawab panggilanku” geram pak Satria sambil memasukkan hp ke dalam saku celananya. Kemudian beliau segera berjalan menuju parkiran dan segera melajukan mobil menuju ke suatu tempat
“Aku yakin kamu sudah di kantor jam segini” gumamnya menahan emosi
Segera di lajukannya mobil dengan cepat, dan tak sampai satu jam akhirnya mobil yang dikendarai pak Satria masuk kehalaman sebuah kantor pemerintahan
“Selamat pagi pak…..” sapa ramah seorang security ketika dilihatnya pak Satria akan masuk kedalam kantor
“Rafli ada di dalam kan?” tanya pak Satria
Security tersebut menganguk dan berniat hendak mengantarkan pak Satria kedalam, menuju ruangan Rafli tetapi ditolak halus dengan pak Satria.
“Lawan kamu bukan Rara. Aku lawan kamu” geram pak Satria yang terus berjalan menuju ruangan kerja Rafli
Sampai di depan pintu ruangan kerja Rafli, pak Satria mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Rafli yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mengangkat kepalanya ketika didengarnya suara yang taka sing di telinganya
“Eh kak….” Sapa Rafli ramah dengan langsung berdiri dan menghampiri pak Satria yang saat ini tengah berbicara lirih dengan salah satu karyawan
“Pinjam Rafli nya sebentar ya pak. Ada urusan dikit” ucap pak Satria tanpa menoleh kearah Rafli yang tersenyum ramah kearahnya
Dengan cepat, pak Satria mencekal tangan Rafli dan membawanya menjauh dari koridor kantor. Dan Rafli yang sudah bisa menebak jika saat ini Pak Satria marah padanya sudah menyiapkan alasan di otaknya
“Kamu tahu kan Rara kecelakaan dan sekarang di rawat. Kenapa kamu sampai detik ini belum membesuknya. Kemana otak kamu, hah?”
Rafli berusaha tenang menghadapi wajah pak Satria yang sudah tampak emosi sekali
“Kakak kan tahu, di rumah sakit Permata mana bisa pasien ditungguin kak. Itulah makanya aku belum kesana. Dan sekarang kakak juga tahu, aku lagi kerja. Nggak bisa dong kak bolos sembarangan. Bisa kena SP aku”
Pak Satria tersenyum menyeringai
“Pintar kamu membuat alasan Rafli. Aku ingatkan sekali lagi sama kamu, jika sampai sore nanti kamu masih juga belum besuk adik aku, aku pastikan kamu berurusan sama aku. jangan kamu fikir Rara itu sendirian di dunia ini, dia masih ada kami. Walau kami bukan saudara kandungnya, walau Rara bukan anak kandung orang tuaku. Tapi aku yakin kamu ingat, bagaimana sayangnya kedua orang tuaku, dan kami sama Rara”
Rafli diam, dia membuang mukanya mendengar ancaman dari pak Satria. Masih dengan wajah marah, pak Satria segera meninggalkan Rafli yang hanya bisa menatapnya dengan rahang mengeras
“Kurang ajar Rara. Sekarang dia sudah berani ngadu sama Satria bajingan itu. Awas kamu Ra, kamu akan menerima akibat dari perbuatan kamu ini” geram Rafli sambil kembali kedalam ruangannya
...****************...
Aku terjaga ketika kurasakan ada sebuah sentuhan di wajahku
“Oh, maaf…..”
Aku memasang senyum kaku kemudian mengucek mataku ketika melihat jika yang ada di depan mataku saat ini adalah Arash.
“Jam berapa sekarang?” tanyaku berusaha bangun
“Nggak usah bangun. Kamu berbaring aja”
Tapi aku tidak menghiraukan ucapan Arash, aku masih saja berusaha duduk
“Maaf….” Kembali Arash berkata sambil memegang bahuku, membantuku duduk. Tak sengaja hidungku mencium aroma tubuhnya ketika wajahku menyentuh pundaknya
“Susternya kemana?” tanyaku
“Keluar tadi. Makanya aku yang jagain kamu”
“Mas tahu hp aku kemana?”
“Apa?” tanya Arash tak yakin dengan pendengarannya
“Mas tahu hp aku dimana?” ulangku
Arash tersenyum dan aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum
“Aku suka kamu panggil dengan sebutan mas” ucapnya yang membuat aku sontak terdiam
“Oh, maaf atas kelancanganku. Ku fikir tidak sopan jika aku memanggil dengan menyebut nama langsung”
Arash kembali tersenyum dan menggeleng
“Tak apa. Aku suka”
Aku menunduk sambil tersenyum
“Oh iya, tadi kamu mencari hp kamu kan?” Arash yang duduk di ujung kakiku bangkit dan membuka laci meja dan mengambil hp ku
“Ya Tuhan…..” desisku ketika aku melihat jam nyaris menunjukkan angka sebelas siang
Tanpa mempedulikan Arash yang terus menatap ke arahku, aku segera membuka pesan, berharap jika ada pesan masuk dari suamiku. Karena aku lihat ada banyak notifikasi pesan yang masuk. Tapi ternyata dari puluhan pesan yang masuk satupun tidak ada dari suamiku. Yang ada hanyalah notifikasi panggilan tak dijawab dariku yang jumlahnya puluhan
Arash menangkap perubahan wajah Rara. Tapi tidak ada niatan dihatinya untuk bertanya, karena bukan hak nya untuk menanyakan hal pribadi tersebut, dia tak ingin dicap sebagai orang kepo oleh Rara
Kemudian aku membuka panggilan, dan melihat ada panggilan masuk dari pak Satria. Dengan segera aku mendial nomor beliau dan langsung tersambung
“Sebentar ya mas…..” ucapku kearah Arash yang terus menatap ke arahku. Arash menganggukkan kepalanya dan aku segera mengucap salam ketika terdengar suara pak Satria
“Maaf pak aku tidak memberitahu bapak jika aku tidak masuk kantor hari ini”
Arash yang menatap kearah Rara bisa menyimpulkan jika yang sedang ditelepon oleh Rara saat ini adalah bos tempatnya bekerja
Pintu kamar di ketuk, dan aku menoleh kearah pintu yang terbuka. Masuk seorang perempuan paruh baya mendorong troli dan meletakkan jatah makan siang di atas lemari, kemudian berpamitan keluar. Dan aku hanya menganggukkan kepalaku kearah perempuan paruh baya tersebut karena aku masih terus berbicara sama pak Satria
“Terima kasih pak karena telah membesukku. Kenapa tadi tidak membangunkan ku” ucapku ketika mendengar jawaban pak Satria jika dia tadi membesukku
“Terima kasih pak…..” ucapku akhirnya setelah mendengar pak Satria memberiku izin sampai aku benar-benar pulih
Kemudian aku meletakkan hp di sebelahku dan menatap kearah Arash yang sedang menatap hp nya. Terlihat tangannya seperti mengetik sebuah pesan
“Makan ya?” ucapnya sambil mengambil kotak makan siang yang tadi diberikan oleh petugas rumah sakit ini
Aku mengangguk. Karena memang aku merasa lapar, aku ingat sejak kemarin aku belum makan sama sekali
Dan lagi-lagi Arash melakukan perbuatan diluar prediksi ku. Tanganku yang hendak mengambil sendok dicegahnya, berganti dengan dia yang menyuapkan nasi yang lebih mirip bubur ke mulutku
“Aku bisa sendiri mas….” tolak ku
Arash menggeleng
“Kamu disini itu karena aku. Dan aku merasa sangat bersalah karena telah membuat kamu celaka” ucapnya bersikeras
Aku tak punya pilihan lain selain menuruti ucapannya. Aku membuka mulutku, dan dengan pelan mengunyah makanan yang terasa hambar tersebut
“Ayo lagi…..” ucap Arash karena aku menolak ketika dia akan menyuapiku untuk kelima kalinya
“Nggak enak?” tanyanya sambil menahan senyum
Aku terkekeh sambil mengangguk
“Ya sudah, kalau begitu kamu makan roti yang sengaja aku beli tadi” kembali Aras berkata dengan meletakkan kotak makan di atas nakas dan membuka nakas tersebut, mengambil sebuah kantong kresek dan mengeluarkan isinya
Aku mengambil sebuah roti, dan mulai mengunyahnya. Karena aku memang lapar, roti yang ada di dalam kresek tersebut nyaris aku habiskan. Dan Arash terkekeh ketika aku tak sengaja bersendawa. Dan aku yang kaget, segera menutup mulutku dan ikut tertawa juga
“Kita periksa dulu ya mbak kondisinya” ucap sebuah suara yang membuat tawa kami berhenti
Seorang dokter masuk,bersama suster yang merawat ku semalaman ini. Arash segera turun dan berdiri diujung kakiku, tampak dia kembali memperhatikan ketika dokter mulai memeriksa keadaan ku
“Masih rendah dok tensi darahnya” ucap suster melepas alat tensi meter dari lenganku
Kemudian dokter bertanya apa keluhanku, dan aku menggeleng semua ketika dia menanyakan apakah kepalaku sakit, apakah perutku sakit, apakah aku merasa mual, apakah aku merasa pusing
“Aku bisa pulangkan dok sore ini?” tanyaku setelah dokter selesai memeriksa seluruh keadaanku
“Kita masih perlu ct scan” ucapnya
“Siang ini bisa kan dok?” kejar ku
Dokter tersebut mengangguk. Kemudian setelah berbincang ringan dokter tersebut meminta pada perawat untuk mempersiapkan aku karena aku akan diperiksa ct scan
“Aku ikut” ucap Arash ketika suster kembali masuk kedalam ruangan dengan mendorong kursi roda
Aku menoleh kearah suster meminta pendapatnya, dan suster tersebut menganggukkan kepalanya. Dengan kembali dibantu Arash, aku turun dari ranjang dan duduk di kursi roda. Sepanjang perjalanan menuju ruangan khusus ct scan, Arash yang mendorong kursi roda
“Aku tunggu diluar” ucapnya ketika aku dan suster akan masuk
Aku menganggukkan kepalaku, dan Arash menampilkan senyumnya sebelum akhirnya berganti dengan suster yang mendorong kursi rodaku
“Sweet banget dia bu, andai dia suami ibu” ucap suster yang membuat aku tertawa
Kurang lebih lima belas menit aku di dalam ruangan ct scan, setelah selesai aku keluar
“Bagaimana?” tanya Arash ketika aku sudah keluar dengan di dorong suster
“Semuanya baik, tidak ada patah tulang atau juga benturan keras di kepalanya” jawab dokter yang membuat aku dan Arash menarik nafas lega
Setelah itu, kami masuk kembali kedalam ruang perawatan. Setelah aku duduk di bersandar bantal di ranjang, aku kembali meminta tolong pada Arash untuk mengambilkan hp ku
“Kenapa?” tanya Arash ketika didengarnya tarikan nafas panjang Rara
Aku menggeleng. Dan kembali menempelkan hp ke telingaku
“Mas, aku di rumah sakit” ucapku ketika terdengar suara mas Rafli di seberang
“Terserah. Emang aku peduli?”
“Kok mas ngomongnya kaya gitu?” tanyaku kecewa
Tak ada jawaban, ternyata panggilan sudah berakhir. Sekuat tenaga aku bersikap biasa saja di depan Arash yang tengah menatap mataku
“Suamiku akan kesini. Mas Arash bisa pulang. Terima kasih karena telah menjagaku dari tadi” lirihku sambil menundukkan kepalaku
Arash menganggukkan kepalanya, dia tahu Rara berbohong. Terlihat dari air mukanya yang berubah sedih ketika selesai menelepon
“Oh baguslah kalau begitu. Aku senang akhirnya suami kamu datang. Aku pamit ya Ra. Dan jika kamu butuh apa-apa jangan sungkan menghubungiku”
Aku menganggukkan kepalaku sambil mengerjap kan mataku, menahan air mata yang siap tumpah. Sepeninggal Arash pergi aku langsung menutup wajahku dan langsung menangis sesenggukan. Dan Arash yang masih berdiri di depan pintu kamar mendengar dengan jelas suara tangisan Rara
“Ada rahasia yang kamu sembunyikan dari aku Ra….” Lirihnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Sakit hati sesak loh klau suami kyk model bgt 😭😭😭😭
2024-09-21
1